53

150 34 8
                                    

Hyunjoon sekarang sudah berada di depan rumah yang berada di tengah hutan itu. Hanya rumah biasa, dengan istal di belakang.

Namun tidak ada yang tahu bahaya apa saja yang bisa terjadi, kan?

Maka dari itu, Hyunjoon membawa belati khusus. Bukan belati, lebih tepatnya pisau lempar. Pisau jenis itu jarang ditemukan, Hyunjoon hanya punya dua. Satu peninggalan ayahnya, satu lagi miliknya sendiri.

Hyunjoon bertanya tanya, memangnya siapa mereka hingga mereka mengetahui rahasia Bomin? Yang bahkan Hyunjoon sendiri tidak tahu.

Hyunjoon ragu ragu mengetuk pintu bambu tersebut.

"Siapa?" terdengar balasan dari dalam.

"Hyunjoon,"

Pintu terbuka, menampilkan sosok tinggi dengan bekas luka di pipinya. Tangannya mengisyaratkan agar Hyunjoon masuk.

Hyunjoon mengikuti langkah orang itu, masuk ke dalam sebuah ruangan yang cukup luas. Kelihatannya adalah ruang tamu dari rumah ini.

Pandangan Hyunjoon menangkap sebuah biola yang cukup antik di sudut ruangan. Membuatnya bingung, sebenarnya tempat apa ini?

"Pangeran Hyunjoon, silahkan duduk," katanya, lalu pergi memanggil yang lainnya.

Dan satu per satu dari mereka berdatangan, duduk melingkar. Hyunjoon menghitung dalam hati, ada sepuluh orang.

"Kino, tolong ambilkan minum untuk Pangeran Hyunjoon,"

"Tidak usah repot repot, aku hanya sebentar di sini," cegah Hyunjoon.

Namun terlambat, yang dipanggil Kino itu terlanjur berdiri, masuk ke sebuah ruangan.

"Sebelumnya, kami meminta maaf karena telah menyita waktu anda, namun ini sangat penting,"

"Saya Jinho, orang kepercayaan Almarhum Paduka Bomin," kata seseorang yang sepertinya adalah pemimpin dari mereka.

"Kami adalah bagian dari pasukan elit yang dibentuk oleh Almarhum Paduka Bomin secara diam diam untuk mengawasi pergerakan pemberontakan. Mengingat sekarang situasi semakin memanas, kami memutuskan kembali muncul ke permukaan setelah sekian lama bersembunyi,"

Hyunjoon sedikit tercengang mendengar pernyataan Jinho. Benar, banyak yang disembunyikan Bomin darinya.

"Dan kami diberi amanah untuk menjaga Pangeran, dan memberikan ini kepada Pangeran,"

Hyunjoon menatap perkamen yang diberikan Jinho kepadanya. Menyimpannya dalam saku.

"Aku akan membacanya nanti. Sekarang ada hal yang lebih penting dari itu. Apa yang ingin kalian katakan?"

"Kami akan melaksanakan amanat Almarhum Paduka Bomin, yaitu mendukung anda," kata Jinho sungguh sungguh.

"Maaf, sebelumnya, saya belum mengenal kalian semua. Eh, seharusnya saya panggil paman, ya? Sepertinya kalian seumuran ayah,"

Jinho tersenyum, menoleh ke arah teman temannya "Baiklah,"

"Saya Jinho, lalu yang di sana Hongseok, lalu yang itu Shinwon, sampingnya Yuto, yang disana namanya Hui, yang itu Yanan, sebelahnya lagi Hyojong, yang mengantar anda tadi Wooseok, yang di sana Yeo One," kata Jinho sambil menunjuk ke arah mereka satu per satu.

"Silahkan Pangeran," cangkir berisi teh hangat dengan uap yang masih mengepul terulur ke depan Hyunjoon.

"Kalau yang itu namanya Kino,"

"Ah, katanya kalian adalah pasukan khusus, kan? Apakah ayah mendidik kalian secara langsung?" tanya Hyunjoon sambil menyeruput tehnya.

"Tidak, kami bukan dididik, namun kami berlatih bersama, dengan guru rahasia," jelas Hui.

"Maksudnya? Kalian dan ayah belajar bersama?" Hyunjoon terkejut. Selama ini dia mengira ayahnya yang terbaik, karena Bomin selalu mengajarinya dengan keras, sehingga Hyunjoon menjadi sehebat ini.

"Kapan kapan kami akan mengenalkannya kepada anda. Namanya Paman Jaeseok, pelatih terhebat yang pernah ada," kata Wooseok.

Hyunjoon mengangguk "Baik, saya rasa sudah cukup, bolehkah saya kembali? Saya memiliki banyak urusan di istana,"

Semuanya mengangguk, mempersilahkan Hyunjoon keluar.

"Terima kasih, paman,"

***

"Sunwoo,"

Hyunjae menghampiri Sunwoo yang sedang memberi makan burung merpati yang di taman belakang. Sesekali Sunwoo mengelus bulunya, namun burung itu benar benar tidak bisa bersuara.

"Kenapa? Ada masalah?"

Rasanya Hyunjae ingin marah kepada panglimanya itu. Bagaimana tidak, tadi dia diancam oleh Sangyeon, dan itu semua salah Sunwoo yang kemarin berdebat dengan Juyeon.

"Ah, masalah yang kemarin. Tenang, aku sudah memperhitungkan akibatnya,"

Hyunjae ikut berjongkok di samping Sunwoo.

"Ini saatnya kita menunjukkan pion utama kita. Kau siap?" Sunwoo menggulung kertas kecil, lalu memasangnya di kaki merpati itu.

"Kau akan memanggil Younghoon? Kau gila,"

Sunwoo tersenyum seperti tidak mempunyai beban " Ini saat yang tepat, Pangeran. Pertempuran bisa.pecah kapan saja, dan bahaya jika kita belum mempersiapkan apa apa,"

"Mau mencoba menerbangkannya?" Sunwoo menyerahkan merpati itu ke tangan Hyunjae. Hyunjae mengangkatnya tinggi tinggi sebelum akhirnya sayapnya mengepak.

"Dia akan datang dua hari lagi, bersiaplah. Kita yang akan memulai perang," Sunwoo tersenyum tipis. Senyum yang menunjukkan banyak makna tersirat didalamnya.

***

+++ Ekstra chapt +++

"Sekarang, apa yang akan kita lakukan?" tanya Kino. Dia benar benar bosan, biasanya sore sore seperti ini dia berjalan jalan ke hutan, lalu kembali setelah matahari terbenam.

Shinwon menghampiri Kino yang sedang merebahkan diri di lantai ruang tamu "Kalau begitu, temani aku memandikan kuda di istal,"

Kino menggeleng tegas "Tidak mau! Aku mau jalan jalan saja!"

"Lebih baik kita menonton MV Pangeran Hyunjoon saja. Kata Kak Hyojong, itu bagus!" seru Kino.

"Baiklah, ayo! Aku juga ingin menontonnya! Apa judulnya?" sahut Shinwon antusias.

"Baragi, artinya harapan. Kemarin aku menonton teasernya, dari teaser saja sudah bagus!"

"Para pembaca yang Budiman, jangan lupa untuk streaming MV Pangeran Hyunjoon, oke? Walau Pangeran bukan bagian dari The Boyz lagi, kalian tetap mendukungnya, kan? Pangeran Hyunjoon tetap menjadi bagian Road to Kingdom, jadi tolong beri dia banyak cinta,"


***

Jangan lupa streaming Pangeran Hyunjoon! ONF juga!

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang