Bab 14

7.9K 357 1
                                    

Malam hari, para senior tengah mempersiapkan peralatan untuk membuat jagung bakar. Setiap murid mengambil satu jangung, mengoles dengan mentega, lalu memanggangnya.

Andre dan Tina tengah memanggang jagung sambil bercanda ria, sedangkan Rudi dan teman-temannya bermain gitar sambil bernyanyi.

Diana dan Dewi sedang memilih jagung yang pas untuk dipanggang, tidak lama kemudian mereka mengambil posisi untuk ikut memanggang jagung.

Sekarang posisi Andre dan Diana hadap-hadapan dengan tangan yang masih setia mengipas arang, Diana yang tidak mau ikut campur dalam candaan Tina dan Andre hanya diam dan fokus pada jagungnya.

Dewi sudah seperti cacing kepanasan, ingin cepat-cepat pergi dari depan ketos itu. Karena sudah tidak tahan melihat Andre dan Tina, Dewi melihat ke arah Diana yang pura-pura tidak mau melihat andre, padahal Dewi tahu kalo Diana itu sakit hati.

Tanpa membuang waktu Dewi menarik tangan Diana, Diana yang terkejut langsung bertanya.

"Eh, mau ke mana, Wi? Jagung kita belum masak," tanya Diana.

"Udah biarin aja nggak masak. Lebih enak daripada harus seperti ini, panas gua liatnya," ketus Dewi, menyindir Andre.

"Ya iya, panaslah 'kan di depan api," ujar Diana polos, membuat Dewi kesal.

"Udah ah, ayok," kesal Dewi, lalu menarik Diana. Andre yang bingung melihat sikap Dewi hanya diam.

Dewi terus menarik tangan Diana, menjauh dari Andre begitu mereka duduk, Pak Dian datang menghampiri mereka.

"Dewi ikut Bapak sebentar ke tenda guru," ajak pak Dian.

'Ya tuhan, apa lagi sih? Nih, guru kagak capek apa nyuruh-nyuruh gua mulu,' batin Dewi.

"Gua tinggal bentar ya, Na," ucap Dewi yang dibalas anggukan oleh Diana, kemudian Diana sendiri memakan jagung yang masih setengah matang tersebut.

"Dasar Dewi! Udah dibilang belum matang main tarik-tarik aja, dia kira gua burung apa makan jagung mentah!" cerocos Diana, tanpa ia sadari Rudi tengah memperhatikan dirinya yang marah-marah sendiri.

"Hem," Rudi mendehem tepat di hadapan Diana, sedangkan Diana bingung melihatnya.

"Kenapa, Kak? Sakit tenggorokan, ya?" tanya Diana polos, membuat tawa Rudi langsung pecah.

"Haha, nggak kok. Lu lucu ya," ujar Rudi, lalu duduk di samping Diana, sedangkan Diana bingung kenapa Rudi tertawa.

"Lucu gimana, Kak? Perasaan Diana gak lagi ngebadut dah," jawab Diana, membuat Rudi semakin gemas melihatnya.

"Sudah, lupakanlah. By the way, nama lu siapa?" tanya Rudi.

"Diana, Kak." jawab Diana sambil celingak-celinguk mencari Dewi yang masih belum nongol juga, sedangkan Rudi hanya manggut-manggut.

"Nama yang bagus, kelas berapa?" tanya Rudi lagi.

"Kelas 10 IPS 1, Kak," jawab Diana, Rudi yang melihat jagung Diana belum matang pun kembali bertanya.

"Lu, doyan makan jagung mentah?" tanya Rudi yang langsung mendapat pelototan dari diana.

"Ya, enggak lah! Kakak kata gua burung," kesal Diana ngegas, membuat Rudi kaget.

"Ye ... biasa aja kali, gua kan cuma nanya," ujar Rudi, sedangkan diana hanya cengengesan. Tanpa mereka sadari dari kejauhan, Andre melihat Diana sangat akrab dengan Rudi.

"Nih, punya gua kita belah dua aja. Lagian gua nggak terlalu suka sama jagung," tawar Rudi, sambil membelah jagungnya lalu memberinya pada Diana.

"Makasih, Kak." ucap diana, yang dibalas anggukan oleh Rudi.

"Eh, lu bisa nyanyi nggak? Duet yuk, gua yang main gitar," ajak Rudi, yang dibalas gelengan oleh Diana.

"Nggak bisa, Kak," jawab diana berbohong, padahal karena Diana malu.

"Ok, kalo gitu gua aja yang nyanyi. Lu jurinya, jangan salah suara gua 11-12 sama Afgan," ujar Rudi pede, membuat Diana tertawa melihat ke pedean Rudi.

"Kenapa? Gak percaya?" tanya Rudi, membuat Diana langsung berhenti tertawa, lalu menggeleng.

"Eh, nggak kok, Kak. Diana percaya, walaupun sulit," ucap diana sambil tertawa.

Tanpa membuang waktu, Rudi langsung memetik gitarnya, lalu bernyanyi.

Semua perhatian murid tertuju pada Rudi, sedangkan Diana hanya tersenyum mendengar suara Rudi yang indah, tapi nggak mirip Afgan juga, ya.

Andre yang dari tadi melihat Diana begitu senang, membuatnya tidak suka melihat Rudi.

Tidak sengaja Diana menatap ke arah Andre, Diana melihat Andre mentapnya dengan tatapan tajam, membuat Diana langsung berhenti tertawa dan menunduk.

"Gimana penampilan gua?" tanya Rudi, membuat Diana langsung mendongak lalu tersenyum.

"Bagus banget, Kak. Makasih udah menghibur, kalo gitu Diana pamit ke tenda ya, Kak," ucap Diana, lalu beralih menuju tenda kelas 10 yang masih lumayan jauh.

Andre yang melihat Diana pergi, langsung mengejarnya dari belakang, lalu menarik Diana ke samping pohon besar.

"Kak, ngapain ke sini? Diana mau ke tenda," kesal Diana.

"Kelihatannya lu seneng banget digombalin sama Rudi, sampe-sampe jagung aja bagi dua" ucap Andre dengan remeh, membuat Diana langsung menatap tajam ke arah Andre.

"Kakak, kenapa sih? Datang-datang marah. Cuma gara-gara Kak Rudi datang, temanin Diana, gitu? Salahnya di mana kak?" jawab Diana lantang.

"Lu nanya salahnya di mana? lu udah punya suami, tapi kenapa harus berduaan dengan laki-laki lain," ujar Andre penuh penekanan, membuat Diana tersenyum kecut.

"Suami? lantas Diana apa di mata Kakak? Ketika Kakak sedang berduaan dengan kak Tina, apa Kakak pernah nganggap Diana sebagai istri?" tanya Diana dengan panjang lebar, membuat Andre diam seribu bahasa.

"Satu hal lagi Kak. Di dalam surat perjanjian yang Kakak tulis, jangan ikut ikut campur masalah pihak satu maupun pihak dua, lalu di mana salahnya? Bukannya Kakak yang menginginkan seperti ini? Toh, Diana juga nggak pernah ikut campur masalah pribadi Kakak," ujar diana penuh penekanan, membuat Andre tidak percaya, Diana berani berkata begitu padanya.

"Setidaknya hargai gua sebagai suamimu, Diana!" suara Andre mulai meninggi, menahan amarahnya.

"Bagaimana dengan Kakak? Apa Kakak menghargai Diana sebagai istri? Sudahlah Kak, pernikahan ini cuma setahun 'kan. Selebihnya akan bebas. Jadi, menurut Diana lebih baik kita saling menghindar aja," jawab Diana, lalu pergi karena air matanya sudah tidak tahan ingin terjun bebas.

Sedangkan Andre masih diam mematung, mencerna semua ucapan Diana.

'Kenapa Diana semarah itu sama gua? Apa dia sakit hati?' batin Andre.

POV Diana

Gua sangat lega bisa mengungkapkan semua unek-unek yang ada di dalam hati gua, setidaknya itu dapat membuat gua tenang sedikit.

Walaupun sebenarnya gua masih belum siap jika harus berpisah sama Kak Andre. Entah apa yang terjadi pada gua, mungkin gua jatuh cinta sama suami gua sendiri, gua juga nggak bisa menjawabnya.

Gua masih belum kebayang jika gua kelas 11 akan menyandang status janda, sedangkan Kak Andre akan terus bersama Tina.

'Ya Tuhan, hamba yakin engkau nggak mungkin memberikan cobaan, jika hamba tidak sanggup'

****Bersambung****

Jangan lupa kasih vote 😊

Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang