Bab 15

8.1K 350 1
                                    


Pagi hari, semua murid sedang berbaris sesuai kelompok masing-masing, untuk melakukan hiking bersama. Andre yang sedari tadi melihat ke arah Diana karena ia tahu pasti Diana akan menghindarinya, karena kejadian tadi malam.

Sedangkan Diana yang tahu kalo Andre sedang memperhatikannya, memilih membuang muka tidak mau melihat Andre. Tidak lama kemudian semua murid di persilakan berangkat bersama kelompok masing-masing.

Sepanjang mendaki gunung tersebut, Diana tidak hentinya tertawa, karena Dewi selalu mengatakan hal yang sangat konyol menurut Diana.

POV Andre.

Gua tahu, Diana pasti marah banget sama gua karena kejadian tadi malam. Ntah kenapa begitu dia mengatakan "pernikahan cuma setahun, selebihnya akan bebas" rasanya gua kurang suka dia ngomong seperti itu.

Hari ini, kegiatan hiking bersama, tapi gua nggak sekelompok sama Diana, otomatis komunikasi kami makin jauh.

Gua yang dari tadi melihat ke arah Diana. Namun, tidak sekalipun Diana membalas tatapan gua, apa dia semarah itu sama gua?

***
Hari sudah sore, murid pulang menuju tenda masing-masing. Di perjalanan pulang, Dewi terus membuat Diana tertawa, tanpa Diana sadari kakinya terpeleset dan ia jatuh ke dasar jurang. Sebenarnya tidak jauh, cuma kaki Diana tersangkut di akar-akar pohon, sehingga ia tidak bisa naik.

Diana ingin berteriak, tapi kelompoknya sudah jauh, di tambah lagi kelompok Diana adalah kelompok terakhir. Hari sudah mulai gelap, Diana mulai takut, karena tidak ada orang yang lewat.

Dewi masih terus berjalan, sambil berbicara sendiri, karena ia tidak sadar kalo Diana sudah tidak ada di belakangnya.

"Na, lu pernah mikir nggak sih? Kenapa Upin, Ipin nggak pernah lulus TK?" tanya Dewi, namun tidak ada jawaban dari Diana.

Merasa heran tidak ada sahutan, Dewi menoleh ke belakang dan ternyata Diana tidak ada. Dewi langsung berteriak histeris memanggil Diana.

"Diana! Diana! Lu di mana?" teriak Dewi frustasi. Pak Dian yang melihat Dewi berteriak langsung menghampiri Dewi.

"Dewi, kamu kenapa?" tanya pak Dian.

"Diana, Pak. Di-- Diana nggak ada," ucap Dewi sambil menangis, membuat Pak Dian kaget bukan main.

"Loh, bukannya tadi Diana bareng sama kamu?" tanya Pak Dian.

"Iya, Pak. Tapi, Diana gak ada, Dewi juga nggak tahu pisah di mana?" ucap Dewi makin panik.

Dengan segera pak Dian memanggil ketua OSIS, untuk membantu mencarinya.

"Andre, kemari," panggil pak Dian, kemudian Andre mendekat. Andre yang melihat Dewi menangis, membuat perasaan Andre tidak enak.

"Ada apa, Pak?" tanya Andre.

"Begini, Diana hilang. Tolong kalian yang senior berpencar mencarinya," ujar pak Dian, Andre yang kaget mendengarnya, langsung pergi mengarahkan semua murid laki-laki kelas 12, untuk mencari Diana.

"Ayo, kita cari sama-sama. Tolong kalian berpencar," ucap Andre, semua mengangguk lalu berpencar. Sedangkan Andre bingung harus mencari ke mana.

Tidak lama kemudian, Andre mengingat jalan terakhir pulang mereka arah selatan, dengan segera Andre berlari ke arah sana. Sudah lumayan jauh Andre mencarinya, tapi ia tidak menemukannya.

'Diana, please ... gua mohon jangan tinggalin gua,' batin Andre.

''Gua tau gua salah, tapi jangan seperti ini. Gua khawatir, lu tahu nggak? Lu selalu buat gua kayak orang gila, mencari lu!" teriak Andre.

Cukup jauh Andre berjalan, dia melihat ke arah jurang, siapa tahu Diana terpeleset. Benar saja Andre melihat ada orang bergantung di dasar jurang, kakinya tersangkut di akar.

Secepat mungkin Andre berlari mendekati orang tersebut, sebelum hari gelap. Diana yang masih setia berpegangan di akar pohon besar sambil menangis, karena kakinya tidak bisa ia lepaskan.

"Diana," panggil Andre begitu ia mendekat, dengan segera Diana mendongak ke atas dan benar saja itu Andre, air mata diana terus menetes, ia merasa dirinya selalu bergantung pada Andre.

"Kak, kaki Diana sakit, nggak bisa di lepasin," ucap Diana memohon. Andre yang mendengar Diana sudah sangat lemas, dengan hati-hati ia turun melepaskan akar yang tersangkut di kaki Diana.

"Lu pegangan yang kuat, ya. jangan di lepas, biar gua lepasin akarnya dulu," ujar Andre yang sudah menggantung pula di samping Diana, sedangkan Diana hanya mengangguk.

Setelah melepaskan akarnya, Andre langsung naik kembali, kemudian meraih tangan Diana untuk membantunya naik ke atas. Andre menarik Diana dengan sangat cepat membuat Diana langsung terjatuh ke pelukan Andre.

Andre yang belum siap menerima tubuh Diana, langsung ambruk ke tanah bersama dengan tubuh Diana di atasnya. Andre langsung memeluk Diana yang sudah sangat lemas, sedangkan Diana hanya menangis di pelukan Andre.

"Maafin Diana, Kak. Selalu merepotkan Kakak," ucap Diana di sela tangisnya.

Andre yang mendengar Diana menangis langsung duduk, dan membawa Diana ke pelukannya.

"Sudah, jangan menangis, yang penting lu sekarang udah selamat," ujar Andre, membuat Diana semakin membenamkan wajahnya di dada bidang Andre.

Andre yang melihat hari sudah sangat gelap, Andre mengambil ponselnya untuk menyalakan senter. Ia melihat Diana tidak bergerak, ternyata Diana tertidur, karena sudah sangat lelah.

Andre mengedarkan pandangannya melihat sekitar, menacari tempat peristirahatan. Tidak jauh dari tempat mereka, Andre melihat ada pondok kecil.

Tanpa membuang waktu, Andre langsung membopong tubuh Diana, lalu membawanya ke pondok kecil tersebut.

Karena pondoknya sedikit tinggi akhirnya, Andre membaringkan tubuh Diana terlebih dahulu ke dalam pondok, kemudian ia naik ke dalam pondok tersebut.

Andre mendudukkan tubuh Diana dan membawa ke pelukannya, Andre membuka jaketnya, untuk di selimutkan ke tubuh Diana. Karena pondoknya sangat kecil, akhirnya mereka tidur dalam posisi duduk berpelukan.

Pagi hari, Diana terbangun lebih dahulu, ia melihat ada jaket di badannya. Dengan hati-hati Diana membangunkan Andre.

"Kak," panggil Diana pelan.

"Hem," jawab Andre, yang masih setia menutup matanya, membuat Diana mendengus kesal.

"Udah pagi, Kak. Balik ke tenda yuk," ajak Diana.

"Ntar aja, gua masih ngantuk," jawab Andre, lalu menarik Diana kembali ke dalam dekapannya. Sedangkan Diana hanya diam sambil memainkan kancing baju Andre.

1 jam kemudian, Andre sudah bangun, lalu mereka pun kembali ke tenda. Dewi yang melihat Diana datang, langsung memeluknya.

"Na, lu nggak apa-apa 'kan? tanya Dewi sambil memutar-mutarkan tubuh Diana, mengecek apa ada luka. Sedangkan Diana hanya menggeleng.

Tina yang melihat Andre datang langsung menghampirinya, membuat Dewi panas melihat Tina.

"Andre, lu ke mana aja tadi malam? kok gak pamit sih," rengek Tina seperti anak kecil, sedangkan Andre hanya menggeleng.

'Yah, Mak lampir datang,' batin Dewi.

Dewi yang melihat adegan di mulai, langsung menarik tangan Diana ke tenda. Sampai di tenda Dewi langsung bertanya.

"Na, siapa yang selamatin lu?" tanya dewi penasaran.

"Kak Andre,"ucap Diana jujur.

"What? kak Andre?" tanya dewi tidak percaya yang dibalas anggukan oleh Diana.

***Bersambung***

Jangan lupa kasih vote 😊

Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang