56

153 37 6
                                    


Melihat Hyunjoon mengeluarkan kudanya dari istal, Kevin yakin Hyunjoon akan pergi ke luar istana. Kevin mengira Hyunjoon hanya akan mengunjungi rumah lamanya, namun kudanya berbelok ke arah hutan.

Kevin ingin menyusul, namun dia tidak bertindak gegabah. Dia tahu, itu privasi Hyyunjoon, Kevin tidak berhak ikut campur.


Berbeda dengan Sunwoo yang melihat kuda putih itu menuju arah hutan, dia tersenyum tipis. Dugaannya benar, Hyunjoon pergi ke rumah di tengah hutan itu.

Kemarin Sunwoo sudah mengeceknya, rumah itu kosong, tidak ada tanda tanda ada orang di dalamnya. Ruang tamu berdebu, pintu yang sudah rapuh, hingga istal yang kosong.]


Mereka pintar menyembunyikan keberadaan mereka.


Benar saja, Hyunjoon turun dari kudanya, masuk ke dalam rumah itu. Berhati hati membuka pintunya setelah mengikat kudanya di batang pohon depan rumah.

Sunwoo tidak segera masuk, dia memilih menunggu di depan rumah. Mengawasi apa saja yang dilakukan Hyunjoon melalui jendela kaca yang tertutup debu.


Di dalam, Hyunjoon membuka lemari, mengambil beberapa lembar kertas yang ditinggalkan Jinho untuknya. Jinho tidak mengatakan apa apa, hanya mengirim pesan kalau di dalam lemari ruang tamu ada sesuatu untuknya. Kino yang memberitahunya, kemarin dia menyamar di istana.

Hyunjoon cukup terkejut saat itu, bagaimana bisa Kino masuk ke dalam istana dengan mudah? Kino dengan entengnya menunjukkan sesuatu di halaman belakang istana. Ada sebuah gorong gorong tak berair, langsung menuju perbatasan hutan.


Kata Kino, dia adalah mata mata terbaik, lebih daripada Bomin. Bahkan kalau Hyunjoon mau, dia bisa saja menggulingkan tahta dengan mudah. Namun Hyunjoon menolak, dia tidak mau tahta, apalagi dengan cara seperti itu.


Perlahan dia membuka salah satu perkamen, membacanya dengan teliti. Hyunjoon mengerutkan dahi. Kata katanya begitu rumit, dia tidak bisa memahaminya.

Bintang utara berkedip sekali, pertanda serigala akan melolong. Perhatikan tandanya, lalu berhati hatilah. Beberapa ular mungkin berbahaya. Mereka tidak akan menggigitmu kalau kau tidak bergerak sembarangan.

Dia beralih membuka perkamen lainnya, namun hasilnya sama saja. Rangkaian kata yang dulit dimengerti. Tapi Hyunjoon bisa menyimpulkan sesuatu; Mereka memakai bahasa mata mata.

Jangan sesekali melangkah menuju jubah hijau. Walau kau bisa membalikkannya, bukan berarti kau bisa lepas darinya.

Tunggu. Hyunjoon bisa menangkap sedikit sedikit maksudnya, namun dia tidak yakin. Salah sedikit, bisa fatal akibatnya. Jadi, Hyunjoon memilih diam saja.

Pasir bergerak turun, menandakan sesuatu akan segera datang. Hanya kau yang bisa menghentikan itu. Sebelum beberapa mangsa terbunuh.

"Ada kata terakhir, Pangeran Hyunjoon?"


Hyunjoon terkejut melihat Sunwoo sudah ada di belakangnya, dengan pedang teracung yang melekat di lehernya. Bergerak sedikit saja, lehernya akan berdarah.

Hanya ada satu cara, batin Hyunjoon.


"Kau tahu, apa yang kuinginkan darimu? Tahta! Hanya itu, namun sulit sekali mendapatkannya. Hingga aku harus membunuh beberapa kerabatmu demi hal itu," kata Sunwoo, ujung pedangnya berganti menusuk dagu Hyunjoon, memaksanya mengadah.

Hyunjoon tercekat. Jadi Sunwoo yang membunuh Sungkyu berserta kedua putrinya?

"Hyunjae juga payah, aku memaksanya untuk menikah agar tahta jatuh padanya. Dia justru diam saja, membiarkan Juyeon menguasai segalanya, padahal secara usia Hyunjae lebih berhak. Ini semua karena orang bernama Sangyeon itu,"

"Seharusnya memang manusia seperti dia itu dihapuskan dari muka bumi ini. Apalagi saat dia membawa Kevin, Chanhee, Jacob dan beberapa orang lainnya untuk-"


Ucapan Sunwoo terputus seiring dengan pisau yang menancap di tengkuknya. Membuat pedangnya terjatuh, namun Sunwoo masih bernafas.

Kesempatan itu tidak disia siakan oleh Hyunjoon. Dia segera mengambil pedang yang bertahtakan berlian itu, menghujamkannya ke dada Sunwoo, memutus nafasnya.

"Ini untuk Sungkyu," Hyunjoon menarik pedangnya, lalu menancapkannya sekali lagi, di tempat yang berbeda.

"Yang ini karena kau telah membunuh kedua putrinya"

Sekali lagi, pedang itu menembus bahunya, membuat darah memuncrat kemana mana.

"Terakhir, karena kau telah menghancurkan segalanya,"


Pedang di tangan Hyunjoon menembus tengkorak Sunwoo. Setelah itu Hyunjoon melempar pedangnya, meninggalkan mayat Sunwoo tergeletak di sana.


Matanya mencari cari siapa pelempar pisau tersebut, dia ingin berterima kasih. Namun dia tidak menemukan siapa siapa.

Mungkin sekarang saatnya Hyunjoon untuk pulang, mengembalikan mayat Sunwoo kepada Hyunjae. Bagaimanapun, dia tetap Panglima kerajaan, terlepas dari perbuatannya selama ini. Dia harus mendapat penghormatan terakhirnya.


Hyunjoon meemanggul mayat Sunwoo di pundaknya, menaikkannya ke atas kuda putihnya yang sekarang sudah berlumur darah. Hyunjoon menyimpulkkan sesuatu kali ini. Pangeran Hyunjae tidak bersalah, hanya saja Sunwoo yang memengaruhinya.

Pangkal masalah sudah selesai, tinggal satu lagi yang belum terselesaikan. Pihak satunya, Pangeran Juyeon.

Derap langkah kuda perlahan menghilang, meninggalkan jejak debu yang berserakan.


Tanpa Hyunjoon sadari, ada seseorang yang mengawasinya sejak tadi. Dialah yang melemparkan pisau itu.

"Seharusnya tadi mengenainya, namun tidak apa apa. Setidaknya aku bisa menemuinya lain kali,"


Sosok itu mengambil pisau yang tadi dia lempar, memasukkannya ke dalam sakunya.

***

Its time to hajima!

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang