Malam hari, semua anak OSIS pulang dari rumahnya. Kini, tinggallah mereka berdua, Diana sedang membersihkan sampah yang berserakan, Andre mengunci pintu.
Andre berbalik, dia melihat Diana sedang membersihkan sampah yang berhamburan di mana-mana. Tanpa ada percakapan, dia membantu Diana membersihkan sampah-sampah tersebut.
Tanpa sengaja, Andre mengambil sampah yang Diana juga sedang meraih sampah itu. Otomatis tangannya memegang tangan Diana. Diana yang melihat itu, buru-buru menarik tangannya.
"Maaf, Kak," ucapnya, Andre tidak bisa menjawab apa-apa lidahnya terasa kelu.
Begitu Diana berdiri, tiba-tiba mati listrik membuatnya refleks jongkok dan menutup matanya, sedang Andre meraba-raba mencari ponselnya.
Andre belum mendapatkan senter atau ponselnya, tiba-tiba hujan disertai dengan gledek yang sangat keras, membuat Diana menjerit histeris, kemudian menutup telinganya dengan mata yang masih terpejam.
"Ayah, bunda," ucap Diana disela tangisnya.
Andre yang belum menemukan ponselnya, dengan segera dia mencari Diana, tapi dia tidak tahu di mana Diana karena sangat gelap. Membuat Andre mau tidak mau harus buka suara.
"Diana lu di mana?" teriak Andre, Diana yang mendengar teriakan Andre, mau tidak mau harus menyahut, karena ia sudah sangat takut.
"Di dekat televisi Kak," jawabannya, Andre yang masih setia berjalan mencari Diana sambil meraba-raba.
Tidak lama kemudian, Andre meraba kepala Diana dengan cepat dia duduk, lalu menarik tubuh Diana yang gemetar ke dalam pelukannya.
"Sudah. Jangan menangis," ucapnya menenangkan Diana, karena dia tidak dapat melihat wajah Diana, sedangkan Diana langsung membalas pelukan Andre.
"Kak, Diana takut, maaf," ucapnya, karena ia merasa melanggar aturannya sendiri.
"Sudah. Gak apa-apa" jawab Andre sambil membelai kepala Diana yang tertutup hijab.
"Kita tidur di sini dulu ya, karena gua gak tahu ponsel gua di mana, ini sangat gelap" ujarnya.
Sambil merebahkan dirinya dan Diana, sedangkan Diana hanya mengangguk, lalu menyembunyikan wajahnya di dada bidang Andre.
***
Tengah malam, Andre terbangun dan melihat lampu sudah menyala, dia melihat ke arah jam menunjukkan pukul 2 dini hari.Dia melihat ke arah Diana yang masih setia memeluknya, dengan wajah masih dibenamkan di dadanya.
Andre membalikkan tubuh Diana, membuatnya tidur telentang, terdengar suara hembusan nafas kasar dari mulut Diana "huft" dengan keringat dipelipisnya karena pengap di dadanya.
Andre tersenyum lalu menghapus keringat Diana. Disela dia menghapus keringat Diana, dia teringat akan kata-kata Diana beberapa hari yang lalu, dia langsung berhenti menghapus keringat Diana.
Kemudian Andre membopong tubuh Diana ke kamarnya, lalu dia keluar dan bergegas ke kamarnya.
***
Tiga hari kemudian, tibalah hari perpisahan kelas 12, di mana mereka mengakhiri masa belajarnya di jenjang SMA.
Semua murid dan tamu undangan sudah duduk dengan rapi. Kini saatnya Andre memberikan sambutan, dengan gagah dia naik ke atas panggung.
"Assalamualaikum, semoga semuanya sehat. Tanpa muqaddimah saya langsung aja ke kalimat inti.
Saya berdiri di sini selaku ketua OSIS, sebagai perwakilan teman-teman kelas 12 yang lainnya, ingin meminta maaf kepada semua guru atas segala kesalahan kami.
Terkhusus buat seseorang. Saya ingin meminta maaf sebesar-besarnya. Mungkin saya selalu menyakiti dan membuat anda tertekan, mungkin saya terlalu pengecut, karena tidak bisa meminta maaf secara langsung.
Karena anda, saya tahu betapa egoisnya saya mungkin cukup sekian yang saya ungkapkan, karena saya tahu, ini tidak berpengaruh apa-apa kepada anda.
Karena saya telah terlanjur melakukan kesalahan yang sangat banyak dan mungkin susah dimaafkan, saya harap anda bisa bahagia jika suatu saat nanti kita sudah tidak bersama lagi, assalamualaikum,"sambutannya membuat semua murid dan guru terharu mendengarnya.
Sedangkan Diana, dari awal ia sudah menangis karena ia tahu ungkapan itu untuk dirinya.
'Maafin Diana, Kak. Selalu buat Kakak marah,' batin Diana sambil menangis, sedangkan Dewi yang melihat itu, langsung memeluk sahabatnya.
"Terkadang cinta itu sangat rumit dan menyakitkan, Na,"ucap Dewi yang membuat Diana semakin terisak.
Tibalah acara maaf-maafan antara guru dan kelas 12, kemudian antara kelas 12 dengan adik-adik kelasnya.
Dewi dan Diana mengambil posisi berbaris untuk ikut menyalami kelas 12 nya. Begitu Diana sudah dekat dengan Andre, tangannya mulai dingin seperti takut kehilangan Andre.
Sekarang Diana tepat di hadapan Andre, begitupun dengan Andre yang melihat Diana menunduk rasa sesak di hatinya makin bertambah. Tanpa membuang waktu, dia mengulurkan tangannya dengan ragu Diana membalas uluran tangan Andre.
Pasalnya ini untuk yang kedua kalinya Diana menyalam Andre, Andre yang merasakan tangan Diana dingin, langsung teringat waktu pertama kali Diana menyalaminya saat menikah.
Setelah Diana menyalam Andre, Andre tidak langsung melepas tangan itu.
"Semangat sekolahnya, ya. Semoga hari-harinya makin bahagia dan tidak ada lagi air mata," ucap Andre, membuat mata Diana seketika memanas ingin menangis, Diana langsung menunduk dan mengangguk karena tida sanggup melihat Andre.
Dengan segera dia melepas tangan Diana, walaupun hatinya sekarang sesak. Sekarang Diana tepat di hadapan Rudi, Rudi yang sangat bahagia selalu tersenyum.
"Eh, Diana. Lu bakal kehilangan pangeran Afgan, jangan nangis ye," Rudi meledek Diana karena ia melihat mata Diana berair, dengan seketika Diana tersenyum lalu tertawa.
"Maafin Diana ya, Kak," ucapnya sambil menyalam Rudi.
"Selow kali, gua mah gak pernah dendam, makanya gua awet muda," ucapnya pede, membuat Diana tertawa.
***Bersambung***
Tinggalkan jejak ya 🤗
KAMU SEDANG MEMBACA
Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)
Teen Fiction****Terbit**** "Lu cemburu?" "Kan dari awal gua udah bilang kalo gua cuma anggap lu sebagai sahabat. Jadi, ngapain lu harus cemburu," Jangan lupa follow author ya 🙏 Happy reading 🍃🍃