Bab 16

8.1K 347 3
                                    

Hari ini murid-murid tidak ada kegiatan khusus, hanya istirahat dan sebagian seniornya ada yang mempersiapkan panggung, untuk acara penutup mereka nanti malam, sekaligus persiapan api unggun.

"Na, yuk, keluar acara makan bersama tuh, bareng senior untuk yang terakhir kalinya," ajak Dewi, yang dibalas anggukan oleh Diana.

Begitu Dewi dan Diana keluar dari tenda, semua orang sudah seperti rel kereta api, karena makan memakai daun pisang sebagai ganti piring.

"Kita di mana, Wi?" tanya Diana, sedangkan Dewi masih celingak-celinguk mencari posisi yang kosong.

"Di ujung aja, Na. Sepertinya muat untuk kita berdua," balas Dewi yang dibalas anggukan oleh Diana.

Karena muridnya sangat banyak, jadi tidak kelihatan jelas semua. Dewi dan Diana berlari berebut ingin mendapatkan posisi paling ujung, supaya bisa sandaran.

"Yey ...! gua menang," teriak Dewi girang sedangkan Diana hanya mendengus kesal, pasalnya ia ingin sekali sandaran.

Mau tidak mau, akhirnya Diana duduk di samping Dewi, di samping kanan Diana adalah cowok membuat Diana makin malas dengan tempatnya.

"Baik anak-anak, sekarang kita baca do'a, lalu mulai makan," ujar pak Dian yang disetujui oleh murid-murid.

Setelah selesai berdoa, Diana ingin mengambil kerupuk yang di atas nasi, tapi dekat dengan cowok tersebut. Begitu tangan Diana ingin mengambil kerupuk, ternyata cowok itu juga ingin mengambil kerupuk, sehingga tidak sengaja tangan cowok tersebut memegang tanga Diana, cowok tersebut menoleh ke arah samping begitu pun dengan Diana.

"Kak Andre,"

"Diana,"

Ucap mereka bersamaan, kemudian Diana melepaskan tangannya dari tangan Andre. Dari samping Andre lagi terdengar suara cewek yang tidak asing bagi Diana.

"Andre, a ...," ucap Tina ingin menyuapi Andre, sedangkan Andre hanya membuka mulutnya menerima suapan Tina.

Diana yang melihat hal tersebut, selera makannya langsung hilang. Diana tidak jadi mengambil kerupuk, Diana hanya memandangi nasi dengan tatapan kosong.

Sedangkan Dewi, ia asyik bercanda ria dengan senior di depannya sambil lempar-lemparan nasi. Andre yang menyadari Diana tidak menyentuh nasi sedikitpun, langsung menoleh ke arah Diana.

Andre melihat Diana hanya menunduk melihat nasi yang masih belum tersentuh di depannya. Rudi yang tepat dihadapan Diana, tidak mengetahui kalo yang di depannya tersebut adalah Diana karena Rudi sangat lapar.

Begitu Rudi mendongak, ia nampak berpikir sejenak siapa Diana? Kemudian senyumnya mengembang.

"Eh, lu yang kamaren malam, bukan? Yang berantem sama jagung mentah," ucap Rudi sambil menjentikkan jarinya tepat di depan wajah Diana. Diana yang kaget langsung mendongak.

"Nama gua Diana, Kak. Bukan orang yang berantem sama jagung. Ya kali, gua berantem sama jagung," jawab Diana ketus.

"Wuih ... jangan galak-galak neng, ntar kembaran Afgan jatuh cinta," ujar Rudi ngasal, lalu memasukkan satu butir telur rebus ke mulutnya, yang membuat Rudi seperti bakpao.

Diana yang melihat itu langsung tertawa. Rudi yang malu di tertawakan oleh Diana, langsung menutup mulutnya dengan tangannya.

"Lu kenapa gak makan?" tanya Rudi, yang dibalas gelengan oleh Diana.

"Apa lu mau gua suapin juga, kayak Andre dan Tina," ucap Rudi polos, membuat Andre langsung melihat ke arah Diana.

"Nih, a ...," Rudi hendak memasukkan nasi ke mulut Diana.

"Nggak usah, Kak. Diana bisa sendiri kok," tolak Diana halus, mau tidak mau, Diana mengambil nasi dan memasukkannya ke mulutnya.

Andre yang melihat Diana tidak ada selera makan sedikitpun, langsung memindahkan kerupuk yang ada di hadapannya ke depan Diana.

Diana yang melihat itu hanya diam, tidak mau ambil pusing dengan sikap Andre yang selalu berubah-ubah. Tidak lama kemudian Diana berdiri, pergi duluan ke tenda tanpa mengajak Dewi.

Dewi heran, kenapa Diana pergi begitu saja, kemudian ia melihat ke arah samping dan benar saja itu adalah Andre.

'Oh, jadi gara-gara monster ini Diana pergi,' batin Dewi, ia melihat nasi Diana tidak berkurang hanya diambil sedikit. Andre melihat ke arah Dewi, membuat Dewi langsung melayangkan tatapan maut.

Sebelum pergi, Dewi mendekati Andre, kemudian ia berbisik tepat di telinga Andre.

"Jangan menyesal suatu saat nanti, tuan!" ancam Dewi kemudian ia menyusul Diana.

Malam hari, di mana malam ini, benar-benar malam terakhir acara famget. Senior-senior menampilkan bakat mereka masing-masing.

Sedangkan yang kelas 10 dan 11 hanya menjadi penonton, mulai dari bakat menyanyi, menari, puisi dan lain-lain.

Sekarang tiba giliran Andre dan Tina yang maju, mereka akan duet bersama, Diana yang melihat ekspresi keduanya sangat serius dan menghayati, tidak terasa air matanya turun tanpa di minta.

Dewi yang melihat Diana menangis, langsung memeluk sahabatnya.

"Sabar ya, Na. Gua yakin lu bisa hadapin ini semua," ucap Dewi menenangkan Diana, sedangkan Diana yang tidak mau melihat Dewi khawatir hanya tersenyum.

"Wi, gua ke tenda duluan ya," pamit Diana.

"Lah, kenapa? Ini senior masih banyak yang mau tampil," cegah Dewi.

"Gak apa-apa. Lu nonton aja, gua mau ke tenda, ngantuk banget," Diana berbohong.

"Gak papa, nih. Gua gak ikut ke tenda?" tanya Dewi, sedangkan Diana hanya mengangguk.

Dari atas panggung, Andre melihat Diana berdiri dari barisan penonton, kemudian berjalan ke arah tenda.

Diana yang sudah sampai ke tenda, langsung menangis sambil memukul-mukul dadanya yang terasa sesak, melihat Andre dan Tina.

Setelah Andre selesai tampil, ia bergegas mencari Diana sambil membawa makanan, karena Andre tahu Diana belum makan dari sore.

Sampai di tenda, Andre langsung membuka tenda dan melihat Diana tidur tengkurap sambil menangis.

"Udah gua bilang, Wi. Lu nonton aja, gua gak apa-apa," ucap Diana dengan suara serak, lalu duduk membelakangi Andre karena Diana mengira itu adalah Dewi.

"Lu cemburu?" tanya Andre, seketika Diana menoleh ke belakang, Diana langsung gelagapan.

"Ce--cemburu? cemburu buat apa, Kak?" tanya Diana pura-pura.

"Lantas, kalo lu nggak cemburu. Kenapa lu ninggalin acara? Kenapa lu nangis di sini?" tanya Andre penasaran.

"Kakak sendiri ngapain ke sini? Ini tenda cewek, nanti ada yang lihat, Kak," Diana mengalihkan pembicaraan.

"Nih! gua gak mau lu sakit, ntar gua lagi yang repot," ucap Andre kesal, karena Diana tidak menjawab pertanyaannya, sambil menyodorkan nasi di dalam piring.

"Dari awal 'kan udah gua bilang, gua cuma anggap lu sebagai sahabat. So, kenapa lu harus cemburu?" tanya Andre, yang membuat Diana makin sakit hati, Diana berusaha menahan air matanya agar tidak jatuh. Namun, sia-sia.

Diana menangis di depan Andre. Sedangkan Andre bingung kenapa Diana menangis.

"Keluar, ktak! Diana mohon, Diana mau istirahat," usir Diana pada Andre, sedangkan Andre hanya mengernyit, kemudian keluar dari tenda.

Diana terus menangis meratapi nasibnya.

'Gua nggak tahu, sampai kapan gua bisa mempertahankan rumah tangga ini,' batin Diana.

***Bersambung***

Jangan lupa kasih vote ya🤗

Ketos Galak & Jutek itu Suamiku (TELAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang