59. Bersama Angkasa

9K 362 4
                                    

"Musuh tersulit dalam hidup
adalah pikiran kita sendiri." —Angkasa

***

Hari libur. Angkasa kini sedang duduk dipojokan ruangan di basecamp The Blaze sambil menghisap rokoknya. Ntah sudah berapa jam dia disana. Sudah hampir 1bungkus juga ia menghambiskan rokoknya. Pikirannya benar-benar sangat tidak karuan. Angkasa tidak tahu lagi harus bagaimana.

Bagaimana perasaan perempuan itu jika dia meninggalkannnya. Tapi, Angkasa masih akan tetap berusaha agar tetap bersamanya. Hatinya memilih untuk tinggal bersama perempuan itu. Angkasa sudah sangat nyaman, bahkan sangat mencintai perempuan itu. Terluka sedikit saja emosinya memuncak. Bagimana jika dirinya yang menyakiti? Akankah Angkasa akan menyakiti dirinya sendiri?

Benar-benar bodoh jika dirinya memang akan menyakiti Senja. Perempuan yang tulus mencintainya. Bahkan dia bisa melupakan kesalahan-kesalahannya untuk bisa berhubungan baik lagi.

"Ngelamun aja lo." Vero datang dan duduk disamping Angkasa.

Angkasa menurunkan satu kakinya yang semulanya naik keatas kursi. Angkasa tersenyum simpul pada Vero. Bagaimana dengan Vero? Pasti dia sangat marah dengan Angkasa jika dia berani menyakiti adiknya. Angksa paham betul bagaimana Vero, dia sangat takut Senja kenapa-kenapa. Apalagi terluka. Anak buah Renaldi yang sempat terlibat dalam urusan Senja waktu itu Vero habisi dia. Bahkan ada yang sampai masuk rumah sakit dengan keadaan kritis. Ada juga yang nyawanya hampir melayang.

"Cerita aja sama gue." ujar Vero.

"Gapapa bang," jawab Angkasa. "Gue cuma susah tidur aja semalem." jawab Angkasa. Ya, tidak bisa tidur memang yang Angkasa rasakan tadi malam. Terlalu banyak yang selalu dipikirkan.

"Jangan bohong. Lo kalo ada masalah ngomongin aja sama gue. Gue bantu Sa," ujar Vero.

Angkasa berfikir. Mungkin dengan dirinya cerita kepada Vero membuat pikirannya berkurang dan Vero bisa mengerti keadaannya.

****

Senja keluar dari kamarnya. Perempuan itu terlihat sangat sederhana, tapi begitu cantik. Senja hari ini sudah berjanji dengan seorang pacarnya untuk pergi. Ya, pastinya membahagiakan sekali bagi Senja. Jalan berdua dengan Angkasa, itu hal yang sangat Senja sukai.

Senja membuka pintu rumahnya. Lalu menguncinya. Kebetulan Kakaknya jug sedang pergi. Dan dirumah tidak ada siapa-siapa.

"Udah siap?" tanya Angkasa dengan suara yang lembut.

Senja tersenyum dan mengangguk semangat. Lalu Angkasa mengenggam tangan Senja dan berjalan kearah motornya. Angkasa memakaikan helm pada Senja. Senja sangat-sangat senang ada diposisi ini sekarang. Menikmati hari-hari penuh kebahagiaan dengan orang yang sangat ia cintai.

Angkasa dan Senja kini sedang berada diatas motornya. Angin sore ini sangat terasa sampai menembus jaket Angkasa. Angkasa senang melihat perempuan itu yang kini sedang senang dengan. Perempuan itu kini sedang tersenyum sambil menikmati udara sore hari di ibu kota.

Senja Clara Azzura, perempuan pertama yang membuat Angkasa mengenal cinta. Perempuan pertama yang berhasil merebut hatinya. Dan, perempuan pertama yang bisa membuat Angkasa rela kehilangan apapun yang ia miliki hanya untuk tetap bersamanya. Tiap detik, jam, hari, perempuan itu selalu ada dalam pikirannya. Pikirannya penuh dengan perempuan berambut panjang dengan senyuman yang sangat memikat hatinya. Perempuan yang sangat cerewet, banyak omong, dan banyak tingkahnya membuat Angkasa kadang sulit menghadapinya. Tapi sesulit apapun, Angkasa tetap akan melakukan semuanya demi dia yang tulus mencintainya.

Setelah berada diatas motor beberapa menit. Angkasa memutuskan berhenti sejenak. Kini mereka berdua sedang ada ditaman kota. Perempuan itu sedang menikmati es cream yang dia beli sebelumnya. Angkasa melihat perempuan itu memang seperti anak kecil. Perempuan yang pikirannya juga masih anak kecil. Dia, orang yang tegar. Mampu menutupi segala kesedihannya dengan senyuman. Perempuan yang kuat dengan masalah yang dihadapinya. Dia kuat, kuat dihadapan semua orang. Tidak tahu bagaimana jika dia sedang sendiri. Meninggalkannya hanya dilakukan oleh orang-orang bodoh.

"Angkasa. Aku seneng deh kalo kita kaya gini terus. Berdua, jalan-jalan bareng naik motor sama kamu!" ujar Senja pada Angkasa. Perempuan itu masih memakan es creamnya. Wajar saja jika tak habis-habis. Dia membeli begitu banyak es cream.

Angkasa tersenyum. Cowok itu menghelai rambut panjang Senja. "Kamu suka?" tanyanya membuat perempuan disampingnya mengangguk dengan cepat. "Kalo kamu suka. Ntar kita kaya gini terus."

Senja mengangguk. "Mau banget! Sering-sering aja kaya gini. Aku nyaman sama kamu," ucapnya dengan sangat amat antusias.

Aku mencintainya, hari ini dan selamanya.

****

Suasana dimarkas The Blaze sangat-sangat ramai. Mengalahkan ramainya di stadion ketika menggelar pertandingan bola. Memang benar-benar sangat-sangat ramai disini. Ada yang sedang bermain kartu, ada yang bermain gitar sambil bernyanyi-nyanyi. Juga ada yang sedang menggosip dipojokan.

"Lo tua gak?" ujar Pandu pada teman-temannya.

"Tau!" kompak teman-temannya dengan sangat kesal.

Pandu cengengesan ditempatnya. "Ck, pada baperan amat."

"Decul kalo lagi menghibur diri, ya begitu," celetuk Jarwo.

"Gak apa, yang penting gue punya Champions. Arsenal kagak punya, hahahahaha!" Pandu menghina Jarwo.


"Diem lu, Bang. Dikasih tau piala Champions sama Madrid," sahut Reno.

Angkasa berdecih. "Lo semua kalo udah ngeributin kayak gitu, gak akan kelar sampe besok pagi."

"Ya, si Jarwo duluan, tuh," kata Pandu.


Herdi menghisap rokoknya. Lalu dia menghembuskan dengan sangat tenang ke udara. "Eh btw cees gue mana nih? Si Rama kok ga keliatan?" ucap Herdi. Rama, junior di The Blaze yang kelakuannya tidak jauh darinya. Banyak ceweknya!

"Biasa, kencan." ujar Ryan.

"Bagus juga tuh anak! Gue salut sama dia." ucap Herdi.

Pandu menggelengkan kepalanya. Tidak tahu lagi bagaimana jalan pikiran temannya yang sangat sesat itu. "Her, lo berdosa banget."

"Biarin aja. Hidup Herdi mah hidup Herdi cuy! Karma akan berlaku," ucap Aren.

Tanpa rasa sadar sedikitpun Herdi mengacungkan jempolnya. "Bagusssss! Gue salut sama lo Ren!"

"Her, ngerokoknya jangan disini. Ada cewek gue," ucap Angkasa memperingati Herdi. Angkasa tahu betul bagaimana Senja sekarang, pasti cewek itu sedang menahan sesak karena asap rokok Herdi.

Herdi langsung membuang dan menginjak rokoknya hingga mati. "Maap-maap gue lupa."

"Lagian lu udah berapa batang, dah? Kagak berhenti-berhenti." Fadli heran. "Jangan terlalu sering, kasihan tuh paru-paru, jalan lo masih panjang."

"Ora ngudud, paru-paru ora smile," balas Herdi.

"Serah lu Her!"

***


JANGAN LUPA VOTE DAN KOMEN YAAA TEMEN-TEMEN

AngkasaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang