XLIV "Kencan"

4.3K 580 71
                                        

"Maaf yang mulia, akan lebih baik kita segera menghampiri tuan putri Hanabi, kami merasakan emosi tuan putri Hanabi sedang tidak stabil dan tuan putri tak berada di dalam istana, kami takut Akuma akan menculik tuan putri dan memanfaatkan kekuatan tuan putri untuk mengalahkan kita di peperangan nanti" pinta Miko, mendengar itu Nathan tersenyum kearah Miko.

"Tenanglah Miko, aku akan segera menjemput Hanabi dan membawanya pulang dengan selamat, para ksatria kalian ikutlah denganku ke perkampungan Zuna, kita akan menggunakan kendaraan darat karena Hanabi memblokir akses teleportasi, dan untuk para Dewi kalian tetaplah disini untuk melindungi putri Gisyana, pangeran Arystides, dan putri Elenear, oh iya dimana putri Elenear Natsuki?" Tanya Nathan tersadar bahwa tadi ia menitipkan Elenear pada Natsuki.

"Aku menitipkan putri Elenear pada putri Gisyana" Jawab Natsuki.

"Baiklah,kalau begitu sebaiknya kita segera berangkat sebelum matahari terbenam"

"Baiklah kaisar"

"Tunggu aku Hanabi, aku akan segera menjemputmu dan membawamu pulang"

****
Di taman belakang istana kerajaan manusia yang sedang tahap pembangunan, terlihat Hanabi duduk terdiam sambil memandangi pantulan wajahnya di danau buatan.

Entah apa yang ada di pikiran Hanabi sembari melihat pantulan wajahnya, namun terlihat raut wajah murung dan lesu Hanabi.

"Wajah yang sama dengan Arthemis, aku tidak menyangka kami akan terlihat sangat mirip bagaikan saudari kembar" gumam Hanabi dengan nada pelan.

Secara perlahan manik dan Surai Hanabi berubah, telinganya meruncing, surainya berubah menjadi silver, dan maniknya berwarna ungu.

Hanabi tersenyum memandang kearah pantulannya di air, kembali terngiang kenangannya bersama dengan rekan-rekannya di CEA, bagaimana mereka melewati suka duka selama beberapa tahun, yang membuat Hanabi merasa dirinya tak sendiri.

Manik silvernya berubah menjadi hijau dan terlinganya kembali seperti semula, yah ia kembali ke wujud aslinya, kembali ke dirinya yang sebenarnya.

"Arthemis Selene Macha, bahkan namanya pun sama" gumam Hanabi, air mata membendung di pelupuk mata Hanabi, kenangan demi kenangan yang sudah lama kembali terputar dalam benak Hanabi.

Kenangan yang membuat Hanabi kembali merasakan sakit di hatinya, seakan membuka luka lama yang mulai menutup.

"Apa yang akan Nathan lakukan jika dia melihat wujudku saat ini" gumam Hanabi.

Dan tanpa disadari Hanabi, sedari tadi Hinata berdiri di belakang Hanabi, mendengar dan melihat segalanya membuat Hinata merasakan apa yang dirasakan Hanabi.

"Hanabi?" Panggil Hinata dengan nada pelan sembari menyentuh pundak Hanabi.

Mengetahui keberadaan Hinata, Hanabi segera menghapus air mata di pipinya dan berbalik ke arah Hinata.

"Ah Hinata, ada apa?" Tanya Hanabi.

"Tidak, hanya saja aku melihatmu duduk di pinggir danau seorang diri" ujar Hinata dengan nada lembut.

"Aku hanya ingin menenangkan diri saja, seharian kita bekerja kan?" Ujar Hanabi sembari tersenyum, namun raut wajah sendu Hinata membuat senyuman Hanabi perlahan hilang.

"Apa kau merindukan kaisar?" Tanya Hinata, mendengar itu Hanabi menghela nafas.

"Aku tidak tahu kenapa aku bersikap seperti ini, dalam benakku hanya ada Nathan, disaat aku berusaha memikirkan hal lain, aku semakin memikirkan Nathan" ujar Hanabi.

"Kau tak usah khawatir, walaupun putri Arthemis sudah kembali, cinta kaisar hanya ada untukmu" ujar Hinata berusaha menghibur Hanabi.

"Tapi aku tidak merasakan hal itu, putri Arthemis adalah cinta sejati Nathan, dan itu tidak akan berubah hanya karena aku dan Nathan sudah menikah" ujar Hanabi dengan raut wajah sedih.

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang