38

194 45 9
                                    


Jujur, Bomin tidak pernah menyangka hal ini terjadi.


Bagaimana tidak? Bomin mengira para zombie itu datang dari luar gerbang, setidaknya pertahanan benteng cukup kuat untuk menghalau mereka. Ternyata tidak. Mereka muncul dari area pemakaman istana, dengan mayat mayat yang menjadi zombie juga. Tak terkecuali Choi Seungyoon, ayahnya.

Sekarang Bomin benar benar kebingungan. Lebih dari dua per tiga prajurit yang gugur saat penyerangan sebulan yang lalu, sekarang mereka yang menyerang istana. Keadaan yang berbalik drastis.

Tidak hanya itu, orang orang yang Bomin kenal seperti Paman Youngtaek, Paman Jangjun, Kak Joochan dan kawan kawannya pun ikut menyerang.

Mau tidak mau, Bomin harus terjun ke medan pertempuran sekarang juga. Dia melepas jubahnya, meninggalkannya di lantai. Mengambil pedang yang ada di dalam kamarnya.


"Ayah, Ayah mau kemana?" Sungkyu menahan tangan Bomin.

Ah, Bomin lupa kalau anaknya terbangun.


"Sungkyu, kamu disini saja, ya? Di luar berbahaya, kamu jaga Dahee. Oke?"

Sungkyu menggeleng "Tidak! Aku tidak mau! Aku lihat ayah di sana! Aku ingin bertemu Ayah!"


Benar saja, mendiang raja ada di sana, berjalan terseok seok. Dengan jubah kebesarannya.


Mau tidak mau, Bomin mengunci Sungkyu di dalam kamar bersama Dahee, supaya anak itu aman. Setelah itu dia langsung terjun ke medan perang, dengan pedang di tangan kanannya.


***


"Kak Joochan,"

Bomin terpaku melihat Joochan dengan ganasnya mencakar cakar sekitarnya. Seperti bukan Joochan yang selama ini Bomin kenal. Berbeda jauh. Dengan pakaian yang tercabik cabik, tangan berlumuran darah dan tanah. Keadaan yang mengenaskan.

Tak cukup dengan itu, Bomin juga menjumpai Donghyun dalam keadaan yang sama. Tak jauh berbeda, bahkan lebih parah. Donghyun adalah petarung hebat sepanjang hidupnya, darah ksatria mengalir dalam nadinya. Jadi tak heran saat melihatnya menggila di medan pertempuran.

Rasanya Bomin tak tega membunuh mereka. Padahal, dulu mereka berperang di sisinya.


Ah, secepat itukah keadaan berbalik?


"Paduka, awas!"

Bomin merunduk, menghindari zombie yang tiba tiba menyerangnya. Lalu tercekat setelah menyadari sesuatu.

"Ayah?"

***


"Sungkyu? Apa yang kau lakukan? Bukannya Paduka menyuruh kita untuk tetap di sini?" Dahee mengerutkan kening saat melihat Sungkyu mengotak atik lubang kunci.

"Diamlah, aku sedang berusaha keluar,"

"Kenapa?"


"Entah, kalung ini memaksaku keluar,"

Dahee memperhatikan kalung yang dikenakan Sungkyu. Jika dilihat baik baik, ada seberkas cahaya merah yang mengarah ke luar.

"Bagaimana? Kau mempercayaiku, kan?"

Dahee mengangguk sekilas sebelum pandangannya mengedar ke sekeliling ruangan. Seakan mencari sesuatu.

"Kau mencari apa?"

"Jarum, atau apapun yang bisa masuk ke lubang kunci itu,"

Sungkyu berpikir sejenak "Aku tahu tempatnya,"

***

"Ayah,"

Bomin tercekat di akhir kalimatnya. Dia melihat Seungyoon.

Tanpa sadar Bomin menjatuhkan pedangnya. Tangannya memeluk Seungyoon yang berusaha melepaskan diri.

"Ayah, ini Bomin," kata Bomin sedikit terisak. Tak memedulikan Seungyoon yang meronta, berusaha melepas pelukan Bomin.

"Ayah, ayah tahu, Bomin rindu ayah. Semua orang meninggalkan Bomin. Paman Dayeol, Paman Jangjun, Paman Youngtaek, Kak Joochan, Kak Donghyun, Kak Jibeom, Kak Jaehyun, dan kemarin Paman Seungmin. Tapi kemarin Bomin bertemu Kakek Jisu.  Sebenarnya Kakek melarang Bomin memanggil dengan sebutan itu, tapi Bomin tidak mau," tangis Bomin pecah, air matanya mengalir deras.

Namun, kejadian selanjutnya tak terduga.


Seungyoon mendorong Bomin hingga terjatuh. Saat Seungyoon ingin menyerang Bomin lagi, ada sesuatu yang mengalihkan perhatian Seungyoon. Ralat, bukan hanya Seungyoon, namun semuanya yang ada di sana.

Karena sebuah cahaya merah yang memancar dari arah istana, dengan Sungkyu sebagai pusatnya.

***


"Bagaimana? Apa yang terjadi?" tanya Jisu tepat saat Kyungho kembali ke altar.

Kyungho menarik nafas sebelum menceritakan semuanya "Sebenarnya tidak ada yang salah, hanya Bomin memperkirakan semuanya kurang tepat. Dia luput beberapa hal. Tentang bulan purnama yang tertutup awan hingga zombie yang muncul dari dalam tanah. Karena itu, kenungkinan Bomin menang semakin kecil,"


"Apa tidak ada jalan lain? Tidak bisakah kita turun tangan dalam hal ini?"

Kyungho menggeleng "Mereka sudah diingatkan, dan mereka sudah diberi waktu untuk mempersiapkan segalanya,"

"Tapi semua ini bermula dari Penjaga Kejahatan, jadi setidaknya aku turut bersalah! Biarkan aku ikut campur, tolong," ucapan Jisu melemah.

Kyungho tidak tega melihat Jisu dalam keadaan seperti itu "Baiklah, aku tanya Jeyou dulu. Oke?"


Chihoon yang sedari tadi ikut memperhatikan mereka berdua akhirnya angkat bicara "Sepertinya kita tidak perlu melakukannya,"

"Kenapa?"

"Lihat itu," kata Chihoon sambil menunjuk ke bumi. Memperlihatkan cahaya merah yang menguar, menyala terang.

"Tidak selamanya kita bisa mengatasi segalanya, Jisu. Bisa jadi jika kita turun tangan, itu akan merusak segalanya," kata Chihoon lembut. Jarang sekali Chihoon berkata seperti itu.


Suasana hening itu dirusak oleh kedatangan Penjaga lain secara bersamaan. Tidak semua, hanya Jerome, Donggeon, Minsu, dan Jaeyun.

"Kenapa kalian datang ke sini?"

"Atas perintah Jeyou. Kita disuruh bersiap siap, apapun yang terjadi," kata Jerome.


"Lalu yang lain? Chan dimana?" tanya Chihoon.

"Menyusul. Kata Jeyou, kita memerlukan seluruh amunisi, Woonggi saja ikut,"


"Jadi, sekarang kita menunggu instruksi untuk turun ke bumi, begitu?"

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang