V" Ucapan Menyakitkan"

14.3K 1.3K 48
                                    

"Seburuk apapun masa lalu yang kau hadapi kau takkan pernah bisa merubahnya, dengan mengingat dan merasa sedih itu akan membuatmu menjadi seseorang yang tak berperasaan, aku yakin Arthemis tak ingin melihat dirimu yang sekarang, jika kau terus bersedih Arthemis juga akan merasakan hal yang sama, jadi terimalah masa lalumu sebagai teman yang membuatmu bangkit dan raihlah masa depanmu dengan baik" ujar Hanabi dengan raut wajah datarnya, mendengar itu Nathan tertegun.

"Suatu hari nanti aku akan menjadi istrimu, aku tahu kau menerima pernikahan ini dikarenakan aku adalah gadis yang di berkati Arthemis, dan aku juga tahu pernikahan ini tidak didasari oleh cinta, walaupun kita tak saling mencintai, namun aku akan berusaha menjadi istri yang baik untukmu dan menjadi ibu yang baik untuk Gisyana dan Arystides, itulah sumpahku pada Arthemis" Nathan menatap kearah Hanabi dan terlihat tekad yang kuat di manik Hanabi, melihat itu Nathan merasa tenang dan juga entah mengapa ia merasa bahwa Arthemis kini hadir bersamanya.

****
Telah tiba hari ini, pernikahan Hanabi dan Nathan sebentar lagi akan terjadi.

Di kamarnya Hanabi dibantu Zarrah dan beberapa pelayan mempersiapkan Hanabi sebelum menemui Nathan di atas Altar.

Namun tak terlihat wajah bahagia di wajah Hanabi melainkan wajah kesal dikarenakan pelayan yang melayaninya adalah pelayan yang menyakitinya di kamar mandi.

Dengan gaun putih bersih dengan beberapa berlian di pinggang dan dada Hanabi terlihat cantik, sebuah kerudung dengan Tiara kecil menghias di kepala Hanabi, tak lupa rambut pirangnya di sanggul, kini semuanya sudah siap, Hanabi siap menemui Nathan di altar pernikahan.

"Tugas kami telah selesai, kami mohon undur diri" ujar salah satu pelayan yang menatap Hanabi dengan risih, tanpa mendengar izin Hanabi pelayan itu melenggang pergi meninggalkan Hanabi dan Zarrah di dalam ruangan.

"Putri, apa anda merasa gugup?" Ujar Zarrah membuat Hanabi menghela nafas.

"Yah sedikit, sebentar lagi aku akan menjadi seorang istri dan juga permaisuri di kerajaan dan kekaisaran ini, entah mengapa aku merasa apakah aku bisa menjalani tanggung jawabku?" Ujar Hanabi dengan raut wajah khawatir, Zarrah menggenggam kedua tangan Hanabi berniat memenangkan gadis bersurai pirang itu.

"Tenanglah putri, aku dan kakak yakin putri pasti bisa melaksanakan tugas putri dengan baik, aku dan kakak akan selalu berada di samping putri" ujar Zarrah, mendengar itu Hanabi tertegun dan memeluk Zarrah, Hanabi kembali mengingat mendiang ibunya, seharusnya yang berkata seperti itu adalah ibunya, namun dengan keberadaan Zarrah Hanabi merasa kehadiran sosok keluarga.

Tok Tok Tok

Terdengar suara ketukan pintu membuat Hanabi melepaskan pelukannya dan memerintahkan seseorang itu untuk masuk.

"Giliran anda sudah tiba putri" terlihat raut wajah sedih Hanabi, ia kembali mengingat ayahnya, walaupun ia sangat membenci ayahnya namun sebagai seorang perempuan sudah menjadi keinginan untuk berjalan menuju altar bersama sang ayah, namun sepertinya hal itu tak akan pernah terjadi, di pernikahannya kali ini ia akan ke altar seorang diri.

"Zian!"

"Yah putri?" Hanabi menghela nafas dan menatap Zian sembari tersenyum.

"Maukah kau mendampingiku menuju Altar?" Zian terkejut dengan ucapan Hanabi, bagaimana bisa ia mendampingi Hanabi menuju altar? Pikir  Zian.

"Tapi bagaimana bisa putri? Aku-"

"Hanya kau satu-satunya keluargaku, bagiku kau dan adikmu adalah keluargaku, jadi kumohon Zian dampingi aku menuju Altar" ujar Hanabi dengan raut wajah sedihnya, melihat itu Zian merasa sedih dan tak tega.

"Baiklah putri, aku akan mendampingimu ke altar sebagai seorang ksatria" ujar Zian dan terlihat senyuman di wajah Hanabi.

"Tenang kami juga akan menemani anda tuan putri" Hanabi terkejut melihat kehadiran para ksatria terhormat.

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang