Part 13

2.4K 301 21
                                    

Irene meraih tubuh Wendy saat melihat tubuh anaknya itu bergetar menahan tangis. Memberikan dekapan hangat serta usapan lembut guna memberikan ketenangan untuk putrinya. Wendy terlihat sering menangis beberapa hari ini, dan penyebabnya adalah perasaan bersalah pada Yeri yang terus bersarang di hatinya. Irene semakin mengeratkan pelukannya saat tangis itu semakin pecah. Terus menggumamkan kata-kata untuk meyakinkan putrinya bahwa Yeri akan kembali, karna merekalah keluarganya. Meskipun Irene tidak yakin dengan ucapannya, mengingat Yeri memilih menghindar saat bertemu Wendy. Tapi bagimana pun mereka akan berusaha untuk membawa Yeri kembali.

Seulgi mengurungkan niatnya saat ingin memanggil Wendy. Ketika pintu itu sedikit ia buka, ia melihat pemandangan memilukan antara adik dengan Mommynya. Melihat bagaimana rapuhnya Wendy, dan Ibunya yang berusaha tegar di depan anak-anaknya. Setitik air mata jatuh tanpa persetujuan Seulgi. Segera ia menghapusnya, ia tidak ingin Joy melihatnya menangis. Memilih menutup pintu itu dan kembali duduk di sebelah bangsal Joy.

"Kenapa Kak?"
Joy melihat perubahan di wajah Seulgi. Matanya juga sedikit memerah. Bukankah tadi kakaknya itu bilang ingin memanggil Wendy.

"Tak apa. Wendy sedang bersama Mommy."

Joy hanya mengangguk. Ia melirik jam dinding di ruangannya, pukul 22:30. Kakak tertuanya sudah menyuruhnya untuk tidur, tapi sedari tadi ia belum juga tidur dengan baik. Badannya benar-benar serasa remuk, hingga membuatnya tak bisa tidur. Sesekali ia masih meringis saat bergerak sedikit saja.

"Kak, bagaimana dengan Yeri?"

Seulgi yang sedang fokus pada layar ponselnya, langsung menoleh saat adiknya itu bertanya tentang Yeri.

"Daddy sedang mencarinya." ucap Seulgi. Lalu kembali fokus ke layar ponsel.

"Apa kakak tidak ikut mencarinya?"

Sepertinya Joy masih belum percaya jika kakak-kakaknya itu sudah mulai menerima Yeri. Buktinya setiap dirinya menyinggung tentang Yeri, kedua kakaknya itu masih terlihat dingin.

"Sudah." jawab Seulgi singkat.

Joy menduga jika Seulgi masih belum menerima Yeri. Kakaknya itu terlihat tak peduli dengan pertanyaannya. Membuatnya menarik kesimpulan bahwa mereka masih tidak menganggap Yeri.

"Ku kira kau sudah mulai menerimanya. Tapi ternyata kau masih sedingin ini."

Ucapan Joy membuat Seulgi menghentikan aktifitasnya. Ia melirik Joy yang sedang menatap langit-langit ruangan. Apa maksud ucapan adiknya itu.

"Aku tau dirimu Kak, kau tidak semudah itu akan menerimanya." ucapnya tanpa menoleh ke arah Seulgi.

Seulgi kini paham dengan ucapan adiknya. Memang Seulgi akui dirinya tidak begitu menunjukkan pada keluarganya mengenai kecemasannya memikirkan keberadaan Yeri. Ia tetap terlihat dingin saat ada pembahasan mengenai Yeri. Padahal sebenarnya di balik itu, ia sedang mencoba meyakinkan dirinya sendiri bahwa ia akan segera menemukan Yeri. Mendengar tuduhan adiknya tentang sikap dinginnya, ia berusaha menahan diri untuk tidak tersulut emosi. Menurutnya, Joy ini tidak tau apa-apa tapi berbicara seenaknya.

"Tidurlah Joy, ini sudah malam."
Seulgi beranjak tanpa ingin membalas ucapan Joy tadi.

"Jadi benar, Kakak masih tidak menganggapnya?" suara Joy terdengar meninggi. Tentu Joy emosi karna sang Kakak mengacuhkan ucapannya.

Seulgi menghentikan langkahnya, ia berbalik menatap Joy yang juga sedang menatapnya.

"Aku sedang tidak ingin membahas itu Joy. Mengertilah."

"Harusnya kau yang mengerti!"

Seulgi tersentak saat Joy tiba-tiba membentaknya. Dapat Seulgi lihat kemarahan di wajah adiknya itu. Irene dan juga Wendy membuka pintu dengan kasar saat mendengar suara Joy.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang