08

354 69 12
                                    

Langit Selatan. Bukan hanya langit biasa seperti kalian bayangkan, bukan hanya ada awan putih di sana. Langit Selatan yang tak mampu dijangkau manusia biasa.

Langit Selatan yang selalu berwarna kelam, walau tidak ada awan mendung yang menutupinya.

Karena Langit Selatan, tempat para kejahatan berkumpul.

Sesosok manusia -jika itu bisa dianggap manusia- itu melipat sayapnya saat kakinya telah menginjak altar abu-abu tua itu. Melayangkan pandangan ke sekitarnya, siapa tahu ada orang selain dirinya.

"Choi Jisu,"

Sosok itu -Choi Jisu- menoleh ketika suara lirih itu menyapa telinganya. Jisu was-was, ini suara yang dikenalnya. Suara yang tak pernah didengarnya sejak ratusan tahun lalu.

"J-jeyou?"

Jisu menoleh ke kanan-kiri, namun tidak ada sosok bernama Kim Jeyou itu. Walau sudah lama tak bertemu, Jisu tak akan pernah lupa wajahnya. Sekaligus penderitaan yang disebabkan olehnya.

"Kau tidak lupa siapa aku kan, Choi Jisu?"

Jisu berbalik, dan benar saja. Oknum bernama Kim Jeyou itu ada di belakangnya. Sayapnya masih mengepak anggun, dengan tangan yang terlipat di dadanya.

"Menurutmu, aku tidak mengawasi kalian? Bukan karena sibuk dengan urusan bumi aku akan melupakan langit, terutama bagian Selatan,"

Jika sudah seperti ini, Jisu yakin nasibnya tak akan jauh berbeda dengan yang lain.

"Katakan, dimana biola kutukan itu sekarang?"

Nada tegas itu memang tidak bisa dihilangkan dari suara Jeyou, membuat Jisu merinding. Itu yang membuat Jeyou paling disegani di kalangan mereka. Suaranya yang tegas, sorot matanya yang tajam, hingga tindakannya yang tak pernah basa-basi selalu berhasil membuat tiap orang bergidik ngeri ketika bertemu dengannya.

Kalangan mereka? Iya, mereka bukan manusia. Mereka tidak hidup di bumi.

Seperti... dewa, mungkin?

Bukan. Mereka bukan dewa, tapi mirip seperti itu, hanya saja-

Mereka lebih suka menyebut diri mereka sendiri sebagai Penjaga. Penyeimbang antara Kebaikan dan Kejahatan. Dengan anggota 9 orang yang terpilih, mereka dibagi menjadi dua kubu. Utara dan Selatan. Sedangkan satu yang tersisa, bertugas sebagai Penengah. Biasanya, Sang Penengah itu adalah sosok yang paling disegani dari semua kalangan.

Dan sialnya, Sang Penengah itu adalah Kim Jeyou, sosok yang berada tepat di hadapan Jisu saat ini.

Ah, jangan kira maksud 'Kejahatan' itu benar-benar jahat, seperti para goblin atau minotaur. Sebaliknya, mereka menjaga Kejahatan agar tidak mengalahkan Kebaikan, namun mereka juga menjaga Kejahatan agar tidak dikalahkan oleh Kebaikan. Bahasa lainnya, mengatur keseimbangan. Karena kalau tidak ada kejahatan, kebaikan juga tidak akan ada, kan?

"Jisu,"

Jisu menunduk, tidak berani menatap Sang Penengah.

"Katakan, siapa yang membuang biola itu ke bumi, hmm?" Suara Jeyou melunak, lalu dia turun. Berdiri di altar, bersebelahan dengan Jisu. Menepuk pundaknya.

"Dengar, aku tahu kau hanya ingin melaksanakan tugasmu. Tapi, sebaiknya kau perhitungkan juga akibatnya. Kau tahu kan, biola itu berbahaya kalau jatuh di tangan orang yang salah. kalau sudah begini, kita semua harus bertanggung jawab. Dua-duanya, Utara dan Selatan,"

Tanpa sadar, sudut bibir Jisu melengkung, membentuk senyuman tipis.

"Terima kasih, Jeyou. Kau sahabat terbaik yang pernah ada,"

Jeyou ikut tersenyum melihatnya "Besok undang teman-temanmu ke Langit Utara. Kita akan mencarinya bersama-sama. Oke?"

"Yakin? Langit Utara berbahaya bagi kami. Mereka menganggap penduduk Langit Selatan sebagai orang yang patut dibenci,"

"Patut dibenci, hmm? Jangan hiraukan pandangan mereka. Ada aku bersama kalian. Aku tidak memihak siapapun, aku berjanji akan bersikap adil sebisa mungkin,"

"Jeyou? Apa yang kau lakukan Di wilayah kami?"

Jeyou Dan Jisu menoleh bersamaan. Sosok lain mendarat di altar, bersamaan dengan sayapnya yang mengatup.

"Minsu. Seharusnya kau mengucap salam terlebih dahulu. Dimana sopan santunmu?" kata Jeyou sedikit membentak.

"Minggirlah, Jeyou. Ini bukan urusanmu, jadi sebaiknya kau segera pergi dari sini,"

Jisu mencium bau-bau pertengkaran antara mereka berdua "Minsu, biarlah Jeyou disini. Urusan kita juga termasuk urusannya,"

Jeyou tersenyum, seakan meremehkan Minsu.

"Katakan, apa yang ingin kau bicarakan?" tanya Jisu lembut.

"Satu hal yang serius. Setelah Chan meninggalkan biola kutukan itu di bumi, ada seseorang yang mengambilnya. Aku tidak terlalu tahu tentangnya, aku kehilangan jejaknya,"

"Kata Chan, biola itu akan dimainkan seminggu lagi, kira-kira. Dan kita tidak tahu apa tujuan orang itu sebenarnya,"

"Jadi, biola itu sudah jatuh ke tangan manusia?" muka Jeyou terlihat cemas. Dia tahu apa yang akan terjadi jika biola itu dimainkan. Yang pasti, bukan sesuatu yang menguntungkan.

"Bagaimana? Besok, kita semua akan berkumpul di Langit Utara. Tanpa terkecuali. Kita tidak mau masalah besar terjadi, maka dari itu kita harus bertindak cepat," Jeyou berkata tegas.

"Kuharap Langit Utara mau mau diajak berkerja sama,"

"Semoga,"

***

Biola jatuh, sangat jatuh, Hati biola berwarna jatuh ~

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang