Seulgi berjalan cepat menyusuri koridor sekolah. Emosinya memuncak saat mendengar nama seseorang yang disebut Joy tadi. Tanpa menunggu Joy menyelesaikan ucapannya, Seulgi langsung keluar. Mencari keberadaan gadis yang ia duga sebagai penyebab tenggelamnya Joy.
Yeri bersandar pada loker di belakangnya, ia baru saja berganti pakaian. Memejamkan matanya sejenak saat kepalanya kembali berdenyut. Yeri merasa tangannya ditarik seseorang dengan kasar, membawa Yeri ke sudut koridor dan langsung menghempaskannya. Membuat tubuh Yeri membentur tembok.
"Jadi ini caramu balas dendam pada kami!"
Seulgi menatap tajam Yeri. Emosinya benar-benar naik saat tau seseorang telah melukai adiknya. Sungguh siapapun yang berani menyentuh adiknya, bersiap menerima kemarahan Seulgi.Yeri tidak mengerti maksud dari ucapan kakak tertuanya itu. Memilih diam mendengarkan apa yang akan Seulgi ucapkan selanjutnya.
"Kau tidak terima karna kami tidak memperdulikan mu, iya?"
Yeri menggelengkan kepalanya. Apa maksud ucapan dari Seulgi. Ia bahkan tidak tahu dimana letak kesalahannya hingga memancing kemarahan Seulgi.
"Kau yang membuat Joy tenggelam!" Ucap Seulgi penuh amarah diwajahnya. Ia tidak peduli jika ada seseorang yang mendengar teriakannya. Yang ia pikirkan hanya, memberi pelajaran pada siapapun yang berani menyakiti adiknya.
Yeri menatap tak percaya pada Seulgi. Bagaimana bisa ia dituduh melakukan hal itu. Apa yang sebenarnya mereka katakan pada Seulgi, hingga Seulgi menuduhnya.
"Kau iri dengan kehidupan kami? Harusnya kau bersyukur karna kami masih menerimamu di rumah itu!"
Jadi maksudnya mereka menerima karna keterpaksaan. Yeri balas menatap mata Seulgi, ia berusaha menahan sesuatu yang akan turun dari pelupuk matanya.
"K-kau be-be-nar, a-a-ku ya-yang me-men-do-rong-nya."
Membela diri pun akan percuma, itulah yang ada dibenak Yeri.
PLAKK
"Kak Seulgi!"
Wendy berlari menghampiri keduanya. Menatap tak percaya dengan apa yang baru saja ia lihat. Kakaknya tak pernah bermain tangan sebelumnya.
"Sadarlah apa yang kau lakukan!"
Wendy berdiri di tengah-tengah Seulgi dan Yeri. Seulgi terdiam dengan nafas yang masih memburu. Sedangkan Yeri, ia memegang pipinya yang mulai terasa perih.Setelah mendegar penjelasan Joy, Wendy langsung berlari menyusul Seulgi. Meski ia membenci Yeri, tapi Wendy tidak akan membiarkan Seulgi salah paham hingga salah bertindak. Tapi Wendy datang terlambat, Seulgi lebih dulu dikuasai amarahnya.
......
"Kenapa kau bermain tangan, Kak?" tanya Wendy. Keduanya kini duduk di bangku kantin, Wendy menyodorkan air mineral untuk Seulgi.
Joy sudah pulang, ia di jemput oleh supir keluarganya. Wendy juga sudah menelpon Irene, ia menceritakan perihal insiden yang Joy alami.
Seulgi tidak menjawab ucapan adiknya, tangannya meremas botol air yang baru saja ia minum. Jujur ia reflek menampar Yeri. Mendengar cerita sebenarnya dari Wendy, membuat hatinya tak menentu sekarang.
Merasa bersalah?
Entahlah, sepertinya tidak terlihat adanya penyesalan dalam diri Seulgi.Tanpa sengaja, mata Seulgi menangkap seseorang yang berjalan dengan dipapah oleh siswi lain. Seseorang yang baru saja merasakan kuatnya tamparan Seulgi. Ada sedikit rasa penasaran di hati Seulgi, melihat Yeri yang di papah seperti tidak mampu berjalan sendiri.
"Apa yang terjadi dengan anak itu."
Batin Seulgi.......
"Aku akan menelpon Kak Jennie untuk mengantarmu pulang."
Lisa membantu memapah tubuh Yeri. Saat tadi dirinya selesai mengganti pakaian, ia melihat Yeri bersandar pada dinding dengan tangan memijit pelipisnya. Tanpa menunggu Lisa langsung berlari menghampiri Yeri. Lisa terperanjat saat menyentuh kening Yeri yang terasa panas.
![](https://img.wattpad.com/cover/230240028-288-k784062.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...