"Tetaplah menjadi bulan yang
selalu menghiasi bumi tiap malam
tanpa bosan."***
Senja dan Angkasa kini sedang duduk berdua di rooftop yang ada dimarkas The Blaze ini. Malam yang cukup cerah. Pemandangan bulan yang bersinar bersama bintang-bintang membuat malam ini terasa lebih indah. Senja menatap Angkasa, cowok itu sedang duduk dengan tenang. Wajahnya terlihat sangat datar, tapi Senja suka Angkasa yang seperti ini. Angkasa yang dulu ia kejar-kejar beda dengan Angkasa yang sekarang. Sifat dia memang masih dingin, tapi dingin untuk orang tertentu saja. Hangat, itulah sikap Angkasa yang sekarang dirasakan oleh Senja.
"Kamu ingetkan kamu mau jadi bulan?" ucap Angkasa membuat Senja tersenyum dan mengangguk. Angkasa mendekatkan tubuhnya kearah Senja. Cowok itu mendorong kepala Senja perlahan hingga sampai ke dada bidang miliknya. "Terus jadi bulan, terus bersinar. Jangan pernah padam, aku sayang kamu."
Senja sangat suka aroma Angkasa. Wanginya yang tidak pernah hilang dari indera penciumannya. "Kamu juga jangan pernah lelah memberikan cahaya untuk bulan. Jangan pernah pergi," ujar Senja. Senja mendongakkan kepalanya menatap Angkasa. "Angkasa." panggilnya dengan lembut.
"Hm,"
"Kamu mau janji gak sama aku?"
"Janji untuk?"
"Janji untuk. Jangan pernah pergi, jangan pernah ninggalin aku, dan jangan pernah lupain aku. Aku gak maksa kamu buat kamu harus jadiin aku satu-satunya. Tapi aku mau, kamu tetep ada buat aku. Aku takut kamu pergi, Angkasa." ucap Senja sangat-sangat tulus. Jujur, dia tidak ingin berpisah apalagi sampai kehilangan cowok yang telah membuatnya menjadi bisa tersenyum lagi.
Angkasa tersenyum tipis. "Aku gabakal ninggalin kamu." ucap Angkasa. Angkasa berjanji pada dirinya sendiri agar tidak pernah menyakiti perempuan ini. Perempuan yang telah membuatnya semangat untuk menjalani hidup. Perempuan yang memberikan kekuatan agar dia tetap menjadi hidup. Perempuan yang sangat tulus menyayanginya. Perempuan pertama yang bisa menghangatkan sikap dinginnya. Dan, perempuan pertama yang telah membuatnya mengerti apa itu cinta.
"Janji?" Senja menunjukan jari nya didepan Angkasa membuat cowok itu terkekeh. "Janji dulu!" ucap Senja dengan sebal. Bukannya membalas jarinya untuk bersatu. Tapi dia hanya senyum-senyum saja.
Angkasa menempelkan juga jentik nya pada jari Senja. Membuat jari mereka saling menyatu kembali. "Janji," ujar Angkasa. Senja tersenyum mendengarnya.
"Aku gatau kalo nanti kamu pergi, gatau gimana perasaan aku. Aku sayang kamu," ucap Senja dengan sangat-sangat dari dalam hati. "Angkasa, foto yuk?" ajak Senja. Angkasa hanya mengangguk menanggapinya.
Senja mengambil handphone yang ada disakunya. Lalu dia mengedepankan ponselnya. "Satu, dua tiga..." ucap Senja lalu ada bunyi cekrek disana. Mereka berfoto sudah beberapa kali, Senja sangat senang. Malam ini akan menjadi malam terindah dengan ucapan janji yang begitu manis. Dan semoga tidak berujung pahit nantinya.
"Udah malem, kamu gamau pulang? Ntar aku kena marah sama Kaka kamu." ujar Angkasa.
Sebenarnya Senja tidak mau pulang. Dia nyaman disini, nyaman bersama dengan Angkasa. "Sebenernya sih gamau pulang, tapi yaudah deh. Daripada kamu ntar dimarahin Ka Vero," ujar Senja pasrah.
****
Setelah mengantarkan Senja pulang kerumahnya dengan selamat. Angkasa kembali lagi ke markas The Blaze. Kaki dan otak Angkasa tidak mau lagi datang kerumah seseorang yang sangat asing bagi Angkasa. Laki-laki yang terkenal pintar. Tapi sayang, tidak berpendidik dimata anaknya.
Angkasa merebahkan tubuhnya di sofa yang ada disana. Rasanya tenang sekali berada disini. Lebih nyaman, walaupun ramai-ramai seperti ini. Inilah yang membuat Angkasa suka, keramaian dan kegaduhan mereka bukan karena sebuah pertengkaran. Tapi karena bercandaan. Sunyi, itu yang Angkasa alami jika berada didalam rumahnya. Dan ramai, ramai dengan keributan beberapa orang yang sedang bertengkar dan adu mulut.
Angkasa menatap langit-langit di sebuah ruangan tersebut. Hidupnya memang sangat ramai dengan teman-temannya. Tapi hidupnya dengan keluarganya terasa sunyi dan asing. Jika tidak ada kehadiran Senja. Mungkin hidup Angkasa lebih hampa lagi. Atau mungkin Angkas tidak akan hidup lagi.
Senja, perempuan yang sangat-sangat Angkasa sayangi. Angkasa sangat beruntung bertemu dengannya. Dia yang awalnya ingin dekat dengan Angkasa dan selalu ditolak olehnya ternyata bisa menemani Angkasa hingga akhir ini. Pertemuan dengan Senja terasa singkat. Tapi begitu dia sudah bersama dengan Senja. Rasanya semakin lama hidup ini berjalan. Angkasa mulai semakin takut kehilangan perempuan itu.
Perempuan itu juga yang menguatkan Angkasa sampai saat ini. Pesan-pesan yang ia kirim membuat Angkasa menjadi lebih semangat untuk menjalani hidupnya.
Senja : Angkasa jangan sedih terus ya!
Senja : Angkasa kuat!
Senja : Angkasa, kamu harus percaya. Setiap masalah itu pasti ada jalan keluarnya.
Senja : Tuhan gaakan pernah memberi cobaan diluar batas kemampuan hamba-nya.
Senja : Good Night, selamat tidur.
Angkasa tersenyum senang membaca nya. Walaupun dia hanya membalas ; iya, atau hm. Tapi perempuan itu terus memberikan Angkasa semangat tanpa bosan-bosannya. Cewek itu memang mudah tersenyum, cewek periang, cewek yang bisa membuat orang-orang disekitarnya bahagia. Tapi dia juga yang tidak bisa menghibur dirinya sendiri.
"Jangan diem mulu lo! Lo diem, nambah buruk hati lo, cerita aja Sa jangan diem terus." ujar Herdi yang datang dan duduk dikursi dekat Angkasa rebahan.
Angkasa bangun dan duduk sambil tersenyum tipis. "Gapapa Her, gaada yang perlu diceritain."
"Gimana keadaan kakek lo? Gue tau Sa apa masalah lo sebenernya. Gue tau dari si Rafi," ujar Herdi sambil meminum kopi hitam yang ada ditangannya. Dan diselip-selip jarinya terdapat rokok.
"Terakhir gue kesana masih sama kondisinya. Belum ada kemajuan." Angkasa memang belum datang ke rumah sakit lagi untuk menemui Kakeknya.
Herdi berpindah duduk—kesamping Angkasa. "Lo kalo ada apa-apa cerita aja sama kita-kita Sa. Kita itu bukan lagi temen atau sahabat. Tapi kita saudara," ujar Herdi. Lalu ada anggukan dari Angkasa.
***
VOTE DAN KOMEN YA TEMEN-TEMEN!❤️❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Angkasa
Teen Fiction(FOLLOW SEBELUM MEMBACA) Angkasa Gerald Anugrah, sang ketua geng motor The Blaze. Laki-laki yang dianggap baik untuk jadi pemimpin teman-temannya. Seorang laki-laki yang kaku, bahkan dingin ke setiap orang yang mendekatinya. Cerita ini berawal dari...