Part 31

1.7K 244 67
                                    

Huft

Joy melempar ponselnya ke atas nakas hingga menimbulkan suara yang membuat kedua kakaknya tersentak. Joy membaringkan tubuhnya, memejamkan matanya sejenak. Hanya kesal dengan seseorang saja tubuhnya terasa lelah.

"Joy, ada apa?" tanya Wendy yang kini duduk di sisi bangsal Joy, sedangkan Seulgi duduk di kursi sebelah bangsal Joy.

"Hari ini Yeri sama sekali tak menghubungiku." ucapnya masih memejamkan matanya.

"Kau sudah menelponnya?" tanya Seulgi.

Joy mengangguk. "Satupun pesan maupun panggilan dari ku belum dia balas."

Seulgi mengusap puncak kepala Joy. Sejak Joy sadar, adiknya itu tak ingin jauh dari Yeri. Bahkan sehari tak ada kabar dari Yeri, Joy akan murung.

"Mungkin Yeri sedang sibuk, atau sedang belajar."
Seulgi mencoba memberi penjelasan pada Joy.

"Dia tak pernah seperti ini sebelumnya. Sesibuk apapun dia selalu menghubungiku."
Bahkan saat Yeri sedang belajar, dia masih membalas pesan dari Joy.

Joy membuka matanya, ia menatap kedua kakaknya bergantian.

"Kak."

Seulgi dan Wendy menoleh pada Joy.

"Antar aku ke tempat Yeri." ucap Joy lirih. Takut jika kedua kakaknya tak akan menuruti keinginannya.

Terdengar hela nafas dari kedua kakaknya.

"Aku janji akan baik-baik saja. Aku mohon kak." ucap Joy memohon.

"Kau ingat, saat itu kau mengatakan hal yang sama. Dan berakhir kau tak sadarkan diri beberapa hari."
Joy menunduk, ia benci menjadi lemah. Mengapa begitu sulit hanya untuk bertemu adik kandungnya. Joy tak berani menatap Seulgi. Kakak sulungnya akan terlihat menyeramkan jika sedang marah.

Pintu kamar Joy terbuka, menampilkan Irene dan Suho. Kedua pasangan itu bergegas mendekati bangsal Joy.

"Apa apa? Seulgi, suaramu terdengar dari luar."
Melihat Seulgi yang hanya diam dengan wajah memancarkan kekesalan, sedangkan Joy terlihat menunduk.

"Dia ingin bertemu Yeri." ucap Seulgi lalu beranjak, berpindah duduk di sofa. Irene pun mengambil alih tempat duduk Seulgi.

"Untuk saat ini, Mommy belum mengizinkanmu keluar." ucap Irene lembut seraya mengusap puncak kepala Joy.

"Tapi Mom..."

"Nurut ya, sekali ini saja."
Kini giliran Suho yang bersuara. Akhir-akhir ini pria itu tak pernah terdengar meninggikan suaranya. Ia selalu berbicara lembut pada istri dan anak-anaknya, termasuk Yeri.

Joy pasrah, jika sudah begini ia tak akan bisa bertemu Yeri. Apalagi saat ini Yeri sama sekali tak menghubunginya. Membuatnya merasa ada yang hilang, Joy terlihat menghela nafas.

Irene duduk di sofa tak jauh dari bangsal Joy. Saat ini dirinya hanya berdua dengan Joy. Irene menatap Joy yang terlelap, efek obat yang baru dia minum. Irene mengeluarkan ponsel canggihnya, mencari kontak yang akan ia hubungi.

"Fany, ini aku." sapa Irene saat panggilannya sudah terhubung.

"......"

"Ah tidak, aku hanya ingin menanyakan tentang Yeri. Apa dia baik-baik saja?"

"......"

"Tidak ada apa-apa Fany. Hanya saja, Yeri seharian ini tidak ada kabar. Aku hanya khawatir."

Irene menyudahi panggilannya. Hatinya sedikit lega karna Yeri baik-baik saja. Tapi mengapa Yeri tidak memberi kabar padanya. Bahkan Yeri mengabaikan semua pesan maupun panggilan dari Joy.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang