37. Karena Keadaan

7.9K 402 6
                                    

Ini seperti aku mencintaimu,

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ini seperti aku mencintaimu,

tapi aku tidak bisa memilikimu.

Angkasa

***

Angkasa kini harus duduk di ruang keluarga yang menurutnya ruangan paling menyedihkan. Baginya. Dia hanya akan merasa salah dan disalahkan disini. Jadi, Angkasa sangat benci hal itu.

"Angkasa. Papa kan sudah pernah beberapa kali bilang sama kamu! Jangan lagi-lagi kamu bikin masalah. Kamu, bikin masalah sendiri, tapi kamu gabisa ngatasinnya sendiri," ucap laki-laki paruhbaya dengan kacamatanya, dan wajah tegasnya.

"Aku bisa ngatasinnya sendiri," balas Angkasa. "Aku gak pernah minta Papa buat bantu aku."

"Kalo bukan Papa. Memang siapa lagi yang mau bantu kamu? Gaada kan. Angkasa, papa itu peduli sama kamu. Tapi kamu itu keras, memangnya seperti apa sosok Papa yang kamu liat?"

"Papa yang gapernah kasih keadilan buat anak-anaknya," tutur Angkasa.

"Papa gak pernah gak adil sama kamu, Andreas, atau Aril. Papa selalu sama memperlakukan kalian," ujar Amar.

"Tapi, Angkasa gasuka, Pa, dibanding-bandingin sama Andreas atau Aril!" Angkasa duduk sambil menatap ke bawah. Cowok itu terlihat biasa saja.

"Papa itu bukan banding-bandingin kamu sama mereka. Papa cuma mau kamu jadi orang yang bener Angkasa, Papa liat kamu beda sama mereka. Kamu itu gak bisa apa-apa, gak kaya Andreas dan Aril yang selalu jadi juara kelas. Sedangkan kamu? Gimana? Nilai kamu paling cuma rata-rata doang." ucap Amar.

"Papa bilang kaya gitu bukan banding-bandingin? Haha. Lucu," Angkasa berdecih pelan. "Angkasa, Andreas, Aril. BEDA!"

"Papa cuma pengen kamu itu kaya mereka ANGKASA! Papa fikir setelah kamu denger Papa ngomong gitu, kamu akan berusaha seperti mereka. Tapi ternyata nggak. Gimana caranya supaya Papa bisa bikin kamu gak kurang ajar kaya gini? Kamu jarang pulang, kamu juga sering ugal-ugalan." ujar Amar. "Kamu juga berani membantah semua omongan Papa. Gak pernah dengerin Papa sekalipun."

"Karena Angkasa gapernah di didik, kesalahan anak. Biasanya terbuat dari kesalahan orangtuanya," balas Angkasa. Lalu cowok itu berdiri dan meninggalnya ruangan itu. Amar—Papa Angkasa hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat anaknya.

Angkasa berjalan menuju kamarnya. Ketika dia ingin membuka pintu kamarnya. Andreas-Kaka Angkasa itu berdiri dihadapannya. Angkasa hanya menatap datar cowok didepannya. Angkasa memang tidak pernah punya hubungan baik dengan saudaranya, bahkan keluarganya.

"Kenapa?" ujar Angkasa.

"Gapapa. Cuma mau liat aja adik kesayangan gue ini, masih sama kaya yang dulu apa nggak." Andreas tersenyum meremehkan. Lalu dia pergi dari hadapan Angkasa.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang