XXXVIII "Rencana"

5.5K 668 67
                                        

"Ada seseorang yang menyusup dengan cara kotor di markas kita, dan tentunya kita harus berhati-hati, bukan begitu tuan Leviathan?" Ujar Hecate, mendengar itu Leviathan menghela nafas.

"Jadi karena itu rencana kita sebelumnya gagal?!" Ujar Amon merasa murka.

"Entahlah, mungkin saja itu benar" ujar Hecate sembari menyeringai.

"Tapi kalian tak perlu khawatir, rencana kita kali ini tak akan gagal, aku bisa menjamin itu" ujar Hecate, mendengar itu Qana dan kelima iblis menyeringai tak sabar menunggu waktu-waktu kekalahan Arthemis.

"Kali ini kau yang harus menelan pil kekalahan, Arthemis"

****
Kini di depan kamar Jennifer, Hanabi, Nathan, Para ksatria, Gisyana bersama Artystides, dan Zarrah sedang menunggu Jennifer yang sedang diobati oleh tabib dan para Dewi.

Semuanya terdiam tak ada yang saling berbicara, Hanabi sejak tadi terus terdiam, berdiri dengan posisi cool kedua tangan di lipat di dada, mata terpejam, dan tubuh bersandar di dinding.

"Hanabi, bisakah aku bertanya sesuatu padamu?" Bisik Nathan membuat Hanabi membuka matanya dan menatap kearah Nathan.

"Yah ada apa?" Tanya Hanabi yang masih setia dengan posisi coolnya.

"Aku penasaran, kenapa kau lebih ingin menyelamatkan Jennifer dibandingkan anak kita?" Tanya Nathan dan perlahan wajah Hanabi memerah ketika mendengar Nathan mengatakan "Anak kita".

"Seseorang sudah menyerang Jennifer dengan mantra penggugur janin dan sihir hipnosis, aku berpikir alasan kenapa tiba-tiba Jennifer ingin menikahimu itu dikarenakan sihir hipnosis yang ada pada Jennifer" ujar Hanabi, mendengar itu Nathan menghela nafas.

"Aku juga sudah menduga hal itu, disaat bertemu Jennifer aku merasakan hal aneh pada Jennifer sehingga membuatku curiga bahwa ada musuh dalam selimut, aku sudah memerintahkan pasukan pengintai untuk mencari pelakunya" jelas Nathan.

Mendengar itu Hanabi menyeringai dan maniknya mengarah pada Zarrah yang sedari tadi terdiam.

"Tak perlu repot-repot, pelakunya sudah ada di depan mata" ujar Hanabi sembari menatap kearah Zarrah.

Melihat tatapan Hanabi mengarah ke Zarrah membuat Nathan mengeritkan keningnya.

"Apa kau pikir pelakunya adalah pelayan pribadimu?" Tanya Nathan meyakinkan Hanabi.

"Kita lihat saja nanti" gumam Hanabi.

"Setelah ini selesai, aku ingin membicarakan hal ini lebih lanjut denganmu" ujar Nathan tanpa sadar mengikuti posisi Hanabi.

"Tenanglah, aku sudah memikirkan rencana yang baik untuk hal itu, hal yang paling kubenci adalah pengkhianatan" ujar Hanabi dengan nada tajam.

Usai Hanabi mengatakan hal itu, tabib bersama para Dewi keluar dari kamar Jennifer.

"Bagaimana tabib? Apa putri Jennifer baik-baik saja?" Tanya Natsuki.

Senyuman mengambang di wajah tabib dan para Dewi.

"Syukurlah, putri Jennifer beserta bayi dalam kandungannya selamat" ujar Tabib membuat seluruh orang menghela nafas.

"Bisakah kami bertemu dengannya?" Tanya Natsuki dengan nada penuh pengharapan.

"Maafkan saya tuan Natsuki, putri Jennifer belum bisa di jenguk, biarkan putri Jennifer beristirahat" ujar tabib Tannin.

"Baiklah tabib" ujar Natsuki, walaupun ia belum bisa menemui Jennifer, setidaknya Natsuki merasa lega keadaan Jennifer sudah membaik.

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang