Bab 12

7.9K 333 2
                                    

Sore hari, Diana tengah mengangkat jemuran di halaman belakang sambil bernyanyi-nyanyi, sedangkan Andre sedang asyik menonton televisi di ruang tengah.

"Kau ciptakan dunia ... kau hadirkan manusia ... kau beri keindahan yang hanya sementara ha ... ha...," nyanyian yang begitu merdu dari mulut Diana sambil mengangkat jemuran.

Andre yang baru pertama kali mendengar Diana menyanyi, langsung mencari keberadaan Diana. Begitu sampai di halaman belakang, dia diam-diam ingin mengagetkan Diana.

"Satu ... dua ... tiga... Dor," ucap Andre sambil menepuk pundak Diana.

"Allahu Akbar, kodok lompat," kaget diana sambil melompat.

"Haha," tawa Andre pecah, melihat tingkah Diana seperti anak kecil. Sedangkan Diana hanya mendengus kesal melihat Andre menertawai dirinya.

"Dasar ketos gila! Datang-datang ngagetin orang," kesal Diana, sedangkan Andre langsung berhenti tertawa kala Diana mengatainya ketos gila.

Diana yang sadar akan ucapannya, langsung takut dan menundukkan kepalanya.

"Maaf, kak." ucap Diana lirih, Andre yang melihat ketakutan Diana hanya diam.

'Setakut itukah dia sama gua,' batin Andre, samar-samar terdengar ketukan pintu dari depan.

Tok! Tok! Tok!

Tanpa membuang waktu, Andre langsung meninggalkan Diana yang masih menunduk. Andre membuka pintu ternyata, yang datang adalah Tina.

"Tina," ujar Andre kaget, melihat Tina datang kerumahnya untuk yang pertama kalinya.

"Kenapa? Lu nggak suka gua datang?" tanya Tina yang melihat ekspresi Andre sangat terkejut. Sedangkan Andre hanya bingung takut Tina melihat Diana.

"Eh, enggak kok. Jalan yuk," ajak Andre, supaya Tina tidak jadi masuk ke rumahnya. Dengan senyum mengembang Tina mengangguk.

"Sebentar, gua ambil kunci dulu ya," titah Andre yang dibalas anggukan dan senyuman oleh Tina.

Andre langsung mengambil kunci tanpa pamit sama Diana, lalu Andre dan Tina pun meninggalkan rumah.

"Kita mau ke mana?" tanya Andre.

"Sebenarnya, tadi gua mau undang lu ke rumah gua, soalnya adik gua yang kecil ulang tahun," ucap Tina.

"Ya udah, ke rumah lu aja, kita ikut rayain," ujar Andre yang membuat Tina senang.

Hari sudah malam, tapi Andre belum pulang juga. Diana yang merasa Andre sangat marah padanya hanya bisa menangis.

Tidak lama kemudian, turun hujan yang begitu deras disertai dengan petir dan kilat membuat Diana langsung menutup telinganya, karena ia sangat takut dengan petir dan kilat.

Kemudian lampu mati membuat Diana menjerit histeris, pasalnya Diana tidak punya ponsel untuk meneranginya.

****

Andre yang masih di rumah Tina mulai gelisah, takut Diana kenapa-kenapa sendiri di rumah. Ingin menghubungi Diana pun Andre tidak punya nomormya.

'Gua nggak pernah lihat Diana megang ponsel, apa dia tidak punya ponsel? Ya tuhan, nih bocah miskin amat sih, hari gini masih nggak punya ponsel,' gerutu Andre dalam hati.

"Nak Andre, kenapa melamun?" tanya mama Tina pada Andre.

"Eh, nggak apa-apa, Tante." jawab Andre bingung, gimana cara mau pulang.

"Nak, nginap di sini aja ya. Di luar kan hujan, mati lampu lagi," bujuk mama Tina, sedangkan Tina mengangguk tanda setuju.

"Maaf Tante, sepertinya Andre nggak bisa nginap, soalnya masih ada tugas yang belum Andre kerjain," jawab Andre berbohong, sedangkan Tina hanya mendengus kesal.

"Ya sudah, kalo begitu kamu hati-hati ya," ujar mama Tina yang dibalas anggukan oleh Andre.

"Maaf ya, Tina." ucap Andre, yang dibalas anggukan oleh Tina.

Kemudian Andre pulang, sepanjang jalan pikirannya terus pada Diana, Andre melirik jam di ponselnya menunjukkan jam 1 malam.

Tidak lama kemudian, Andre sampai di rumahnya karena malas mengetuk pintu. Akhirnya, Andre memakai kunci cadangannya.

Bagitu masuk, Andre mencari Diana dengan senter ponselnya, tapi Andre tidak melihat Diana di ruang tengah.

Akhirnya, Andre bergegas ke kamar Diana. Samar-samar Andre mendengar suara isakan tangis, tanpa membuang waktu Andre langsung masuk ke kamar Diana dan berjalan mendekati Diana yang sedang duduk meringkuk menutupi wajah di lututnya.

Sedangkan Diana yang mendengar suara jejak kaki, semakin takut bahkan tubuhnya bergetar, Andre memegang pundak Diana, membuat tangis diana semakin kencang tidak berani membuka matanya.

"Pergi ... pergi ... jangan ganggu gua! Hiks," teriak Diana, Andre yang merasa kasihan pada Diana langsung memeluknya erat.

"Tenanglah, ini gua," ucap Andre, membuat Diana perlahan membuka matanya disela-sela jarinya dan benar itu adalah Andre.

"Hiks, Kak. Maafin Diana, Diana nggak sengaja tadi ngatain, Kakak." pinta Diana sambil menangis, Andre yang melihat ketakutan Diana langsung mempererat pelukannya.

"Sudah. Gua gak marah kok," jawab Andre, membuat Diana semakin menenggelamkan wajahnya di dada bidang Andre.

"Lu, punya ponsel?" tanya Andre, yang dibalas gelengan oleh Diana. Membuat Andre menghembuskan napasnya kasar.

huft!

"Ya sudah, besok gua kasih lu ponsel. Jangan nolak, gua gak suka," tegas Andre penuh penekanan, membuat Diana takut dan langsung mengangguk.

"Sekarang lu tidur," ujar Andre, saat Andre hendak keluar membawa ponselnya, Diana langsung menutup wajahnya dengan tangannya karena Diana takut kegelapan.

Andre yang melihat itu langsung mengurungkan niatnya untuk pergi. Lalu Andre naik ke ranjang membuat Diana kaget.

"Sudah, tidurlah. Gua nggak bakalan matiin senternya," ucap Andre, membuat Diana langsung mengangguk lalu menutup matanya.

Andre yang sedari tadi belum bisa tidur, terus memperhatikan wajah Diana. Hidung yang agak pesek di tambah bulu mata yang lentik, bibir yang pink alami serta pipi yang tembem, membuat Diana terlihat natural dan cantik.

Tanpa ragu, Andre membelai wajah tembem Diana yang berstatus istrinya, lalu memeluk tubuh Diana dan menyusul ke alam mimpi.

***Bersambung***

Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang