50. Kemana Kamu Yang Dulu (?)

8.6K 365 4
                                    

"Selesai.

Aku benci itu, karena aku selalu bingung,

Bagaimana cara memulainya kembali.”

***


Keadaan markas The Blaze cukup ramai hari ini. Sebagian ada yang sedang tidur, ada yang bermain kartu, main gitar, game, dan ada banyak juga yang sedang mengobrol-ngobrol.

"Heyhey lo pada tau gak berat bumi?" tanya Herdi kepada kawan-kawannya.

"Emangnya siapa yang mau nimbang bumi?" balas Jarwo malas.

"Lagian juga emang ada timbangan nya?" tanya Fredy.

"Yah, pengetahuan lu semua cetek amat, dah." Herdi menggeleng heran. "Nih berat bumi menurut Mbah Google, bumi itu 5,972E24kg," ucap Herdi.

"Tapi kayaknya, sekarang lebih berat dari ini, soalnya banyak hal-hal yang gak seharusnya dateng. Contohnya masa lalu," lanjut Herdi.

"HUUUUU!" seru semua teman-teman yang mendengarkannya.

"Hiya-hiya kang bucin bisa aja!" sahut Fadli. "Gini nih, orang yang kebanyakan pacaran. Jadinya otak nya kosong!"

Herdi terkekeh. "Mendingan gue bro! Punya pacar juga pacarannya mendingan. Gak kaya bocil jaman sekarang, sayang kita pacaran nih? Sayang kita tukeran akun fb yuk? Sayang sampe nikahya?" Ucap Herdi dengan nada suara dibuat-buat. "Sampe nikah! Sampe nikah. Palingan lima hari juga putus!" ucap Herdi.

"Iri bilang," timpal Pandu.

"Gak ada sejarahnya seorang Herdian Awanputra yang punya banyak pacar ini iri sama anak-anak," ucap Herdi dengan sombongnya.

"Ciahhhh, banyak gaya lu jamet," celetuk Pandu sambil mengunyah makanannya. Eits! Kalian jangan tanyakan lagi, seperti biasa. Pipi nya menggembung.

Sementara semua teman-temannya sedang ribut, Angkasa hanya diam. Cowok itu benar-benar sakit saat melihat perempuannya menangis, tapi dia juga tidak bisa melakukan apapun. Semua memang ulahnya, tapi dia juga tidak bisa memperbaikinya. Memang seharusnya hancur seperti ini, ya?

"Hai."

Suara itu.

Angkasa memegang kepalanya, sepertinya otaknya terlalu penuh bayangan Senja. Sampai-sampai ditelinganya masih terdengar suara perempuan itu. Hingga akhirnya Angkasa benar-benar melihatnya.

Senja berjalan mendekat, tapi semuanya diam. Termasuk teman-teman Angkasa yang semulanya sedang bercanda, mereka mendadak diam saat perempuan itu menghampiri.

"Haii!" sapa Senja lagi dengan suara yang merendah.

Tapi semuanya tetap saja diam. Senja benar-benar merasakan perubahan disini, cowok-cowok itu hanya diam saling pandang. Tidak ada yang membalas sapaan Senja, bahkan semuanya tak berekspresi.

Senja tak menghiraukan orang-orang itu, tujuannya ada pada Angkasa. Dia mendekati Angkasa, perempuan itu duduk disamping Angkasa. Cowok itu diam, tidak ada sambutan darinya. Senja menelan ludahnya gugup. Seasing ini?

"Angkasa, maaf, ya kalo aku—"

"Lo mau apa kesini?" cetus Angkasa. "Gue udah bilang, kan, kita udah selesai. Lo jangan pernah dateng buat gue lagi."

Senja langsung terdiam, dia menatap Angkasa hanya dari samping. Cowok itu tak mau menatapnya sama sekali.

Kini Angkasa menoleh pada Senja yang menatapnya penuh harap. "Gue udah berapa kali? Udah, jangan pernah ngarepin gue lagi. Jangan pernah datang lagi buat gue, gue udah gak mau tau."

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang