16. Sunset & Kehangatan Di Puncak

11.5K 585 24
                                    

“Jika kebahagiaanku adalah bersamamu, kenapa tuhan terus membuatku bertanya tentang perasaan?”

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jika kebahagiaanku adalah bersamamu, kenapa tuhan terus membuatku bertanya tentang perasaan?

***

Motor Angkasa berhenti di sebuah warung kopi yang letaknya dekat sekali dengan puncak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Motor Angkasa berhenti di sebuah warung kopi yang letaknya dekat sekali dengan puncak. Senja turun dari motor Angkasa, dan langsung ke warung kopi tersebut. Senja memeluk dirinya sendiri, hawa dingin sangat menusuk kulitnya.


Senja dan Angkasa lalu masuk kedalam warung yang terlihat sepi, dan hanya ada mereka dan penjaga warung didalam. Tapi diluar banyak yang sedang berteduh. Senja memeluk dirinya sendiri, dia merasa memang sangat dingin sekali.

"Ehhh aya Angkasa! Udah lama pisan gak kesini? Kemana wae?" tanya ibu warung yang hanya–memakai daster dengan rambut yang sudah mulai putih dicepol.

“Gak kemana-mana kok, Bu, lagi sibuk sekolah. Jadi jarang main kesini,”  jawab Angkasa ramah.

kalo sama ibu warung aja senyum, ngomongnya lembut! Batin Senja.

"Ini teh pacarnya Angkasa ya!? Ih! Meuni cantik pisan euy! Cocok sama nak Angkasa yang ganteng!" ujar Ibu itu menggoda.

"Cuma temen, Bu," jawab Senja sambil tersenyum. Angkasa menatap wajah Senja, tidak biasanya perempuan disampingnya seperti ini, dia biasanya mengaku sebagai pacar Angkasa, tapi kini tidak.

Angkasa merasa bahwa balasan yang sebelumnya ia jawab kepada Farel itu membuat Senja merasa kecewa dan sadar diri. Tapi itu menjadi Angkasa kepikiran, apa yang dirasakan oleh Senja.

"Bu, pesen teh anget, dua, ya," ucap Angkasa kepada Bu warung itu, dan Bu warung yang bernama Patmi itu langsung membuat teh-nya.

Angkasa melepas jaket kebesarannya itu. Lalu dia memakaikan jaketnya kepada Senja, membuat perempuan itu menatapnya tak percaya. Apkah lelaki ini benar-benar Angkasa? Pikirnya,  perubahan pada diri Angkasa lebih terlihat. Harusnya Senja senang, bukan malah heran diperlakukan seperti itu.

Ketika melihat jaket ini, melihat slayer di lengan Angkasa. Senja mengingat sesuatu. Semuanya yang pernah ia jalani dulu itu sangat-sangat teringat lagi. Sebelum, semuanya pergi.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang