"Kau pasti mengenal Yeri kan?"
Seulgi langsung menoleh saat Jennie menyebut nama seseorang yang tak lain adalah adiknya sendiri. Seulgi tentu terkejut, kenapa tiba-tiba Jennie menanyakan tentang anak itu padanya, apakah Jennie tau jika mereka saudara kandung.
"Ah maaf, mungkin kau bingung kenapa aku menanyakannya padamu."
"Aku pernah mengantarnya pulang, aku baru tau jika dia dan Ibunya bekerja pada keluargamu."
Seulgi membulatkan matanya, ia tidak salah dengar dengan apa yang Jennie katakan. Seulgi benar-benar di buat bingung dengan ucapan Jennie. Terkejut? Tentu. Tapi ia mencoba bersikap biasa.
"Apa kau tau kenapa hari ini Yeri tidak masuk?"
Seulgi terlihat berpikir, bahkan ia sendiri baru tau jika anak itu tidak masuk.
"Ah itu, aku tidak tahu. Aku tidak terlalu dekat dengannya." ucap Seulgi terlihat gugup. Ia menatap Jennie yang mangangguk paham. Dalam hati ia masih berpikir, mengapa Yeri bisa kenal dan terlihat dekat dengan Jennie. Dan yang paling mambuatnya bertanya-tanya, mengapa Jennie mengatakan jika Yeri dan Ibunya bekerja pada keluarganya sendiri. Apa maksudnya? Apa yang sebenarnya Yeri katakan pada Jennie?
Jennie merasa ganjal dengan jawaban Seulgi. Bukankah Yeri dan Seulgi satu sekolah. Bahkan satu tempat tinggal. Meskipun mereka berbeda karna Seulgi anak majikan dan Yeri anak dari asisten rumah tangga. Jennie mencoba menerima jawaban Seulgi. "Mungkin memang mereka tidak dekat." batin Jennie.
Lisa mencoba membujuk Jennie agar mau mengantarnya ke rumah Yeri. Pasalnya hanya kakak keduanya itu yang tau tempat tinggal Yeri. Jennie memang tidak memberi tahu perihal Yeri yang tinggal di rumah Seulgi. Itu juga atas permintaan Yeri. Alasannya karna tidak ingin jika nanti Lisa berteman dengannya karna kasihan. Padahal Jennie sudah menjelaskan jika Lisa tidak mungkin seperti itu.
"Besok dia pasti sudah berangkat sekolah. Kau bisa bertemu dengannya besok." ucap Jennie seraya menjalankan mobilnya meninggalkan halaman parkir sekolah.
"Lebih baik kau belikan saja dia ponsel. Supaya kau bisa menghubunginnya." ucap Chaeyoung yang duduk di sebelah kemudi sambil memainkan ponselnya.
Lisa berpikir sejenak, benar juga apa yang di katakan kakaknya. Dia tidak akan sebingung ini jika Yeri memiliki ponsel.
"Kalau begitu antarkan aku ke gerai ponsel."
Jennie dan Chaeyoung menatap satu sama lain, tak di sangka saran yang Chaeyoung berikan langsung di setujui Lisa. Membuat keduanya tak habis pikir, Lisa membeli ponsel seolah akan membeli kerupuk. Semudah itu, mengingat keluarganya tak pernah pusing soal uang.
......
Joy berdiri tak jauh dari pintu kamar yang tak pernah sekalipun ia sentuh. Sesekali ia menggigit kuku-kuku jari tangannya, sedang menimbang sesuatu.
Masuk atau tidak?
Joy ingin masuk, memastikan keadaan seseorang yang sempat menolongnya kemarin. Tapi ia masih ragu. Antara rasa balas budi karna sudah di tolong, atau ada perasaan lain. Joy terkejut saat tiba-tiba pintu itu terbuka, menampilkan seseorang yang menjadi tujuannya sejak tadi.Yeri menatap Joy seolah bertanya, apa yang di lakukan kakaknya itu, berdiri tak jauh dari pintu kamarnya, karna mustahil bagi Yeri melihat sang kakak berada di sekitar kamarnya.
Joy menatap Yeri, ia mengusap lehernya yang tidak gatal. Mencari alasan tepat mengenai keberadaannya di tempat itu. Dapat Joy lihat wajah Yeri yang sedikit pucat. Hari ini pun Joy tak melihat Yeri di sekolah.
Yeri menunggu apa yang ingin di katakan kakak ketiganya itu. Namun sedari tadi Yeri menunggu, Joy hanya diam. Merasa tak ada hal penting dari kakaknya, Yeri sedikit membungkukkan tubuhnya kemudian berlalu dari hadapan Joy. Membuat Joy merutuki kebodohannya yang lupa akan tujuan utamanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...