Part 17

2.2K 281 6
                                    

Yeri keluar dari rumah Hwang dengan wajah kesal. Pasalnya Tiffany dan Donghae memberikan peraturan pada Yeri jika ingin pergi kemana pun ia harus di temani bodyguard. Yeri menolak keras peraturan yang menurutnya sangat berlebihan. Tapi dirinya bisa apa jika ke empat kakaknya yang lain mendukung peraturan orang tuanya itu.

"Kita akan kemana Nona?" tanya Junhoe, seorang pria yang di tugaskan untuk menjadi bodyguard Yeri.

Yeri menatap pria yang kini sedang fokus mengemudi, sesekali pria itu manatap Yeri dari kaca tengah.

"Ja-ja-lan sa-sa-ja."
Yeri sedang dalam mood buruk. Ia tak biasa pergi dengan seorang pria. Dan sekarang Yeri akan di buntuti kemana pun ia pergi oleh pria yang duduk di depannya itu.

Junhoe mengangguk patuh. Tugasnya hanya menuruti semua perintah Nona mudanya. Ia tau jika gadis yang di percayakan padanya itu sedikit risih.

Yeri meminta Junhoe untuk berhenti di sebuah mini market. Ia ingin membeli sesuatu.
"Nona ingin apa? Biar aku belikan?" Junhoe bertanya saat melihat Yeri akan membuka pintu mobil.

Yeri menggelengkan kepalanya.
"K-kau tu-tung-gu sa-sa-ja di-di-si-ni."

Yeri bergegas keluar. Ia memang sedang ingin membeli sesuatu. Tidak mungkin ia menyuruh Junhoe untuk membelinya. Pria itu pasti akan malu. Setelah selesai, Yeri berjalan keluar dari mini market. Namun langkahnya terhenti saat dua orang gadis menghadang dirinya.

"Tak ku sangka akan bertemu kau disini."
Nayeon tersenyum ke arah Yeri. Bukan senyum hangat, melainkan senyum seperti saat merundungnya dulu. Yeri bergegas akan pergi, namun Nayeon langsung mencekal tangannya. Membawanya menjauh dari tempat itu. Yeri mencoba melepas cengkraman tangan Nayeon, tapi satu rekan Nayeon malah ikut memegangi dirinya.

Yeri di bawa menjauh dari keramaian, hanya ada mereka bertiga disana. Sudah di pastikan kejadian satu bulan yang lalu akan kembali Yeri dapatkan.

"Kau tau, aku sangat merindukanmu satu bulan ini gadis gagap."

Yeri menunduk, meremas kedua tangannya. Sekarang ia benar-benar dalam masalah.

"Kenapa kau menunduk. Apa kau tidak senang bertemu denganku?" tawa Nayeon terdengar menyebalkan. Yeri mengangkat kepalanya, mencoba memberanikan diri menatap dua gadis yang dulu hampir setiap hari membullynya.

"A-a-ku ti-ti-dak a-a-da ma-ma-sa-lah de-de-ngan-mu. Me-me-nga-pa k-kau ma-ma-sih me-meng-gang-gu-ku."

Nayeon menghentikan tawanya. Ia berjalan mendekati Yeri, mendorong tubuh yeri hingga membentur tembok sebuah bangunan tua. Yeri mengaduh sakit, Nayeon mendorongnya begitu kasar.

"Kau memang tidak memiliki masalah denganku. Aku hanya menikmati kesenangan ini." ucap Nayeon menatap Yeri. Wajah Nayeon terlihat menakutkan menurut Yeri. Gadis di hadapannya itu tak segan-segan untuk melukainya. Yeri tidak mengerti kesenangan seperti apa yang di maksud Nayeon. Apa dia senang mencelakai orang lain.

BUGH BUGH

Nayeon melayangkan pukulannya pada perut Yeri. Membuat Yeri jatuh tersungkur di atas tanah berbatu. Nayeon yang melihat itu langsung tertawa senang. Yeri memegangi perutnya yang terasa sangat sakit.

"Ini adalah balasan karna gara-gara kau, aku di keluarkan dari sekolah!"

Yeri terkejut mendengar ucapan Nayeon. Ia tidak mengerti maksud ucapan gadis di hadapannya itu.

"Kau tau, Joy melaporkan semuanya pada pihak sekolah. Bahkan dia merekamnya saat aku merundungmu. Apa ini memang rencana mu?"

Yeri tidak mengindahkan pertanyaan Nayeon. Ia tertegun saat tau Joy melaporkan kejadian pembullyan itu pada pihak sekolah. Jadi selama ini Joy tau jika dirinya sering di bully.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang