Part 29

1.7K 240 7
                                    

"Kita tidak tau kemungkinan buruk yang akan terjadi kedepannya. Kita belum bisa bernafas lega selama Nona Sooyoung belum mendapat donor jantung yang cocok."

Irene kembali menemui Dokter Sowon untuk membicarakan mengenai kondisi Joy. Sebagai seseorang yang pernah berprofesi sebagai Dokter, dirinya tentu paham mengenai kondisi anaknya sendiri.

"Lalu bagaimana dengan kondisinya sekarang? Dia terlihat lebih baik."

Dokter Sowon menatap Irene. Ia jelas mengenal sosok wanita dihadapannya itu, Irene lebih senior di bandingkan dirinya.

"Anda tentu lebih paham Nyonya Irene. Kita bisa menyebutnya saat ini Nona Sooyoung mendapat keajaiban karna bisa kembali sadar dengan jantung yang sama."

Irene menundukkan kepalanya setelah mendengar ucapan Dokter Sowon.

"Transplantasi jantung tetap harus di lakukan. Lebih cepat lebih baik."

Irene berjalan keluar dari ruangan Dokter dengan langkah gontai. Memikirkan bagaimana ia mendapatkan donor jantung untuk putrinya, jika saja dirinya bisa sudah sejak kemarin ia akan berikan jantungnya untuk Joy. Irene menghela nafas berat, mengapa ia harus melalui hal seberat ini.

"Mom."
Panggil Seulgi saat melihat pintu kamar rawat Joy terbuka dan menampilkan Ibunya yang perlahan masuk.

"Adikmu belum bangun?" tanya Irene seraya berjalan mendekati bangsal Joy. Mengecup singkat kening putri ketiganya yang masih terlelap.

"Semalaman dia tidak bisa tidur. Dia baru tidur saat menjelang pagi."

Irene mengangguk, beralih mendekati putri sulungnya yang duduk di sofa.

"Kau sudah makan?"

Seulgi mengangguk, hatinya menghangat saat sang Mommy menanyakan hal itu padanya. Meski perhatiannya lebih utama pada Joy, tapi Irene tetap memikirkan putrinya yang lain.

Seulgi menatap Mommynya dari samping, Irene terlihat memijit leher belakangnya.

"Apa Mommy baik-baik saja?"
Seulgi khawatir saat melihat lebih dekat wajah Mommynya yang sedikit pucat.

"Hmm?" Irene menatap Seulgi bingung. Memangnya dirinya kenapa?

"Wajah Mommy pucat. Apa Mommy merasa sakit?"

Irene malah tersenyum saat mendengar nada khawatir dari putri sulungnya. Badannya memang sedikit tidak enak, mungkin itu karna dirinya kurang tidur.

"Mommy baik-baik Seul. Lebih baik sekarang kau pulang, istirahatlah di rumah. Daddy mu juga sebentar lagi akan kesini."

Seulgi menggelengkan kepalanya. Ia memohon pada sang Mommy agar di izinkan untuk tetap di rumah sakit. Pulang pun juga akan percuma karna pikirannya akan terus tentang Joy.

......

Joy tersenyum menatap layar ponselnya, sejak tadi ia terus tersenyum membaca balasan pesan dari adik bungsunya. Rasanya ia tidak sabar untuk bisa bertemu dengan Yeri. Empat hari setelah dirinya sadar, ia baru di perbolehkan memainkan ponselnya. Semua anggota keluarganya benar-benar melarangnya melakukan semua hal yang ia inginkan.

Wendy menyenggol lengan kakaknya saat melihat Joy bertingkah aneh. Seulgi pun mengikuti arah pandang Wendy. Dan benar, keanehan yang Seulgi lihat pada Joy. Mereka belum pernah melihat Joy bertingkah seperti itu.

"Joy?"

Joy menoleh, menatap ke arah kedua kakaknya.

"Why? Ada apa?" tanya Joy seraya kembali fokus mengetik pesan. Masih dengan senyum yang terus mengembang. Entah mengapa hanya berbalas pesan dengan Yeri, mood Joy menjadi sangat baik.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang