Bab 30

8.1K 352 14
                                    

***
Di rumah, Rudi sedang bingung bagaimana cara menyampaikan keinginannya kepada Papa dan Mamanya. Sedangkan Ppapa Rudi yang melihat anaknya tampak gelisah langsung bingung.

"Kamu kenapa, Nak?" tanya papa Rudi mengagetkannya dari belakang membuat Rudi kaget dan langsung gelagapan.

"Em ... anu, Pa. Eh, itu mak-maksudnya-" ucapan Rudi langsung dipotong oleh papanya.

"Coba tenang dulu, Nak. Kemudian ceritain sama Papa, ada apa?" tanya papa Rudi sambil menepuk pundak anaknya.

"Em ... pa, Rudi boleh minta sesuatu nggak?" tanya Rudi membuat papanya langsung menyergit.

"Minta apa?" tanya papa Rudi.

"Em ... Rudi pengen nikah, Pa," ujar Rudi sambil menunduk membuat papa Rudi kaget kemudian tersenyum.

"Siapa dia?" tanya papa Rudi, sedangkan Rudi langsung panik, takut Oapanya memarahi Dewi.

"Ini keinginan Rudi, pa. Dewi nggak tau apa-apa," ujar Rudi, membuat Papanya tertawa.

"Iya Papa tau, ini keinginan kamu. Papa kan cuma nanya, siapa wanita yang sudah menggoyahkan iman anakku?" tanya papa Rudi sambil tertawa. Membuat Rudi cengengesan. Sedangkan mama Rudi yang sedari tadi menyimak hanya tersenyum.

"Namanya Dewi, pa. Temannya istri Andre itu," ujar Rudi, membuat papanya berfikir sejenak.

"Andre anaknya Pak Andra, kah?" tanya papa Rudi membuat Rudi langsung mengangguk.

"Restuin aja, Pa. Dari pada Rudi pacaran yang ujung-ujungnya malah buat dosa," ujar mama Rudi.

"Baiklah, Besok kita ke rumah Dewi. Tapi, kalo misalnya ditolak gimana?" tanya papa Rudi menguji nyali anaknya.

"Nggak apa-apa, Pa. Yang penting usaha dulu," ucap Rudi membuat Papanya tersenyum.

***

Andre dan Diana yang baru saja sampai ke rumah langsung membersihkan diri kemudian sholat magrib berjama'ah. Setelah itu mereka makan malam.

Sekarang Diana dan Andre sedang menonton TV, Diana tampak bingung mau bertanya atau tidak kepada Andre. Sedangkan Andre bingung dengan sikap istrinya.

"Kak," lirih Diana, membuat Andre menoleh ke samping dan menatap istrinya dalam.

"Kenapa, Hem?" tanya Andre sambil mengelus rambut Diana sedangkan Diana bingung harus gimana mengatakannya.

"Em ... itu, kak. Kenapa kakak gak pernah meminta hak, Kakak?" tanya Diana kemudian ia menunduk takut Andre tersinggung. Sedangkan Andre yang mendengar pertanyaan istrinya langsung tersenyum.

"Kakak, bukannya nggak mau minta. Cuma, kakak lagi nunggu kamu sampe lulus SMA biar gak keganggu sekolahnya," ujar Andre membuat Diana mangut-mangut.

"Kenapa emang? Pengen sekarang?" tanya Andre dengan nada menggoda membuat pipi Diana bersemu merah kemudian menggeleng.

"Nggak, kak. Diana takut dosa, nggak melayani suami," ucap Diana lirih, membuat Andre langsung tersenyum.

"Nggak dosa, sayang. Kakak memang sudah niatin dan Kakak ikhlas nunggu kamu sampe lulus SMA," ucap Andre membuat Diana lega.

"Kamu suka dedek bayi?" tanya Andre membuat Diana langsung mengangguk.

"Suka banget. Apalagi gendong sambil cium pipi chubbynya, Diana sangat suka," ujar diana dengan semangat membuat Andre langsung tersenyum.

"Sabar ya, sayang. Sekarang kan, kamu udah kelas 12, fokus belajar aja dulu. Setelah lulus kita buat dedek bayi biar kamu ada teman di rumah," ucap Andre membuat Diana langsung mengangguk lalu tersenyum.

"Pengen dedek bayi cewek apa cowok?" tanya Andre.

"Apa aja yang Allah kasih, Diana terima yang penting dedek bayinya sehat," ucap diana, sambil mengangkat tangannya seperti berdo'a. Andre tersenyum melihat tingkah istrinya.

"Ya udah, kalo gitu tidur yuk," ajak Andre membuat Diana langsung mengangguk dan merentangkan tangannya.

Andre yang paham dengan maksud Diana langsung tersenyum lalu menggendong Diana ala bride style, sedangkan Diana tersenyum melihat Andre sangat baik padanya.

☘️☘️☘️

Keesokan harinya, Rudi dan keluarganya tiba di halaman rumah Dewi, papa Dewi yang sedang minum teh di teras depan langsung heran siapa yang datang.

"Assalamu'alaikum," ucap papa Rudi.

"Walaikumussalam," jawab Papa Dewi kemudian menyalam tangan Papa rudi.

"Mari, kita ngobrol di dalam," ajak papa Dewi ramah. Setelah mereka duduk di ruang tamu papa Rudi memulai percakapan.

"Jadi begini, Pak. Kami datang ke sini bukan tanpa sebab. Tapi, kami datang ke sini mempunyai niat baik," ucap papa Rudi sedangkan papa Dewi langsung tersenyum.

"Katakan, Pak. Niat baik yang ingin di utarakan. insyaallah kalo selagi tidak melanggar apa-apa. Bisa di diskusikan," ucap papa Dewi.

"Begini, Pak. Sepertinya anak saya Rudi sudah jatuh cinta kepada anak Bapak, Dewi. Makanya, tadi malam Rudi meminta saya dan Mamanya untuk menemaninya melamar Dewi. Karena Rudi tidak mau ada ikatan sebelum menikah," ucap papa Rudi sopan sedangkan Rudi hanya menyimak obrolan ke dua belah pihak. Sedangkan papa Dewi langsung tersenyum.

"Kalo menjawab lamarannya, saya tidak ada hak. Tunggu sebentar, Saya panggilkan Dewi nya dulu," ucap papa Dewi.

Tidak lama kemudian terlihatlah Dewi dan Papanya datang ke ruang tamu. Dewi yang melihat Rudi langsung kaget, ia kira kemaren omongan Rudi hanya bercanda.

Setelah Dewi duduk, papa Rudi mulai menjelaskan nya kembali lalu meminta persetujuan Dewi.

"Bagaimana, Nak. Apa kamu menerima lamaran anak Bapak?" tanya papa Rudi sedangkan Dewi nampak gugup lalu melihat ke arah papanya sedangkan papa Dewi hanya tersenyum melihat anaknya.

"Em ... kalo Dewi terserah Papa, saja. Setiap keputusan yang Papa ambil buat Dewi. insyaallah, itu yang terbaik," ucap Dewi mantap, membuat papanya terharu lalu memeluk anak semata wayangnya.

"Baiklah, pak. Karena Dewi menyerahkan semua keputusan kepada saya. Maka saya terima lamaran anak Bapak," ucap papa Dewi mantap.

Sedangkan Rudi dan orang tuanya langsung tersenyum dan berterima kasih kepada papa Dewi.

"Nak, Papa ingin memberi tahu sedikit tentang Dewi, dia ini anak semata wayang Papa dan dia kekurangan kasih sayang seorang Ibu, karena kami dulu bercerai. Maka dari itu kamu harus maklum jika terkadang Dewi sangat manja, selain itu Dewi anaknya penyayang, Papa minta tolong sama kamu jangan bentak Dewi karna dia satu-satunya harta Papa yang paling berharga.

Papa menyerahkan Dewi kepadamu supaya kamu bisa membimbingnya ke jalan yang benar, tegur Dewi dengan baik jika ia salah. Tapi, Papa minta tolong jangan sekali- kali kamu membentaknya karena ia phobia dengan suara keras maupun bentakan, ini efek dari masa lalunya yang selalu menyaksikan pertengkaran kami. Papa percaya Rudi bisa menjaga anak Papa," ucap papa Dewi membuat Rudi meneteskan air mata, ia tidak menyangka masa lalu Dewi sangat rumit.

"Insyaallah, Pa. Rudi akan berusaha menjalankan amanah Papa," ucap Rudi mantap membuat papa Dewi tersenyum. Sedangkan Dewi masih menangis di pelukan papanya.

"Kapan kira-kira waktu yang tepat untuk mengadakan resepsi mereka, Pak?" tanya papa Rudi.

"Kapan pun tidak masalah. Lebih cepat, lebih baik," ujar papa Dewi.

"Bagaimana jika 3 hari lagi?" tanya papa Rudi sedangkan papa Dewi hanya mengangguk.

***Bersambung***

Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang