42. Ls162! (?)

7.4K 371 13
                                    

Di dalam kelas, para anggota The Blaze itu berkumpul. Namun hanya Angkasa yang menyendiri menyenderkan tubuhnya ke dinding dipojokan, sambil memejamkan matanya. Sementara itu, teman-temannya sedang membahas hal yang sedang ramai.


"Mampus banget tuh si Debbi udah di samperin Mega sama Farah!" Pandu terlihat semangat sekali membahas soal ini.

"Iya, kalo lo, kan, cemen!" cibir Herdi.

Pandu melirik sinis Herdi. "Emang lo berani?"

"Kagak, hehehehe." Herdi malah cengengesan. "Waktu itu gue pernah goda-goda Farah. Terus tulang tangan gue hampir patah gara-gara dia."

"Gue sih oh aja," sahut Fadli.

"Bukannya Debbi selera lo banget? Kok gak lo kejer lagi, Her?" tanya Pandu yang kini merasa Herdi biasa saja, tidak seperti saat ia bertemu Debbi pertama kali.

"Debbi yang cantik gitu mana mau sama Herdi yang kaya gitu," celetuk Rafi. Lalu ada tawaan dari tiga lelaki itu.

"Emang kaya gitu gimana Raf?" tanya Pandu.

"Liat aja sendiri," balas Rafi.

Pandu tertawa, dia melihat wajah Herdi yang nampak kesal. "Santai bro, lo ganteng kok," ujar Pandu, Herdi yang mendengarnya langsung terlihat membaik. "Tapi boong, sih."

"Anjing."

"Angkasaaaaa!" panggilan pelan suara cantik itu langsung membuat para lelaki yang ada didalam kelas itu menoleh pada perempuan yang sedang berdiri dihadapan mereka dengan senyuman yang merekah dibibirnya. Tapi, satu hal yang dia tidak tampil seperti biasa, penampilannya sangat lusuh, mata nya sembab, bibirnya yang biasa berwarna pink kini hanya berwarna pucat. Wajahnya sudah seperti mayat hidup.

"Angkasa, aku mau ngomong ya sama kamu?" ujar Senja.

"Boleh dong Senja. Boleh," jawab Herdi.

Senja hanya tersenyum menanggapi, Senja melihat Angkasa yang menurunkan kakinya dari kursi disampingnya. Senja pun duduk disamping Angkasa dengan wajah sedikit gugup untuk berbicara.

"Mau ngomong apa?" tanya Angkasa dengan datar. Tapi omongannya itu lembut membuat Senja merasakan lebih tenang dari biasanya.

"Boleh aku ngomong?" tanya Senja.

"Iya, boleh."

"Angkasa, kamu tau? Akhir-akhir ini aku sering dapet teror. Teror yang aku sendiri gak ngerti maksudnya apa. Aku salah apa? Aku gak bisa nahan ini lagi sendirian, gak bisa nangis-nangis sendirian lagi." Senja menunjukkan raut sedihnya, membuat Angkasa menatapnya serius.

"Aku ada salah apa, ya, sama orang? Angkasa?" kata Senja lagi.

Rahang Angkasa terlihat mengeras. Cowok itu menatap Senja dengan dalam. "Teror? Kamu dapet teror apa, Ja?"

Senja menaruh beberapa kertas, dan juga handphone nya ke meja didepan Angkasa. Angkasa yang melihatnya langsung membuka kertas itu satu persatu, kertas yang terlihat lusuh, kotor, dan juga seperti banyak bercak darah diatasnya.

AS SOON AS WE MEET
Senja!
-LS162

TUNGGU TANGGAL MAINNYA.
-LS162

KAMU DALAM PANTAUANKU
-LS162

MIMPIMU AKAN BERAKHIR TRAGIS. SENJA!
-LS162

SUATU SAAT, KAU AKAN TERLELAP DALAM INDAHNYA LAUTAN DARAH.
-LS162

KAMU TIDAK AKAN BISA BERLARI KEMBALI, SENJA!
-LS162

AKU AKAN MELENYAPKANMU SEBAGAI MEMBALAS DENDAMKU KEPADAMU.
-LS162

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang