40. Senyuman Luka (2)

7.8K 395 38
                                    

Aku memang seburuk itu

Kadang merasa tak pantas

Namun aku tak bisa lepas

Senja

****

Angkasa hanya bisa pasrah ketika dirinya ditarik-tarik oleh Debbi yang arahnya ntah kemana. Tangannya yang dipeluk oleh Debbi, membuatnya risih. Tapi Angkasa tidak bisa apa-apa, Papa nya menyuruhkan untuk selalu bersama Debbi. Padahal Angkasa ingin sekali menemui Senja yang pasti sedang menangis. Pikirannya kacau sekali ketika melihat Senja yang tersenyum lalu pergi.

Angkasa melihat Senja dari kejauhan, seperti biasanya, duduk dipinggiran lapangan sendirian sambil membaca buku notesnya. Wajah cewek itu terlihat pucat. Angkasa semakin tidak tahu lagi bagaimana kedepannya. Bagaimana nantinya cewek itu, dia ingin menemui gadisnya. Tapi keadaan seperti ini membuatnya terasa dikekang. Angkasa terus memperhatikan cewek itu sampai seseorang lelaki datang sambil membawa sebotol minum, cowok itu duduk disebelah Senja. Senja tersenyum kepada cowok itu membuat emosi Angkasa kini muncul.

Ada rasa tidak suka, tapi Angkasa berusaha tenang. Walaupun rasanya ingin sekali dia kesana. Angkasa memang tahu bahwa dia yang menyuruh Senja mendekati Renaldi. Tapi dia juga tidak rela jika Senja tertawa bersama Renaldi. Bahkan, Angkasa yang pacarnya sendiri tidak bisa membuat Senja tertawa terbahak-bahak seperti saat ini. Didalam tawa perempuan itu ada sebuah luka.

"Angkasa. Lo laper gak? Kalo laper kita ke kantin yuk?" ajak Debbi.

"Gak, Lo aja." Sarkas Angkasa.

"Yaudah temenin," ucap Debbi manja.

"Jangan manja. Udah gede, lo gausah nempel-nempel ke gue terus!" Angkasa susah tidak bisa lagi menahan emosinya yang daritadi hanya ia tahan.

"Kan gue belum punya temen. Jadi gue gak tau apa-apa yang ada disini," balas Debbi.

"Gimana lo mau punya temen kalo lo nempel terus ke gue?!"

"Yaa—"

"Ya apa lagi? Jangan banyak omong. Mending lo pergi, jangan ganggu." ucap Angkasa.

"Angkasa jangan gitu dong. Galak amat, tapi kalo marah-marah nambah ganteng." Ujar Debbi.

"Lo urusin diri lo sendiri, jangan cari-cari gue!" Angkasa meninggalkan Debbi yang masih berdiri ditempatnya.

"Ihhhhh Angkasa mau kemanaaaaa?!" teriak Debbi manja sambil menghentak-hentakkan kakinya sebal.

Angkasa tidak peduli dengan perempuan yang ia tinggalkan itu. Angkasa berjalan menuju dimana teman-temannya berada. Pastinya mereka ada dikelas, cowok itu masuk ke kelasnya. Disana hanya ada teman-temannya yang sedang duduk bersama.

"Jangan gosip," celetuk Angkasa kepada teman-temannya. "Kalo ngomongin gue didepan, jangan di belakang."

"Gimana mau ngomong didepan kalo lo nya aja gaada?" balas Fadli, omongannya nampak tidak suka.

"Jahat lo," timpal Pandu.

Angkasa mengerutkan keningnya, tidak tahu apa maksud dari teman-temannya. "Pada kenapa?" tanya Angkasa kepada teman-temannya yang bersikap acuh padanya.

"Nanya lagi, emang dasar lo itu gak peka. Jahat, Senja yang tulus malah ditinggalin. Terus, lo punya cewek gak bilang sama kita-kita. Udah gitu ceweknya kaya cabe-cabean," ujar Herdi.

"Sepupu gue," ujar Angkasa.

"Lah, sejak kapan lo punya sepupu?" tanya Rafi.

"Dia, anak dari adik tiri amar," ucap Angkasa.

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang