XXI " Bangkitnya Sang Bunga Matahari"

12.8K 1K 63
                                    

"Max?" Gumam Arina, ia bangkit dari tidurnya dan ia duduk diatas kasur sembari menatap kearah Max.

Max berjalan kearah Arina dan menaiki kasur Arina dan duduk disamping Arina.

Max memeluk Arina dan seketika tangis Arina kembali pecah.

"Dia tidak mencintaiku Max! Dia tak akan pernah mencintaiku! Cintanya hanya untuk Hanabi! Hanya untuk Hanabi!" Gumam Arina sembari menangis, mendengar itu Max semakin memeluk erat Arina yang terus saja mengulangi kata yang sama sembari terus menangis.

Max hanya terdiam sembari terus memeluk Arina, ia tak tahu harus berkata apa untuk menenangkan Arina.

"Sampai kapan kau akan merasakan sakit karena mencintai orang yang hatinya untuk orang lain sedangkan aku disini sangat mencintaimu?"

****
Flashback on

Di sebuah kota yang indah tertutupi oleh salju yang terus turun terlihat orang- orang yang masih menjalankan aktivitas masing-masing. Diantara gerombolan orang yang menunggu  bus di halte terlihat seorang gadis bermanik abu-abu dan bersurai hitam yang sedang berdiri menunggu datangnya bus.

Tatapannya kosongnya menatap kearah kendaraan dan orang sekitar yang berjalan, wajahnya terlihat datar.

Tak lama bus datang dan gadis itu segera naik bus bersama penumpang lain.

20 menit perjalanan menaiki bus akhirnya gadis itu sampai di halte dekat rumahnya dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.

5 menit berjalan kaki akhirnya gadis itu sampai di rumahnya, di depan pintu terlihat gadis itu hanya terdiam menatap datar kearah pintu.

Secara perlahan si gadis membuka pintu dan mulai masuk kedalam rumahnya.

"Tadaima (aku pulang)" ujar gadis itu dengan datar ketika ia membuka pintu rumahnya, gadis itu mematung ketika melihat sosok pria paruh baya berdiri di hadapannya dengan puntung rokok di tangannya.

"Darimana saja kau?" Ujar pria itu dengan nada tajamnya.

"Sekolah" jawab gadis itu singkat, mendengar jawaban sang gadis, pria paruh baya itu jalan mendekati gadis itu dan...

PLAAKKKK

Pria paruh baya itu menampar gadis itu dengan sangat keras.

"Siapa yang menyuruhmu ke sekolah hah?! Sudah berapa kali kukatakan kau tak perlu bersekolah! Kau hanya perlu kerja untuk mencari makan bukannya bermalas-malasan di sekolah!" Teriak pria itu.

"Sudah kukatakan padamu aku tak mau melakukannya pekerjaan kotor itu lagi ayah! Aku sudah tak mau" ujar gadis itu, tak terima dengan perkataan gadis itu, pria yang dipanggil ayah oleh gadis itu kembali menampar putrinya.

"Kau harus tetap bekerja untuk menghidupi kebutuhan kita! Jika tidak..."

"Lalu kenapa bukan ayah yang bekerja mencari nafkah? Bukannya itu semua tanggung jawab ayah?! Apa karena sifat ayah ini, ibu meninggalkan rumah?"

PLAAKKKK

Sekali lagi ayah gadis itu menampar putrinya kembali, dan tamparan kali ini sangatlah keras sampai membuat gadis itu terjatuh.

"Jika kau membahas wanita jalang itu lagi maka aku tidak segan-segan akan membunuhmu!" Ujar pria itu dengan penuh emosi.

Gadis itu bangkit sembari menyentuh pipinya yang perih sembari menatap tajam kearah ayahnya.

Stand By MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang