Part 39

1.5K 243 50
                                    

Seulgi mengerjapkan matanya, mencoba mengenali tempat dimana ia berbaring saat ini. Ruangan bernuansa putih dengan bau khas obat-obatan. Seulgi memijit pelipisnya yang sedikit berdenyut. Dalam hati ia bertanya sejak kapan dirinya berada di tempat itu. Seulgi mencoba bangkit, namun sebuah jari telunjuk mendorong keningnya yang membuat ia kembali berbaring.

"Tetaplah berbaring, kau sedang sakit."

Ucapan seseorang membuat Seulgi menoleh ke arahnya. Seorang gadis tengah duduk di sebelah bangsalnya dengan pakaian yang sama seperti yang ia kenakan.

"Bodoh." ucap gadis itu. Seulgi yang mendengar pun terkejut dengan ucapan adik ketiganya.

"Apa kau bilang?" tanya Seulgi dengan suara serak.

"Kau itu bodoh. Mengapa bisa sampai sakit? Kau mengabaikan kesehatanmu sendiri?"

Seulgi menelan salivanya. Mengapa adiknya itu berubah jadi menyeramkan seperti ini. Joy terlihat sangat galak sekarang.

"Makan telat, minum kopi berlebihan, selalu begadang. Kau lupa jika aku melarangmu mengkonsumsi kafein lagi?" omel Joy pada kakak sulungnya.

"Joy... a..aku..."

"Akan ku suruh Bibi Sandara untuk membakar semua kopi-kopi yang kau simpan di rumah."

Seulgi membulatkan matanya. Tidak menyangka jika sang adik akan benar-benar melakukan hal itu.

Selanjutnya hanya keheningan yang menyelimuti keduanya. Joy sudah sejak tadi berada di kamar rawat Seulgi. Ia ingin menemani sang kakak. Tidak peduli saat Irene menyuruhnya untuk kembali ke ruang rawatnya. Joy masih setia menunggu sang kakak hingga bangun.

"Kenapa tidak istirahat di kamar rawatmu?" tanya Seulgi. Pasalnya Joy tidak boleh terlalu lama keluar dari kamar rawatnya.

"Aku ingin menemani kakak. Tidak masalah kan?"

Seulgi menatap Joy yang juga sedang menatapnya.

"Tapi kondisimu..."

"Saat ini yang sedang sakit itu kau. Aku baik-baik saja, tak sepucat dirimu."

Seulgi menghela nafas.
"Terserah kau saja."

Pintu kamar rawat Seulgi terbuka. Menampilkan Irene, Suho, dan Wendy, mereka masuk lalu menghampiri bangsal Seulgi.

"Kau bisa sakit juga kak?"

Seulgi mendengus, pertanyaan Wendy sangat menyebalkan bagi Seulgi.

"Bagaimana? Sudah lebih baik?" tanya Suho seraya mengusap lembut puncak kepala Seulgi.

"Hanya sedikit pusing." jawab Seulgi.

"Jangan seperti ini lagi ya. Mommy tidak ingin terjadi sesuatu padamu."

Dapat Seulgi lihat mata Ibunya yang berkaca-kaca. Ia masih ingat ketika dirinya mengeluh sakit, saat itu Ibunya terlihat sangat cemas. Seulgi jadi menyesal karna sudah membuat semua keluarganya khawatir.

"Aku baik-baik saja Mom." ucap Seulgi mencoba meyakinkan Ibunya.

Irene mengangguk. Tangannya terulur mengusap lembut wajah putri sulungnya yang terlihat pucat, tidak seperti biasanya.

"Joy, sudah malam. Kau harus kembali ke kamar rawatmu."
Joy menekuk wajahnya ketika mendengar suara sang Ayah yang menyuruhnya kembali ke kamar rawatnya. Joy tidak ingin beranjak, ia masih ingin menemani sang kakak.

"Dad, bisakah aku tidur di sini saja?"
Joy berusaha memasang wajah memelasnya, berharap kedua orang tuanya akan memenuhi permintaannya.

"Kenapa?" tanya Irene.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang