02

1K 113 20
                                    


Joochan menatap alamat yang diberikan ayahnya. Dengan tulisan berantakan seperti itu, Joochan yakin ayahnya menulis dengan terburu-buru. Dia tidak mengenal alamat itu.

Mungkin dia harus menanyakannya kepada Jibeom atau Donghyun yang suka berkelana hingga melewati perbatasan.

Baiklah, nanti Joochan akan mengajak mereka berdua. Ditambah Jaehyun, mungkin? Anak itu bisa diandalkan di saat situasi darurat.


Dia segera mengemasi barangnya, hanya sedikit. Joochan tahu, pasti tempat yang ditunjukkan ayahnya itu jauh dari pusat kerajaan, karena Joochan tidak mengenali daerah itu. Seumur hidupnya, Joochan tidak pernah pergi jauh dari kota tempat dia tinggal sekarang.

"Tali, busur, anak panah, pisau, umm... apel?" Joochan menimang apel di tangannya, lantas memasukkan buah berwarna merah itu ke dalam tasnya "Aku bawa sajalah,"

Walau sebenarnya Joochan masih berpikir, untuk apa dia membawa apel? Pasti di jalan mereka akan mendapatkan makanan gratis dari hutan.

Memangnya mereka akan melewati hutan? Entahlah, Joochan hanya menduga. Mengingat perjalanan ini sepertinya akan menjadi perjalanan yang panjang, dan di daerah yang jauh dari pusat kerajaan pasti masih sepi. Belum ada tanda-tanda kehidupan, mungkin? Joochan harus bersiap untuk kemungkinan terburuk.


Ah, dengan adanya Jaehyun pasti semua bisa teratasi dengan mudah.

Besok pagi dia berangkat. Waktunya tidak lama, acara penobatan seminggu lagi.

Perlengkapan sudah lengkap, dia juga sudah mengabari Jaehyun, Jibeom dan Donghyun. Sekarang saatnya dia tidur, mempersiapkan energi untuk besok.

"Selamat malam Joochan," ucap Joochan untuk dirinya sendiri sebelum memejamkan matanya, tertidur.

***


"Joochan?" Joochan yang mendengar suara ketukan pintu dan orang yang memanggil namanya menghampiri pintu. Joochan mengenal suara ini, suara Jaehyun.

Mungkin Jaehyun ke rumah Joochan terlebih dahulu karena tidak ingin Joochan yang menghampirinya di rumahnya dan membuat Joochan repot. Jaehyun adalah tipe tipe orang yang tidak suka merepotkan orang lain.



"Hai Jaehyun," sapa Joochan saat mendapati adanya Jaehyun didepan pintu rumahnya. Jaehyun hanya menanggapi sapaan Joochan dengan senyuman.

"Kamu datang sendiri? Tidak bersama Jibeom maupun Donghun?"

"Tidak, kita saja yang menghampiri mereka," Joochan mengangguk angguk mendengar jawaban singkat dari Jaehyun.


"Umm, Jaehyun kamu bawa apa saja?" Joochan berusaha mencari bahan pembicaraan. Inilah sulitnya berteman dengan Jaehyun, dia tidak akan berbicara kalau tidak ada yang bertanya.

"Hanya barang yang akan dibutuhkan," jawaban dari Jaehyun membuat Joochan merasa tersindir akibat teringat apelnya yang dia bawa, entah akan berguna atau tidak.

***

"Donghyun!" Jibeom berseru memanggil Donghyun yang masih berada di rumahnya.

Joochan hanya memandang Jibeom dengan tatapan 'Tidak perlu sampai berteriak begitu,' mengingat cara Jaehyun memanggilnya tadi.


"Jibeom!" Donghyun yang baru saja keluar dari rumahnya berseru saat melihat Jibeom.

Sebuah busur panah tersampir di punggung Donghyun, Donghyun tidak membawa apapun selain busur panahnya dan anak panah yang berjumlah sedikit, membuat Jibeom terperangah.

"Kamu hanya bawa itu saja?" Donghyun memasang muka sombong, "Iya, aku kan hebat,"


Jibeom memutar bola matanya, malas menanggapi ucapan Donghyun yang jika dia balas akan berubah menjadi perdebatan panjang, dan tentunya akan membuat Joochan murka.

Jibeom tidak ingin melihat Joochan murka dan berakhir dengan telinganya yang merah akibat ditarik Joochan.


"Donghyun hebat, sangat hebat, hati Donghyun berwarna hebat ~" Donghyun bernyanyi sendiri dengan lidahnya yang dijulurkan ke Jibeom, mengejek Jibeom.

Lalu Donghyun memimpin jalan, diikuti oleh yang lainnya. Entah jalan yang ditunjukkannya benar atau tidak, dia tidak membawa kompas. Karena di sepanjang jalan Donghyun, dengan Jibeom yang sudah mulai bertingkah, menyanyi lagu 'Donghyun Hebat' dengan lirik yang sudah diubah beberapa, menjadi 'Jibeom Hebat', 'Jaehyun Hebat', hingga 'Joochan Galak' yang sukses mendapatkan lemparan batu dari Joochan serta lirikan tajam Jaehyun.



"Donghyun, jalannya benar atau tidak?" Joochan khawatir jika jalannya salah, jadi dia bertanya pada Donghyun untuk memastikan.

Donghyun menoleh.


"Seperti ini, hmm, bukan urusan Donghyun," dia mengendikkan bahunya. Membuat Joochan sekali lagi melempar batu ke arahnya.

"Sepertinya... kita tersesat," Jibeom memandang sekitarnya "Aku tidak pernah kesini. Rumah Paman Youngtaek di daerah utara, kan?"

Joochan menelan ludah. Tersesat? Astaga, Donghyun gila.

"Tidak! Ini jalan yang benar. Hanya sedikit... melenceng? Jibeom tipu-tipu," Donghyun mengelak.

Jaehyun menoleh kanan-kiri. Hanya ada pohon-pohon lebat di sekitar mereka. Sepertinya mereka benar-benar tersesat. Padahal Jaehyun yakin ini jalan yang benar. Dia memastikan sejak tadi mereka berjalan lurus ke utara, dengan matahari di kanan mereka. Dan hingga sekarang matahari masih tetap disana, hanya naik sepenggalan.


Eh? Pandangan Jaehyun berhenti di suatu titik. Sesuatu yang menggantung di atas pohon, mungkin? Atau lebih tepatnya, tersangkut.

Jaehyun menepuk pelan pundak Joochan, mengarahkan telunjuknya ke arah pohon itu "Joochan, itu apa?"

Joochan mendongak, memincingkan mata "Entah, lupakan saja. Rumah Paman Youngtaek masih jauh,"

Donghyun yang ikut mendengarnya menjawab "Monyet, mungkin? Saudaranya Jibeom,"

"Heh! Sembarangan ya! Itu biola, tau!"

"Eh, biola? Kok bisa ada biola di situ?"

Jaehyun sedang mencari cara untuk menurunkan biola yang tersangkut di pohon itu. Dia mencari apa yang bisa dilempar untuk menjatuhkannya, tanpa membuat biola itu rusak.

"Butuh ini?" Joochan menawarkan apel yang dibawanya.

Jaehyun mengambilnya "Donghyun, Jibeom, aku akan menjatuhkan biolanya, kalian tangkap!"

Donghyun dan Jibeom mengangguk serempak, lalu mengambil posisi tepat dibawah pohon.

"Satu, dua, tiga!"

Lemparan Jaehyun tepat mengenai biola, hanya saja jatuhnya pada tempat yang salah. Mengenai kepala Donghyun, kemudian ditangkap oleh Joochan.

"Dapat!" seru Joochan. Donghyun mengelus kepalanya.



"Kalian siapa?"

Suara bapak-bapak itu membuat mereka semua menoleh. Seorang lelaki berdiri di depan sebuah rumah yang kelihatan sudah lama.

Eh? Sejak kapan ada rumah di sekitar sini? Donghyun menggelengkan kepalanya. Apakah ini efek dari kepalanya yang benjol setelah tertimpa biola?

"Joochan?"

***

AnnyeonghaSEOHO...

Author hebat, sangat hebat, hati author berwarna hebat~ -Donghyun, habis tertimpa biola.

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang