33

207 51 6
                                    

Bomin melambaikan tangannya, tentu saja untuk mengatakan salam perpisahan untuk Jisu. Pertemuan mereka sudah berakhir.

Sebelumnya Jisu mengambil sebuah kalung yang terletak di sebuah meja. Jisu mengatakan bahwa kalung itu adalah hasil dari pengorbanan ke enam penyihir.


Kalung yang akan menjadi senjata untuk besok, perkiraan Bomin salah. Mereka tidak membuat pelindung untuk melindungi negeri, melainkan sebuah senjata yang Bomin tidak tahu cara kerjanya.

Jisu tidak memberi tahu cara kerjanya.



Lagipula itu tidak menjadi masalah. Jika mereka benar benar membuat pelindung, tidak peduli seberapa besar tenaga mereka yang dapat membuat pelindung yang sangat besar dan tidak dapat pecah juga akan bertahan lebih dari satu bulan. Itu akan menjadi percuma mengingat para zombie muncul dari tanah. Jika mereka muncul di dalam pelindung maka semuanya akan percuma.



Kalung itu Bomin pegang dengan erat, ini tidak boleh hilang.



Jisu sudah menghilang dari pandangannya, sayap Jisu lebih dahulu tidak terlihat dari pandangan Bomin karena sayap hitam itu terlebih dahulu bercampur dengan gelapnya langit malam.Bomin sekali lagi memandang langit, "Semoga ini berhasil," ucapnya penuh harap dengan matanya yang terpejam.


Bahkan langit malampun tahu bagaimana kata kata itu terdengar begitu harap dan pasrah.

***

"Bomin," Bomin terbangun saat mendengar suara di sampingnya.

Matanya terbuka begitu lebar saat melihat beberapa makhluk bersayap hitam dan putih, sayap mereka terbentang lebar hampir memenuhi kamarnya. Beberapa dari mereka berjarak karena sayap mereka yang membuat jarak di antara mereka.


Mungkin mereka adalah para penjaga, begitu kata pikiran Bomin.

Mata Bomin menangkap sesuatu yang salah, tidak ada Jisu disini, Hanya ada makhluk yang seluruhnya tidak dia kenal, kepalanya mendadak berpikir begitu keras.

"Jisu bilang dia bisa melihat kita, itu benar kan?" salah satu diantara mereka yang bersayap hitam bertanya.

"Tentu saja Chan, kau tidak melihat reaksinya yang kebingungan?" salah satu diantara mereka menimpali pertanyaan dari Chan -yang tadi bertanya.

"Bisakah kalian tidak merentangkan sayap kalian, sayap kalian membuat ruangan ini sesak. Ini bukan altar." ucap satu satunya penjaga yang tidak merentangkan sayapnya yang berwarna putih.

Ucapan Jaeyun -penjaga yang tadinya menegur mereka- dipenuhi, sekarang ruangan ini terasa longgar berkat saran Jaeyun.

Bomin hanya terdiam dan menghitung jumlah mereka dalam hati. Ada tujuh penjaga. Berdasarkan informasi Jisu, ada empat penjaga kebaikan. Empat penjaga kejahatan.

Jika Bomin membedakan berdasarkan warna sayap mereka, yang hitam penjaga kejahatan, yang putih adalah penjaga kebaikan.

Juga berdasarkan informasi Jisu, ada total delapan penjaga. Itu berarti sembilan jika Sang Penengah, Jeyou terhitung.

Ada tujuh Penjaga yang datang, Bomin tidak mengenali mereka semua. Jisu tidak datang.



"Ah, maaf saya datang terlambat," pemilik sepasang sayap abu abu yang tiba tiba datang, hal itu menarik perhatian Bomin karena warna sayapnya yang berbeda. Berdasarkan informasi Jisu, pemilik sayap emas berarti penengah, apa itu benar? Lalu abu abu itu apa? Penjaga palsu?

Karena semua informasi yang Bomin ketahui berasal dari Jisu.

"Woongi sudah datang, bisa kita mulai sekarang?" Chan berkata, memandang Jaeyun sebagai pemimpin penjaga kebaikan.

"Iya, silahkan dimulai," Jaeyun membalas.

"Perlukah kita mengenalkan diri?" salah satu dari mereka bertanya.

"Tentu saja, memangnya dia sudah mengenalmu?" Chan membalas dengan muka menghina.

"Baiklah, aku pertama. Choi Chihoon, penjaga kejahatan," yang tadi bertanya mengenalkan diri terlebih dahulu. Tatapannya mengarah pada Chan, mengisyaratkan agar Chan mengenalkan dirinya.

"Oh, aku? Cho Chanhyuk, panggil Chan saja. Tidak perlu menyertakan kata Hyuk," Chan menyenggol lengan orang disampingnya.

"Kim Minsu," Minsu berkata singkat, tidak sepanjang yang lainnya.

"Son Donggeon, salam kenal," Donggeon tersenyum ramah, setidaknya dia tidak seperti yang lainnya yang harus diberi isyarat atau disenggol dan memperkenalkan dirinya dengan wajah datar.

Mendengar tidak ada suara perkenalan selanjutnya, Donggeon menoleh. Menatap ... yang hanya berdiri diam.

"Itu Kyungho, salam kenal," Donggeon tersenyum ramah dengan jarinya yang menunjuk Kyungho yang berdiri diam.

Bomin dapat menyimpulkan jika Donggeon adalah yang paling ramah , terlihat dari sifatnya ini.

"Yang ini Jerome, dia tidak banyak bicara hari ini," Donggeon memperkenalkan Jerome, benar saja. Sedari tadi dia tidak berbicara maupun banyak bertingkah.

Tinggal satu penjaga lagi jika penjaga palsu menurut Bomin tidak terhitung.

"Jaeyun, bisa dibilang yang bertanggung jawab sepenuhnya di antara Para Penjaga Kebaikan," Jaeyun juga berkata ramah, walau tidak disertai senyuman. Itu cukup membuatnya terlihat ramah, tidak seperti yang lainnya yang saling melirik tajam maupun bermuka datar.

"Hai," suara itu terdengar ramah. Pemilik suara itu adalah Sang Penjaga Palsu, mungkin jika dilihat dari sudut pandang Bomin.

"Cha Woonggi," dia tersenyum lebar.

"Sudah selesai perkenalan, selanjutnya apa?" Jaeyun bertanya, entah pada siapa.

"Aku akan menangis jika ternyata dia tidak bisa mendengar kita dan hanya terdiam tak paham," Chan menunjuk Bomin yang terdiam mematung di tempat tidurnya dengan ekspresi wajah bingung.

***

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang