18

250 52 5
                                    


Donghyun mengambil sebatang pedang yang terjatuh di sampingnya. Kebetulan, anak panahnya habis, dan dia tidak mungkin memunguti anak panah yang berjatuhan, kan? Apalagi anak panahnya banyak yang tertancap di badan zombie itu.

Dia menancapkan pedang itu tepat di depanya, lalu menyobek sedikit bajunya.

Selembar kain yang sudah ternodai oleh darah itu terpasang dengan rapi didepan matanya, melilit kepalanya. Membuatnya kehilangan pandangan, menyisakan kegelapan.

Donghyun menarik pedangnya, mengangkatnya tinggi tinggi.


Dia adalah Kim Donghyun. Keturunan dari Sang Penengah dari Para Penjaga, Kim Jeyou. Yang bersumpah untuk melindungi mayat seorang Kim Jibeom yang memiliki satu garis keturunan yang sama dengannya. Membuktikan bahwa darah ksatria mengalir dalam nadinya.

***


Jangjun menatap sinis pada zombie di depannya, menyusahkan saja, kenapa harus muncul sekarang?

Sekarang jalurnya terhambat, berdasarkan panduan Seungyoon yang berada tepat dibelakangnya mereka harusnya maju.

 Dasar zombie menyusahkan.


Harusnya tadi dia mengambil sebuah senjata saat bertemu dengan salah satu mayat prajurit tadi, sekarang dia menyesal karena disini hanya ada Youngtaek dengan pedangnya dan kemampuan panahnya.

"Kemarikan pedangmu, aku tahu kau tidak bisa memakainya," kata Jangjun. Namun Youngtaek tidak mau memberikannya. Sedangkan Seungyoon masih menuntun Sungkyu menuju tempat yang lebih aman.

"Paman Jangjun! Tangkap ini!" Jaehyun melempar sebuah pedang ke arah Jangjun. Beruntung pedang itu berhasil ditangkapnya, kalau tidak pasti sudah mengenai kepalanya.


"Tidak jadi memakai ini?" tanya Youngtaek, dia berkata seperti itu karena sudah ada busur berserta anak panah yang masih utuh di selongsongnya.

"Udah nggak butuh!" Jangjun berseru kesal, kenapa tidak sedari tadi memberikannya?


Mendengar pernyataan Jangjun membuat Youngtaek menyerahkan pedangnya ke Seungyoon, walau dia yakin Seungyoon tidak akan bisa memakainya. Tapi setidaknya itu lebih baik diserahkan ke Seungyoon daripada tergeletak tak berguna di tanah.

Youngtaek sibuk membidik anak panahnya, berusaha agar tidak mengenai seorang Jaehyun dengan tombaknya. Andaikan Jaehyun tidak disitu maka Youngtaek bisa membidik dengan lebih leluasa.

Jalan sudah terbuka, Seungyoong bergegas berlari dengan tangan yang masih menggenggam tangan Sang Putra Mahkota. Dengan Jangjun dan Youngtaek yang berjaga dibelakang.


Sang Putra Mahkota dan Seungyoon sudah masuk, kini saatnya mereka membuat darah para zombie ini berceceran.

"Jaehyun, lindungi raja!" teriak Youngtaek ke arah Jaehyun yang berada di samping singgasana.

Namun Jaehyun masih sibuk memutar tombaknya. Youngtaek memanggilnya sekali lagi. Jaehyun menoleh, lalu menggeleng.

Youngtaek mengerutkan dahi. Apa maksudnya?

Jaehyun menendang mahkota yang tergeletak di dekat kakinya. Itu mahkota raja, dengan pemiliknya yang tersungkur dengan darah berceceran disampingnya.

"Aku sudah berusaha melindunginya sekuat tenaga, Paman! Tapi aku lengah, dan akhirnya..."

Youngtaek menggigit bibir bawahnya. Miris, ketika para prajurit melupakan masih ada raja yang harus dilindungi, membuat Jaehyun harus bertempur mati matian untuk menjaganya.


"Paman Youngtaek! Putra Mahkota berhasil diselamatkan?" tanya Jaehyun, sedikit berteriak karena hiruk piruk pertempuran.

Youngtaek ingin mengangguk, namun dia tersentak sekali lagi melihat pedang yang baru saja dia berikan kepada Seungyoon terlempar. Youngtaek menoleh ke pintu yang terbuka, menampilkan sosok Seungyoon yang terbaring, dengan Bomin yang berlutut di sisinya, masih menggandeng tangan Sungkyu.

"Bomin, bawa putra mahkota ke tempat yang lebih aman. Sang Raja telah terbunuh, dia satu satunya penerus yang dimiliki negeri ini," seusai mengatakan hal itu Seungyoon tebatuk, darah keluar dari mulutnya.

Sebuah senyum tipis hangat terulas di wajahnya, senyum terakhirnya sebelum nafasnya berhenti.


Malam ini sebuah negeri telah kehilangan seorang perdana menteri yang hebat bersamaan dengan Rajanya. Bomin telah kehilangan seorang ayahnya. Youngtaek dan yang lain kehilangan sesuatu yang hebat.


Cukup sudah semua ini, Youngtaek sudah tidak bisa menahan lebih lama lagi.

Waktunya untuk menggila di medan pertempuran.

***

Seungmin memandang sekelilingnya, mencari sesosok manusia yang berjubah hitam. Hanya orang itu satu satunya yang bisa menyelamatkan situasi kacau seperti ini. Sayangnya, orang itu menghilang, padahal tadi Seungmin lihat masih ada di tempatnya, barisan para Penyihir kerajaan.

"Eh?" Seungmin menabrak seseorang. Rasanya dia pernah bertemu dengannya sebelum ini. Tapi siapa?

"Kau melihat Perdana Menteri Seungyoon?" tanya orang itu.

Ah, itu salah satu teman Seungyoon yang dia bawa kemari. Dayeol, kalau tidak salah. Seungmin menggeleng.

Seungmin menatap pakaian kebesarannya yang menjuntai sampai menyapu tanah. Dia merutuk kesal, situasinya sangat tidak tepat.


"Tampaknya kau kesusahan, perlu bantuan?" tawarnya, begitu melihat Dayeol seperti itu Seungmin bisa merasakan Dayeol adalah orang baik.

"Permisi," Dayeol mengangkat jubah Seungmin, lalu merobeknya dengan pedang yang digenggamnya.

Seungmin tersenyum, ini jauh lebih baik.


"Ada lagi yang perlu dibantu?" tanya Dayeol ramah, bahkan disituasi seperti ini. Zombie sudah mulai berkurang, hampir habis.

Tapi tidak menutup kemungkinan jika zombie menyerang mereka.

"Aku mencari para penyihir untuk meredakan situasi ini, mereka pasti tahu apa yang harus dilakukan. Kau ingin ikut?" tanya Seungmin.


Dayeol menganggukkan kepalanya tanpa ragu, setidaknya dia bisa sedikit berguna. Dayeol memang hanya seorang musisi, beruntung dulu dia pernah dia diajak Jangjun untuk bermain pedang, walau dia sering kabur.

Dayeol berdiri membelakangi Seungmin, berjaga jaga dari belakang dengan sebilah pedang yang tidak tengenggam dengan sempurna.

***

Zombie menyusahkan, sangat menyusahkan, hati zombie berwarna menyusahkan ~ -Jangjun, sedang terkepung.

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang