***"Angkasa!" teriakan itu menggelegar di seluruh penjuru ruangan kelas 12 IPA 2. Perempuan itu tersenyum melihat Angkasa yang sedang duduk bersama teman-temannya.
"Hi, Senja!" sapa Herdi. Senja mengangguk ramah sambil tersenyum kepada Herdi. "Aduh, emang bener, ya, sarapan pagi paling enak adalah dikasih senyuman sama perempuan cantik kaya Senja." Herdi menatap Senja dengan tatapan buaya seperti biasa. Senja hanya tersenyum tipis membalasnya.
Senja duduk di samping Angkasa, Angkasa dan teman-temannya sedang duduk di belakang kelas. Tepatnya di lantai yang banyak debu itu, teman-teman Angkasa sedang bernyanyi dengan gitar, dan meja yang dijadikan gendang. Sedangkan Angkasa hanya diam.
"Angkasa? Gak ikut nyanyi?" ucap Senja. Namun Angkasa hanya diam tidak merespon. "Angkasa? Kemarin kamu langsung mandi kan? Langsung ganti baju? Aku takut kamu sakit."
"Gak udah terlalu peduli sama oranglain," ujar Angkasa. "Urusin hidup lo dulu."
Senja menatap Angkasa dalam-dalam. "Aku cuma khawatir Angkasa, dan juga kenapa hidup aku perlu diurus? Bukannya hidup itu berjalan sendiri? Hidup itu seperti sungai, yang selalu mengalir, walaupun kadang deras, dan kadang surut."
Senja melihat Angkasa, sepertinya Angkasa tidak akan lagi meresponnya
Senja membalikan badan nya, ikut duduk bersama teman-teman Angkasa yang sedang bernyanyi."Aku memang pencinta wanita... namun ku bukan buaya... yang setiap paras seribu gadis... ku hanya mencintai dia... aku memang pencinta wanita... yang lembut seperti dia..."
Nyanyian Pandu dan Herdi yang suaranya memang biasa saja. Rafi memetik senar gitar. Dan Fadli yang sedang menabuh ember untuk mengepel, ember itu sudah pecah.
"Ja, ikutan nyanyi dong!" ujar Pandu.
"Boleh," balas Senja. "Aku minjem gitarnya boleh?" tanya Senja.
"Boleh, dong!" balas Rafi lalu ia menyodorkan gitar berwarna hitam dengan banyak sticker lambang The Blaze disana.
Senja menerima gitar itu, Senja memetik senar gitar itu.
"Bilaku harus memilih..."
"Antara hidup dan mati..."
"Seperti aku memilih,"
"Denganmu atau ku pergi..."
"Haruskah aku terluka, untuk kesekian kalinya,"
"Tuhan cukup-cukup sudah aku pun ingin bahagia..."
Senja menyelesaikan bernyanyi-nya dengan mendalami lagu. Senja bernyanyi dengan suara halus. Dan indahnya. Jika Senja bernyanyi, biasanya banyak yang tersentuh hatinya. Senja pun kadang saking mendalami lagu, Senja bisa sampai menangis sendiri.
"Wuihhh suaranyaa beneran mantep sihn" ujar Herdi salut sambil menggelengkan kepalanya. "Bisa nyanyi juga ya ternyata? Emang lo itu semuanya bisa, deh, gue jadi makin demen sama lo."
"Nyentuh banget anjir! Gue sampe mewek gini." Pandu menyedihkan wajahnya. "Tapi, lagu nya mengingat kesesuatu."
"Sesuatu apa?" tanya Senja.
"Isi lagu itu mewakilkan perasaan," ucap Pandu.
"Emang ada yang nyakitin lo? Cewek aja gak punya," sindir Fadli.
"Enak aja lu Fad! Punya lah! Itu tuh sih Fina bekasnya Herdi," balas Pandu.
"Bekasan aja bangga," sindir Rafi.
"Sebenernya dia juga gak mau kalo bukan gue yang maksa." Herdi tertawa lebar. Memang biasanya perempuan yang pernah dipacari Herdi akan jadi pacar Pandu.
"Parah bego! Nanti juga gue putusin. Percuma, hubungannya gak harmonis, gak romantis!" balas Pandu.
"Ternyata Pandu sama aja kaya Herdi, fuckboy!" sahut Senja.
Fadli terkekeh geli. "Emang temen-temen gue gitu semua Ja. Jelek-jelek tapi jadi fakboi. Banyak gaya pula."
"Iya. Biasanya dapet karmanya itu kayak susah cari jodoh, atau jomblo seumur hidup," balas Senja.
"Jangan gitu lah Ja! Lo mah bikin gue merinding aja. Gue orangnya gampang kepikiran, kalo gue gak bisa tidur nanti malem, lo harus temenin gue!" sahut Herdi.
"Buset dah, bisa aja lo anaknya Pak. Bambang!" ujar Pandu ngasal.
"Pawangnya marah nanti." Rafi melirik ke Angkasa yang sedang sibuk dengan handphone nya.
"Diam? Atau mati?" Pandu mengingatkan Herdi. Menirukan gaya Angkasa jika berucap seperti itu.
"Iya-iya, maap elah becanda doang!" ujar Herdi.
"Aku mau ke kelas dulu ya?" Senja berdiri dari duduknya. "Angkasa, aku mau ke kelas ya?" Senja menunggu balasan dari Angkasa, tapi sama sekali tidak ada balasan. Senja pun memutuskan langsung pergi dari kelas yang sudah ramai itu.
"Bos! Itu si Senja ngode," ujar Pandu. "Lagu nya itu kayak ngewakilin perasaannya yang pengen diomongin ke lo!"
"Gak peduli," balas Angkasa cuek.
"Ohhh ga peduli." Fadli mengangguk-anggukan kepalanya. "Nanti kemakan omongan sendiri mampus lo."
****
"Darimana aja lo?" tanya Farah ketika Senja datang dan langsung duduk diantara kedua teman-temannya.
Senja menghela nafasnya sebentar. "Dari kelasnya Angkasa."
"Emang lo dianggep sama dia Ja? Banyak banget loh dulu yang deketin Angkasa. Tapi terus tiba-tiba mereka mundur, ya alasannya pasti Angkasa ngelakuin sesuatu yang ngebuat cewek itu mundur," ujar Mega.
"Lo udah diapain aja sama dia?" tanya Farah yang ikut kepo juga. "Lo kalo misal diapa-apain sama dia bilang aja sama kita! Nanti kita hajar tuh cowok!" ucap Farah.
Senja terkekeh. "Aku gak apa-apa kok. Buktinya aku masih sehatkan? Masih hidupkan?" ujar Senja.
"Iya juga sih. Tapi inget ya! Lo kalo ada masalah bilang sama kita berdua jangan diem aja." ingat Mega.
"Siap Bos!"
***
Jangan lupa klik bintangnya!!
Sehat selalu teman-teman ❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap baik untuk jadi pemimpin teman-temannya. Seorang laki-laki yang kaku, bahkan dingin ke setiap orang yang mendekatinya. Cerita ini berawal dari...