50-the end-

7.4K 528 58
                                    

Jangan lupa votment uri readers nim♡♡♡

■■■■■■

Aku hanya menatap keluar jendela sembari memperhatikan rintikan hujan yang mulai turun dan membasahi kota seoul.

Menyeruput teh hangat yang sudah tersaji sembari menunggu seseorang datang.

"Hei.."aku langsung menatap orang yang tadi memanggilku.

"Ahh kau datang juga"ujarku sembari menaruh cangkir tehku.

"Apa kau sudah menunggu lama?"tanyanya lalu duduk dihadapanku.

"Tidak juga, aku tahu kau sibuk"ujarku sembari melihat jam tanganku dan dia hanya tertawa.

"Ah tentang surat perceraian yang kau minta kemarin aku akan segera memba-"

"Jangan dibatalkan, ajukan saja"potongku yang membuat laki-laki itu menatapku terkejut

"Kau serius?Apa ada masalah lagi?"tanyanya bingung

"Aku...akan menyerah saja"ujarku sembari menunduk.

"Apa maksudmu? Aku tidak mengerti?"tanyanya bingung dan aku langsung menatapnya.

"Aku akan membiarkannya, membiarkan dia memiliki jaemin" dan tentu saja dia yang mendengarnya langsung tertawa hampa.

"Kau ini bodoh? Bagaimana bisa kau merelakan suamimu untuk perempuan gila macam dia?"tanyanya dengan penuh emosi.

"Hei bodoh! Aku sangat bersyukur saat kemarin kau memintaku membatalkan pengajuan surat perceraiannya, dan sekarang tiba tiba kau akan mengajukannya lagi? Heii jangan gila"gerutunya sembari tertawa kesal

"Otakmu hilang?"tanyanya kesal yang membuatku menghela nafas panjang

"Tapi ini sebenarnya sangat melelahkan!aku terlalu lelah menghadapi semua ini!"ujarku sembari menahan tangis, jujur saja ini sangat berat bagiku.

bahkan saat mengancam kemarin saja rasanya sangat menyakitkan bagiku.

"Jika kau lelah menangislah, jangan ditahan"ujarnya sembari menyilangkan tangannya di depan tangan sembari menatapku.

"Tidak, aku tidak akan menangis, aku sudah berjanji pada papah tidak ada air mata lagi"ujarku sembari berusaha menahan airmata yang akan jatuh.

"Dengar, kau itu lemah, berhentilah pura pura menjadi perempuan kuat, semua orang berhak menangis jika dia ingin, jangan menahan tangismu karena itu akan menambah sakit yang ada dihatimu"ceramahnya dan tentu saja aku langsung menangis begitu mendengarnya.

Sembari menunduk dan menangis aku tidak bisa menahan semua rasa sakit ini,rasanya ini benar benar menyakitkan.

"Kadang menangis itu diperlukan untuk mengosongkan hatimu"ujarnya lalu duduk disampingku dan mengusap punggungku pelan.

"Jaemin...sangat beruntung mempunyaimu"ujarnya sembari menepuk kepalaku pelan

"Hah..apa-alaan kenapa aku menangis!"keluhku sembari menyeka air mataku.

"Dasar aneh, sudahlah sepertinya kau terlihat mendingan sekarang, jadi bagaimana?"tanyanya sembari memberiku selembar tissue.

"Aku...tetap akan mengajukannya"ujarku dan dia langsung mendengus kesal.

"Tapi kan ka-"

"Kau harus mengikuti klienmu! Jangan semena mena dengan klienmu!"gerutuku kesal yang membuat dia menatapku tajam

"hei, terlepas dari kau klienku, kau juga temanku! Aku berhak menasehatimu"gerutunya kesal

"Tapi kan aku leb-"

Marriage Life (Na Jaemin X you)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang