"Yeri, ada yang mencarimu." ucap Tiffany setelah mengetuk pintu kamar Yeri. Tak lama pintu itu terbuka, menampilkan seorang gadis dengan keterkejutan di wajahnya. Melihat seseorang yang saat ini berdiri di sebelah Tiffany, Yeri berusaha meyakinkan penglihatannya.
"K-kak J-joy?"
Joy mengangguk, ia tersenyum pada Yeri. Perlahan ia mendekat lalu menarik tubuh Yeri ke dalam dekapannya. Memeluknya dengan sangat erat, Yeri juga membalas pelukan itu. Tak sadar air mata Joy turun, akhirnya ia bisa memeluk Yeri, bahkan Yeri membalas pelukannya. Tak ada yang bisa mengungkapkan bagaimana bahagiannya Joy saat bertemu adik bungsunya.
"A-a-ku me-me-rin-du-kan-mu k-kak." ucap Yeri lirih. Joy semakin mengeratkan pelukannya. Sepertinya adiknya itu juga menangis dibalik pelukan Joy.
Tiffany menatap terharu pada dua gadis di hadapannya. Mereka sedarah, namun takdir keduanya berbeda. Wanita itu dapat melihat dengan jelas bagaimana anak angkatnya menyimpan kerinduan pada keluarga kandungnya. Di tambah salah satu saudaranya yang sedang menyimpan kesakitan, akan menjadi pukulan keras untuk Yeri jika dia mengetahui fakta tentang Joy. Tiffany merasa sangat jahat jika dirinya terus mempertahankan Yeri untuk tetap bersamanya, mengingat keluarga kandung Yeri juga sangat mengharapkan Yeri.
......
Yeri mengajak Joy duduk di bangku taman belakang rumah Hwang. Keduanya duduk bersebelahan, menatap pemandangan taman yang cukup luas di hadapannya. Yeri menoleh pada Joy, ia menatap kakak ketiganya itu dari samping. Ada yang berbeda dari kakaknya. Tubuh kakaknya terlihat kurus, bahkan wajahnya sedikit pucat. Terselip rasa khawatir di hati Yeri saat melihat kakaknya.
"A-a-pa ka-ka-kak ba-ba-ik ba-ba-ik sa-sa-ja?"
"Hm?"
Joy menatap Yeri yang juga sedang menatapnya."K-kau se-se-di-kit be-ber-be-da k-kak."
Tangan Yeri perlahan mengusap pipi kakaknya yang menirus. Sangat berbeda dengan Joy yang dulu selalu menolaknya."K-ka-kak sa-sa-kit?"
Joy terdiam, tak tau harus menjawab apa.
"Aku baik-baik saja Yer." ucap Joy sedikit menjauhkan wajahnya dari tangan Yeri. Ia takut Yeri tau kebohongannya.
Yeri menurunkan tangannya, masih setia menatap sang kakak yang menunduk. Sebenarnya banyak pertanyaan di kepala Yeri yang ingin ia tanyakan pada Joy. Kemana saja kakaknya itu selama ini. Dan kenapa setiap Yeri ingin menemuinya, kakaknya itu selalu mengatakan bahwa dia sedang tidak di rumah. Saat terakhir Yeri bertemu Joy, ia sudah melihat perubahan dari kakaknya. Saat itu kakaknya terlihat tidak sehat, dan sekarang kondisinya jauh berbeda dari terakhir mereka bertemu.
'Kakak sedang sakit.'
Batin Yeri.
"Aku bersyukur, kau mau memberiku kesempatan untuk menebus semua kesalahanku dulu. Aku akan sangat menyesal seumur hidup jika tak mendapat maaf darimu."
Yeri terdiam mendengar penuturan kakaknya. Ia sendiri juga tidak mengerti mengapa dirinya begitu mudah memaafkan keluarganya. Mengingat perlakuan buruk mereka selama bertahun-tahun pada Yeri. Tapi Yeri sama sekali tak menyimpan kebencian pada keluarganya.
Joy menatap Yeri. "Terima kasih karna sudah mau memaafkan Kakak."
Yeri menggelengkan kepalanya.
"A-a-ku ti-ti-dak pa-pan-tas di-di-min-ta-i ma-ma-af k-kak.""A-a-ku ti-ti-dak me-mem-ben-ci ka-ka-li-an. Ha-ha-nya sa-sa-ja, a-a-ku bu-bu-tuh wa-wak-tu."
Memaafkan memang mudah. Namun Yeri tak mungkin bisa melupakan semua kesakitan yang pernah ia terima dari keluarganya. Ia mengingatnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...