Part 37

1.5K 236 10
                                    

Joy menurunkan ponselnya yang baru saja ia dekatkan ke telinganya. Tangannya meremas kuat ponsel itu. Wajahnya memerah menahan emosi. Joy menoleh ke arah pintu ruang rawatnya yang terbuka, menampilkan seseorang yang tentu semakin membuat emosi Joy memuncak. Joy turun dari bangsal perlahan, tak memperdulikan wajah terkejut seseorang di hadapannya.

"Joy, kau mau kemana?"

PLAKK

Kembali gadis itu merasakan perih di pipi kanannya. Bahkan terlihat sudut bibirnya mengeluarkan darah. Sakit akibat tamparan Jisoo masih membekas, dan sekarang ia kembali mendapatkannya lagi. Tentunya dari orang yang berbeda. Seulgi menyentuh pipi kanannya, ia menatap tak percaya ke arah Joy.

"K..kau.."

"Kau menyakiti adikku Kim Seulgi!" ucap Joy dengan wajah memerah, matanya terlihat berkaca-kaca.

Joy berbinar saat tadi panggilan telponnya ke nomor Yeri terangkat. Namun bukan Yeri yang menjawab, melainkan Chaeyoung. Bukan sapaan hangat seperti biasanya, melainkan kemarahan Chaeyoung atas tindakan Seulgi yang kembali menyakiti Yeri.

Dan saat ini, Joy benar-benar marah pada kakak sulungnya.

"Aku sedang bersusah payah untuk mengajaknya kembali, dan kau malah kembali membuatnya sulit ku jangkau!"

Sulung Kim itu paham maksud ucapan adiknya. Seulgi hanya diam menatap Joy. Dapat ia lihat wajah kecewa dari adik ketiganya itu. Entah mengapa hati Seulgi sakit, bukan karna makian Joy. Melihat adik kesayangannya menangis membuat hatinya ikut sakit.

"Joy..."

"Berhenti!"

Untuk kesekian kalinya Joy kembali membentak kakak sulungnya. Joy memundurkan tubuhnya saat sang kakak mencoba untuk mendekat.

Pintu ruang rawat Joy kembali terbuka, terlihat Wendy datang dengan wajah cemas.

"Kak, apa yang terjadi?"

Melihat keduanya berdiri dengan wajah yang sulit di artikan, membuat Wendy menduga jika kakak dan adiknya sedang bertengkar.

"Aku membencimu Kim Seulgi." ucap Joy dingin.

"Joy, apa yang kau katakan? Bicaralah sopan dengan yang lebih tua, terlebih kakakmu."

Wendy memang tidak tau apa yang sebenarnya terjadi antara kedua saudarinya. Namun dirinya tetap tidak membenarkan sikap Joy yang kurang sopan terhadap kakak sulungnya.

Joy tersenyum tipis mendengar ucapan kakak keduanya.

"Untuk apa kau membelanya? Dia...
Joy berbicara dengan menunjuk ke arah Seulgi.

...tak pantas di sebut 'Kakak'."

"Joy."

Seulgi menahan Wendy yang ingin berjalan menghampiri Joy. Seulgi tau Joy sedang marah, dan itu akan berpengaruh buruk untuk kesehatannya.

"Kau tau kak, dia yang sudah menyakiti Yeri. Meminta Yeri untuk kembali meninggalkan kita!"

"Dia itu jahat kak! Dia..."

Suara Joy memelan seiring rasa sakit yang kembali menghampirinya.

"Joy.."

Melihat Joy yang akan ambruk membuat Seulgi dan Wendy berjalan cepat menghampiri tubuh adiknya. Seulgi menahan tubuh Joy, tapi Joy berusaha menepisnya. Dia tidak ingin di sentuh oleh Seulgi. Joy memegangi dada sebelah kirinya yang terasa nyeri.

"Wendy, panggil Dokter Sowon cepat!"

Joy tak lagi menolak kakak sulungnya yang kini membantunya kembali ke bangsal. Rasa sakit di dadanya membuatnya tak mampu melakukan apapun, sekedar untuk berbicara ia rasa sulit.

PROMISETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang