14. Rasa Yang Berbeda

12.2K 590 4
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Senja menuju ke kelasnya. Hari ini akan ada ulangan, yaps! Ulangan loh ya, guru SMA Sebang hanya akan sibuk dikelas jika akan ada ulangan. Senja berdiri di pintu kelas, benar menurut dugaannya. Kelasnya sudah ada seorang guru yang sedang duduk sambil menuli sesuatu, sedangkan yang lain sedang mengerjakan selembaran soal.

"Permisi," ujar Senja, membuat semuanya menoleh dan melihat ke arah pintu.

"Senja? Kenapa kamu telat? Kenapa ketika ulangan kamu selalu telat?" ucap guru itu, Senja memang sering sekali telat jika paginya akan ulangan. Senja yang biasanya berangkat paling pagi. Namun ketika ulangan dia paling telat. Ya, karena malamnya Senja sibuk belajar demi mendapatkan nilai yang bagus.

"Maaf, Bu, saya kesiangan," ucap Senja sambil menahan gugupnya, berharap dia masih diizinkan untuk masuk dan mengikuti ulangan.

"Sekarang kamu diluar dulu, nanti ketika ulangan selesai, kamu baru boleh masuk," ujar guru itu.

Senja menghela nafasnya. "Oke deh, Bu. Terima kasih," ucap Senja dengan perasaan yang sangatlah kecewa. Lalu dia berjalan menjauh dari kelasnya.

Senja berjalan masuk kedalam lapangan. Rasanya memang sangat kecewa. Dia bisa ikut ulangan. Tapi dia sudah melanggar aturan. Walaupun tidak ada hukuman yang diterimanya. Tapi Senja sudah merasa bahwa dia salah. Senja duduk di pinggir pohon yang berada di dalam lapangan. Senja mengambil sebuah buku dari dalam tas-nya. Tepatnya buku diary kesayangannya itu.

Senja membuka buku nya, membaca-baca notes yang ia buat untuk menghafalkan pelajaran lebih mudah. karena notes beragam, berwarna itu membuat yang membaca lebih semangat.

"Ehh Senja!" sapa seseorang membuat Senja mendongakkan kepalanya. Senja tersenyum melihat nya. "Lagi ngapain? Ga ikut ulangan?" tanya orang itu, dia adalah Pandu.

"Telat, jadi suruh nyusul nanti," jawab Senja.

Pandu ikut duduk Senja, yang lain pun ikut. Angkasa yang terpaksa juga ikut duduk, di samping Senja ada Pandu. Lalu di samping Pandu, Angkasa yang diam. Fadli dan Herdi duduk dibawah, tepatnya di lapangan.

"Kalian emang gak ulangan?" tanya Senja sambil melihat satu persatu dari mereka.

"Senasib kita Ja," jawab Herdi. "Gara-gara nya si Pandu noh!"

Pandu melebarkan matanya. "Kenapa jadi gue?" ujar Pandu tak terima. "Yang salah itu Fadli! Biasanya dia bangun subuh dia ngajakin sholat. Eh, dia malah ketiduran!"

"Enak aja lo nyalahin orang, siapa suruh tadi malem minum? Jadi kebluk kan lo!" balas Fadli juga yang tak mau kalah. Pandu yang telat bangun. Malah dia yang disalahkan pikirnya.

"Hehe iya juga ya!" ujar Pandu sambil menggaruk belakang kepalanya yang tak gatal.

"Hehe iya juga ya!" Fadli mengulang ucapan Pandu dengan gaya mengejeknya.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang