"Aku sudah terlalu kecewa. Pergilah, jangan mencariku lagi. Bersikaplah kamu seperti dulu yang seolah-olah tidak menginginkanku."
***
Senja berjalan dengan cepat. Cewek itu sedang menahan tangisnya yang mungkin akan pecah. Omongan Debbi membuat hatinya sangat kacau, perempuan itu kini dikelilingi perasan sakit.
Senja terus berlari walaupun cowok yang ada dibelakangnya terus meneriakki namanya. Dia terus berlari hingga dia sampai ke lorong yang sepi. Disana hanya banyak sekali barang-barang yang tak terpakai hingga salah satu kayu menghalangi jalannya, lalu dia ambruk.
Angkasa yang masih mengejar Senja, langsung berlari melihat perempuan itu jatuh. "Kamu gapapa?"
"Kamu nanya aku gak apa-apa?" Senja menatap Angkasa dengan berlinangnya air mata.
Senja berdiri, baru saja ingin melangkah tapi tangannya dicekal. "Jangan pergi," kata Angkasa.
"Bukannya kamu yang nyuruh aku pergi?" sarkas Senja membuat Angkasa benar-benar tertusuk. Senja terus menatap wajah Angkasa. Sedangkan cowok itu sedang menatap kebawah. Air mata Senja terus mengalir.
Angkasa menatap Senja. "Maksud aku—ah, ya, aku minta maaf."
"Kita udah putus, kan? Apa yang membuat kanu minta maaf, dan apa yang harus aku maafin? Bukannya katamu semuanya udah selesai, yasudah selesai. Anggep kita gak pernah kenal, seperti yang kamu lakuin akhir-akhir ini." Senja menatap Angkasa, perempuan itu berusaha lagi menahan air matanya.
Angkasa benar-benar dibuat diam kali ini. Cowok itu masih menggenggam tangan Senja. Senja melepaskan tangan Angkasa. Lalu cewek itu pergi dan berlari, sedangkan Angkasa masih diam ditempatnya.
Perempuan berambut panjang itu berlari hingga sampai ke taman sekolah, dia duduk disalah satu bangku, lalu perempuan itu menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya. Senja menangis sampai terisak.
"Senja, lo kenapa?" suara seorang laki-laki yang ada disampingnya tiba-tiba.
Senja menoleh, dia menghapus air mata yang ada di pipinya. "Aku gak papa kok," jawabnya.
"Jangan selalu bilang gak papa, lo boleh cerita gue apa masalah lo," ujar Renaldi.
Bugh!
"JANGAN LAGI-LAGI LO DEKETIN CEWEK GUE!" teriak Angkasa. Otot-otot dileher Angkasa bermunculan menandakan dia sedang marah.
Renaldi memegangi sudut bibirnya yang berdarah. "Cewek lo? Bukannya lo udah putusin dia ya? Jadi, gak perlu lah lo larang-larang Senja deket sama siapapun!"
"LO PERNAH BILANG KE GUE. LO PENGEN PERGI RENALDI!" ujar Angkasa. "Terus kenapa lo masih disini?"
Renaldi berdecih. "Urusan sama lo apa? Terserah gue."
"Bangsat!" Bugh! Angkasa melesatkan pukulan lagi pada Renaldi.
Senja yang melihat Renaldi terjatuh langsung membantu Renaldi berdiri lagi. "Angkasa! Apa-apaan, sih, kamu? Emang kamu siapa?"
Emang kamu siapa? Angkasa meneguk ludahnya. Cowok itu benar-benar hilang arah saat ini. Baru kali ini dia menjadi sosok orang yang sangat tumbang. Tatapan Senja tidak sama lagi seperti tadi. Cewek itu benar-benar berubah dengan waktu yang sangat dekat. Angkasa hanya menatap Senja yang masih memegang tangan Renaldi.
"Ren, ayo pergi," ujar Senja lalu cewek itu pergi bersama Renaldi dari hadapan Angkasa.
Angkasa hanya bisa memandang pundak mereka dari belakang. "Njing!" Angkasa menendang kursi yang ada didepannya hingga kursi itu terbalik. Lalu cowok itu pergi dari sana dengan perasaan yang campur aduk tidak karuan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap baik untuk jadi pemimpin teman-temannya. Seorang laki-laki yang kaku, bahkan dingin ke setiap orang yang mendekatinya. Cerita ini berawal dari...