Cukup lama Andre, Rudi, Diana dan Dewi ngobrol-ngobrol. Sekarang masuk waktunya sholat magrib, Andre dan Rudi sholat terlebih dahulu, sedangkan Diana dan Dewi menjaga papa Dewi yang masih tertidur.
Tidak lama kemudian Andre dan Rudi datang dari musholla, sedangkan Dewi dan Diana langsung pamit untuk sholat. Rudi mendekati papa Dewi, hendak membangunkannya untuk sholat magrib.
"Papa, bangun dulu, yuk. Udah magrib," ucap Rudi pelan sambil menggoyangkan lengan papa Dewi, cukup lama Rudi membangunkan papa Dewi. Tapi, tidak ada respon sama sekali, Rudi mulai panik. Andre yang melihat Rudi panik langsung mendekatinya.
"Kenapa?" tanya Andre.
"Gua gak tahu, Ndre. Dari tadi gua bangunin Papa, tidak ada respon sama sekali," jawab Rudi.
"Ya sudah. Tunggu sebentar, gua panggilin dokter," tawar Andre, yang dibalas anggukan oleh Rudi.
Tidak lama kemudian, dokter datang memeriksa papa Dewi, tapi alangkah terkejutnya Rudi ketika melihat dokter mencabut infus dari tangan papa Dewi.
"Dokter, Papa kenapa?" tanya Rudi was-was, yang dibalas gelengan oleh dokter.
"Papa kamu sudah meninggal, mungkin satu jam yang lalu," terang dokter membuat Rudi langsung luruh ke lantai. Andre yang melihat sahabatnya menangis langsung memeluknya sambil menepuk-nepuk punggung Rudi.
Diana dan Dewi yang baru saja sampai ke dalam ruangan, langsung bingung kenapa dokter melepas infus dari tangan papa Dewi. Diana yang melihat Andre dan Rudi menangis langsung panik, lalu menghampiri keduanya yang diikuti oleh Dewi.
"Kak, papa Dewi kenapa?" tanya Diana pada Andre, sedangkan Dewi masih bingung kenapa Rudi menangis.
Andre yang mendengar Diana dibelakangnya langsung menghapus air matanya, begitu juga dengan Rudi ia langsung melihat ke arah Dewi yang nampak bingung.
"Kak, Papa kenapa?" tanya Dewi, hati-hati pada Rudi, sedangkan Rudi hanya menggeleng tidak mampu menahan air matanya.
"Jangan bilang kal-" ucap Dewi terpotong kala Rudi mengangguk. Dengan seketika Dewi menangis histeris, kemudian berdiri memeluk papanya.
Diana yang melihat itu, langsung menarik Dewi, karena dewi mengguncang- guncangan tubuh Papanya sambil menangis.
"Na, Papa gua," tangis Dewi dipelukan Diana, sedangkan Diana yang merasakan kesedihan sahabatnya langsung memeluk Dewi dengan erat.
"Sabar, Wi. Allah sayang sama Papa, makanya allah panggil papa ke hadiratnya kembali," nasehat Diana, sedangkan Dewi makin menangis.
Rudi sebenarnya ingin memeluk Dewi, tapi apa boleh buat mereka belum halal.
***
Tiga hari kemudian, setelah kepergian Papanya, Dewi nampak murung dan mengurung dirinya, sedangkan Diana meminta izin pada Andre untuk menginap di rumah Dewi. Diana ingin menghibur sahabatnya.
"Wi," panggil Diana dari belakang sambil memegang pundak Dewi, sedangkan Dewi langsung berbalik menghadap Diana dan berusaha tersenyum.
"Besok pernikahan lu sama kak Rudi. Apa lu udah siap atau mau di undur dulu?" tanya Diana hati-hati, takut Dewi tersinggung. Sedangkan Dewi yang mendengar pertanyaan Diana hanya tersenyum.
"Gak usah di undur, Na. Insyaallah, gua udah siap, lagian Kak Rudi juga udah baik banget ke gua, Na," jawab Dewi membuat Diana langsung tersenyum.
"Gua gak nyangka,Wi. Kita berdua menikah di usia muda," ujar Diana sedangkan Dewi hanya mengangguk.
"Apapun yang terjadi, di mana pun lu tinggal sama Kak Rudi suatu saat, jangan lupain gua, ya," ucap Diana, membuat Dewi langsung memeluk Diana.
"Gua gak akan pernah lupain orang yang udah gua anggap sebagai saudara kandung gua sendiri. Gua gak punya siapa-siapa lagi, Na. Gua cuma punya, elu," tangis Dewi mulai pecah bagitu juga dengan Diana.
"Sampai kapanpun, jangan pernah lupain gua, Na," perintah Dewi sambil mengangkat jari kelingkingnya sedangkan Diana langsung mengangguk, kemudian mengulurkan jari kelingkingnya membalas Dewi, kamudian mereka tertawa.
***Bersambung***
Tinggalkan jejak 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)
Teen Fiction****Terbit**** "Lu cemburu?" "Kan dari awal gua udah bilang kalo gua cuma anggap lu sebagai sahabat. Jadi, ngapain lu harus cemburu," Jangan lupa follow author ya 🙏 Happy reading 🍃🍃