Pukul 4.00 subuh Diana bangun, ia melihat Andre masih setia memeluknya. Dengan perlahan ia melepaskan pelukan Andre, lalu bergegas ke kamar mandi.
15 menit kemudian, ia keluar dari kamar mandi, ia tidak melihat Andre. Sedangkan Andre sebelum Diana bangun ia sudah bangun terlebih dahulu. Dia sengaja berpura-pura tidur agar Diana tidak curiga.
***
pukul 6.20, Andre turun ke bawah ia melihat Diana sedang menyajikan makanan. Tanpa pikir panjang dia langsung mengajak Diana sarapan bersama, sedangkan Diana hanya diam dan menurut karena perutnya juga sangat lapar.Selama mereka makan, hanya terdengar suara dentingan sendok, Diana yang fokus pada makanannya dan tidak mau melihat Andre. Sedangkan Andre yang sesekali memandangi wajah Diana yang masih pucat.
Setelah selesai Diana langsung mencuci piring, Andre yang masih di meja makan, bingung bagaimana cara membuat Diana seperti semula.
"Hem ... hari ini lu gak usah sekolah dulu, muka lu masih pucat," ucapnya membuka percakapan.
"Kakak gak ada hak ngatur-ngatur hidup, Diana!" ketusnya, sedangkan Andre langsung tersulut emosi mendengarnya.
"Lu kenapa, sih? Dari kemaren berubah drastis, hah!" Suaranya mulai meninggi Manahan emosinya.
"Diana cuma mau cerai sama Kakak. Diana gak mau lagi ada ikatan apa-apa sama Kakak," ucapnya memberanikan diri.
"Tapi, kenapa? Beri gua alasan!" Bentaknya, sedangkan Diana diam dan terus berusaha menahan air matanya.
"Jawab! Apa alasan lu, seperti ini?!" bentaknya lagi.
"Karena Diana sudah melakukan kesalahan besar dan fatal," balasnya, membuat Andre semakin bingung.
"Kesalahan apa yang lu lakuin?" tanyanya tidak suka bertele-tele.
"Diana cinta sama Kakak! perlakuan Kakak yang kadang-kadang membuat Diana baper, dari situlah Diana mulai sayang sama Kakak. Tapi, Diana tahu perasaan ini tak akan berbalas apa-apa. Diana ingin cerai sama Kakak, supaya perasaan ini sedikit demi sedikit akan hilang dari hati Diana.
Diana gak mau perasaan ini makin lama dalam diri Diana, karena ini sangat menyakitkan. Jadi, Diana minta tolong, jangan terlalu perduli sama Diana, jangan ngatur-ngatur kehidupan Diana. Jika Kakak masih tetap ingin mempertahankan kontrak pernikahan ini!" teriaknya di depan muka Andre.
Sedangkan Andre diam bak patung, dia masih belum percaya Diana mengakui perasaannya.
"Mulai dari detik ini! Diana gak mau banyak komunikasi sama Kakak. masalah pekerjaan rumah, Diana akan kerjakan semua, jangan kasihani Diana, biarkan Diana mandiri, supaya tepat satu tahun pernikahan ini, Diana tidak bergantung sama Kakak," ucapnya penuh penekanan, kemudian ia berangkat sekolah.
Sedangkan Andre sama sekali nggak bisa menjawab apa yang dikatakan oleh Diana. Dia melihat Diana pergi.
"Arghh ...! kenapa seperti ini," ucapnya frustasi sambil menjambak rambutnya. Tidak lama kemudian dia berangkat ke sekolah.
***
Hari demi hari berlalu, Diana benar-benar dingin kepada Andre. Sedangkan Andre membiarkan Diana dingin, yang penting Diana tidak pergi dari rumahnya.
Seharian ini Andre tidak bertemu Diana karena dia ada les untuk persiapan ujian akhir. Dia juga pulang ke rumah jam 10 malam, karena ada rapat OSIS tentang persiapan perpisahan.
Di kamar, Andre benar-benar gelisah, dia ingin sekali melihat Diana. Dengan keberanian kuat, dia turun ke bawah, pura-pura ingin mengambil minum.
Sampai di depan kamar Diana, dia bingung antara ingin mengetuk atau tidak, karena dia tidak mau Diana marah padanya.
Andre melihat pintu kamar Diana terbuka sedikit, dia berjalan pelan mendekati pintu kamar Diana, kemudian mengintip agar tidak ketahuan oleh Diana.
Dia melihat Diana sudah tertidur, pelan-pelan dia masuk ke kamar Diana, kemudian dia memandangi wajah wanita yang berani mengakui perasaan terhadap dirinya.
Tidak mau ketahuan sama Diana, dia langsung keluar. Andre berjalan ke kamarnya dan tidur, karena besok akan ada rapat OSIS di rumahnya karena hari minggu.
***
Pagi hari sekitar jam 9, terdengar suara yang sangat ribut dari ruang tengah. Diana yang berada di kamar langsung penasaran dan memutuskan untuk ke ruang tengah.
Begitu sampai ke ruang tengah, semua mata tertuju pada Diana, terutama Rudi, dia sangat bingung, kenapa Diana ada di rumah Andre.
"Eh, Diana. Lu nginap di sini ya?" tanya Tina ramah kepada Diana, sedangkan Diana hanya mengangguk.
"Emang Diana siapanya Andre?" tanya Rudi pada Tina. Andre hanya diam tidak bisa berkata apa-apa, setelah dia melihat Diana.
"Oh, Diana itu sepupunya Andre," jawab Tina, sedangkan Rudi hanya manggut-manggut.
"Diana, sini. Bantuin kita mempersiapkan properti sama hiasan panggung, untuk perpisahan di hari rabu besok," ajak Rudi, sedangkan Diana hanya tersenyum, lalu duduk di dekat Rudi.
Andre sebenarnya tidak suka melihat Diana dekat sama Rudi, tapi apalah daya dia hanya bisa diam.
Selama mempersiapkan properti sama hiasan tersebut, Rudi dan Diana tidak hentinya tertawa sambil lempar-lemparan kertas karton yang sudah lebih.
"Diana, lu jago menggambar, ya?" tanya Rudi.
"Gak juga, Kak." jawabnya.
"Trus lu jago apa dong?" tanya Rudi sambil menggunting kertas karton.
"Jago jahilin Kakak," balasnya sambil melempar Rudi lagi, sedangkan anak OSIS yang lain hanya tertawa melihat tingkah Diana.
Berbeda dengan Andre, dia hanya diam, memperhatikan Diana yang tertawa lepas. Dia ingin sekali bergabung untuk bercanda bersama Diana. Tapi, rasa canggung sudah menguasainya.
***Bersambung***
Jangan lupa kasih vote 😊
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)
Teen Fiction****Terbit**** "Lu cemburu?" "Kan dari awal gua udah bilang kalo gua cuma anggap lu sebagai sahabat. Jadi, ngapain lu harus cemburu," Jangan lupa follow author ya 🙏 Happy reading 🍃🍃