Part 21

2.4K 287 12
                                    

Irene menatap pintu di hadapannya, beberapa kali menarik nafas sebelum akhirnya ia membuka pintu itu perlahan. Semua mata tertuju padanya ketika dirinya masuk. Semua anggota keluarga Hwang ada di kamar rawat Yeri. Pandangan Irene beralih pada Yeri yang terlihat sedang di suapi oleh Tiffany. Sungguh Irene berusaha menahan sesak melihat pemandangan di hadapannya.

"Aku kemari untuk memeriksanya." ucap Irene. Ia datang bersama seorang perawat.

Tiffany terdiam sejenak, melihat Irene berjalan mendekati bangsal Yeri membuat Tiffany beranjak untuk memberi ruang pada Irene. Tapi belum sempat, Yeri langsung menahan tangan Tiffany. Yeri menatap Tiffany dengan wajah menyiratkan rasa takut.

"Jangan takut, ada Mama." ucap Tiffany seraya mengusap punggung tangan Yeri.

Irene mengalihkan pandangannya, melihat anak kandungnya dekat dengan orang lain benar-benar membuat hatinya sesak.

Irene mulai memeriksa Yeri. Dapat Yeri rasakan kelembutan saat Irene menyentuh tangannya. Wajah Ibu kandungnya itu terlihat serius, namun saat mata itu menatap ke arahnya, dapat Yeri tangkap senyum hangat dari wajah Ibunya. Harapan yang sejak dulu Yeri inginkan, saat ini begitu nyata di hadapannya. Menatap sedekat ini wajah Ibu kandungnya. Tak ada perlakuan kasar, hanya kenyamanan yang Yeri rasakan saat Ibunya itu berada di dekatnya.

Setelah selesai dengan tugasnya, Irene menatap lekat wajah Yeri. Jujur dirinya sangat ingin memeluk tubuh anak kandungnya itu. Ia sangat menyesal mengingat perlakuan kejamnya terhadap Yeri. Irene berniat menebus semua kesalahannya pada Yeri. Namun saat ini Yeri begitu sulit untuk ia rangkul kembali. Di tambah hadirnya keluarga baru yang selama ini menyayangi Yeri, di saat keluarga kandungnya sendiri membuangnya.

"Kau tumbuh menjadi gadis yang kuat Yerim."

Yeri masih setia menatap wanita di hadapannya itu. Ia sempat terkejut saat nama 'Yerim' di sebut oleh Irene. Panggilan itu, dulu hanya keluarganya lah yang memanggil Yeri dengan sebutan itu. Yeri melihat Ibunya itu tersenyum, namun genangan air mata terlihat di pelupuk mata Ibunya. Sejujurnya dirinya juga sangat rindu dengan Irene. Bagaimana pun sikap Irene dulu, Yeri tetap selalu menyayangi Ibunya.

Tiffany berdiri tak jauh dari bangsal Yeri. Melihat interaksi antara Ibu dan anak yang sudah sangat lama berjauhan. Tiffany tidak berniat memisahkan Irene dengan Yeri. Ia hanya khawatir jika kesalahan fatal Irene kembali terulang. Donghae dan keempat putrinya hanya menatap Irene yang sedang berusaha untuk berbicara pada Yeri. Dalam hati mereka berharap agar Irene tidak berniat untuk membawa Yeri.

Sebenarnya Irene masih ingin berlama-lama bersama Yeri. Namun kondisi yang tidak mengizinkan. Karna saat ini Yeri berada di tengah-tengah keluarga Hwang. Irene merasa tak punya tempat di hati Yeri.

"Kau harus sembuh. Banyak yang menyayangimu, termasuk Mommy." ucap Irene tulus. Tangannya sedikit mengusap punggung tangan Yeri. Tersenyum tulus ke arah putri kandungnya sebelum ia pamit. Dirinya tak ingin egois, membiarkan Yeri bersama keluarga yang mampu membuatnya bahagia. Setidaknya ia masih bisa dekat dengan Yeri seperti saat ini. Di sisi lain ia bingung, apa yang akan ia ucapkan pada putrinya yang lain. Mengingat mereka sangat ingin Yeri kembali.

......

Seorang pria berjalan dengan tergesa-gesa di koridor rumah sakit. Mencari kamar rawat seseorang yang sudah lama ia cari. Tangan pria itu terkepal kuat, mengetahui jika selama ini putrinya di sembunyikan oleh keluarga sahabatnya sendiri.

Brakk

Tiffany dan Donghae tersentak saat pintu kamar rawat Yeri di buka kasar. Yeri yang sedang tidur sampai terbangun akibat ulah pria yang tak lain adalah Suho.

"Suho." ucap Donghae.

Suho berjalan mendekati Donghae. Wajahnya terlihat memerah menahan amarah.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang