Yeri terlihat duduk di pinggir kolam dengan kedua kaki masuk ke dalam air.
Joy dan kedua kakaknya pernah menanyakanmu
Kata-kata itu masih terngiang ditelinga Yeri. Sangat mustahil baginya hal itu terjadi, untuk apa mereka menanyakan keberadaan dirinya. Bukankah seharusnya mereka sedang berbahagia atas kepergiannya. Yeri menatap kakinya yang mulai memutih akibat terlalu lama di dalam air. Ia sudah menduga jika kakinya itu akan keriput saat ia angkat.
"Sudah berapa lama kau di sini? Lihatlah kakimu sudah seperti nenek-nenek."
Yeri tersentak mendengar suara Jennie yang datang tiba-tiba, kakak keduanya itu kini sudah duduk di sebelahnya. Mengikuti apa yang Yeri lakukan. Jennie terlihat masih mengenakan seragam sekolahnya."Ka-kak ba-ba-ru pu-pu-lang?"
Jennie mengangguk. Saat dirinya tadi akan menaiki anak tangga, ia melihat Yeri duduk seorang diri di pinggir kolam. Jennie pun memutuskan untuk menghampiri Yeri.
"Kau tidak ingin kembali sekolah?"
tanya Jennie. Karna memang Yeri sudah tidak mengikuti sekolah formal.Yeri memilih home schooling. Jisoo tau Yeri pasti belum siap jika bertemu keluarganya yang lain. Mengingat Seulgi dan kedua adiknya satu sekolah dengan Yeri. Jisoo meminta pada orang tuanya supaya Yeri dicarikan guru privat. Tiffany dan Donghae tentu mencarikan seorang guru berakreditas tinggi untuk Yeri. Mereka benar-benar memberikan yang terbaik untuk Yeri.
"A-a-ku be-be-lum si-si-ap."
ucap Yeri lalu menunduk.Jennie yang melihat itu perlahan merangkul tubuh Yeri dari samping. Yang Jennie tau, Yeri sering mendapat pembullyan di sekolahnya. Mungkin hal itu yang membuat Yeri belum siap untuk kembali bersekolah.
"Tak apa. Lalu bagaimana dengan guru privat mu? Apakah menyenangkan?"
Yeri mengangguk, ia tersenyum ke arah Jennie. Memang benar, Yeri nyaman dengan guru privatnya. Ia sangat berterima kasih pada orang tua angkatnya karna sudah mencarikan guru yang menurut Yeri sangat baik.
Yeri sedikit bercerita pada Jennie mengenai guru home schooling nya. Gurunya itu sangat sabar mengajari Yeri. Itulah yang membuat Yeri nyaman.
Seperti mendapat keajaiban, kehidupan Yeri sekarang sangatlah baik. Ia tak pernah lagi kekurangan apapun. Semua kebutuhannya terpenuhi, bahkan sangat. Semua keluarga Hwang tulus menyayanginya. Sama persis seperti keluarga kandungnya ketika ia belum menginjak bangku sekolah dasar. Saat itu keluarga kandungnya begitu menyayangi Yeri. Mengingat kembali tentang keluarganya, Yeri jadi teringat dengan Sandara. Wanita yang sudah mengurusnya selama hampir 10 tahun. Bagaimana kabar Bibinya itu, Yeri merindukannya.
Jennie mengajak Yeri masuk. Adiknya itu sudah terlalu lama memasukkan kakinya ke dalam air.
Jisoo menghentikan mobilnya saat melihat kerumuan orang-orang di pinggir jalan. Hal itu sedikit menarik perhatian Jisoo. Entah dorongan dari mana ia malah menepikan mobilnya di pinggir jalan. Sekedar ingin tau apa yang sebenarnya terjadi. Perlahan ia turun dan berlari ke tempat kerumuan orang-orang itu.
Jisoo membulatkan matanya saat melihat seorang wanita dengan beberapa orang mencoba mempertahankan kesadarannya. Terlihat darah mengalir dari pelipis wanita itu.
"Tante Irene!"
Saat ini Jisoo sedang duduk di depan ruang UGD. Saat mengenal siapa wanita yang ternyata baru saja mengalami kecelakaan, Jisoo langsung membawanya ke rumah sakit terdekat. Jisoo sedikit cemas mengingat saat dalam perjalanan ke rumah sakit Irene beberapa kali meringis menahan sakit. Jisoo langsung beranjak saat seorang dokter keluar dari ruang UGD.
KAMU SEDANG MEMBACA
PROMISE
FanfictionTentang janji yang pernah terucap. Namun tak satupun dari mereka menepatinya. "Bukankah sudah ku bilang, jadilah seperti saudaramu yang lain, yang bisa membanggakan keluarga." Kim Joohyun. "Lupakan ucapan ku yang dulu, aku menyesal pernah mengataka...