44

211 40 11
                                    


Dalam perjalanannya ke aula, Hyunjoon berpikir keras. Berusaha mengingat ingat seragam orang yang dibunuhnya tadi malam. Seingatnya, ada garis melintang dari bahu hingga pinggang.

Masalahnya, seragam pengawal Juyeon maupun Hyunjae sama sama memiliki garis yang sama. Hanya saja warnanya berbeda, Hyunjae merah dan Juyeon putih.

Hyunjoon payah dalam menghafal warna.

Sekali lagi, Hyunjoon menyesal karena keteledoran dirinya. Andai saja dia tidak membiarkan mayat itu lepas dari pengawasannya, pasti mudah menemukan pelakunya.

"Salam, Pangeran Hyunjoon,"
Juyeon membungkukkan badannya melihat Hyunjoon datang.

Di dalam ruangan hanya ada Juyeon dan seseorang yang Hyunjoon tidak kenal

Anehnya, Juyeon duduk di kursi tamu, bukan kursi yang ada di atas.

"Pangeran Hyunjoon, silahkan duduk," tangan Juyeon mengarah ke kursi yang di atas. Walau Hyunjoon sudah lama tidak kesini, Hyunjoon masih ingat itu adalah singgasana raja.

"Aku bukan raja,"

"Ah, begitu ya? Sayangnya Pangeran Hyunjoon adalah anak dari Raja Bomin, benar bukan? Pasti lebih layak duduk diatas singgasana raja dibanding saya," Juyeon berkata sopan, dengan seulas senyum yang tampak sedikit aneh dimata Hyunjoon.

Hyunjoon pasrah, dia malas berdebat dengan salah satu Pangeran yang dicurigainya ini.


"Raja Hyunjoon," Juyeon memanggil Hyunjoon yang terkejut.

"Aku bukan raja, aku hanya duduk diatas singgasana ini saja," Hyunjoon membantah dan menatap Juyeon tajam. Mau tidak mau, Juyeon akan menurutinya.

"Ah, baiklah. Bisakah saya bertanya?" Hyunjoon melirik Juyeon sekilas, dan akhirnya mengangguk untuk mempersilahkan Juyeon berbicara.



"Bolehkah saya membawa saudara saya kesini?"

Hyunjoon menoleh, menatap Juyeon.

"Kenapa tidak boleh? Lagipula anda tidak perlu meminta ijin dari saya,"



Juyeon menghela nafasnya, "Saya hanya ingin meminta ijin dengan sopan kepada tuan rumah, saya bukan Pangeran Hyunjae yang membawa seseorang tanpa ijin siapapun,"

"Oh, boleh." Hyunjoon menimpali dengan singkat.

"Apakah sudah selesai apa yang ingin dibicarakan? Jika sudah saya hendak pamit terlebih dahulu," Hyunjoon tersenyum, dia ingin segera kembali ke dapur dan memakan makanannya yang dia tinggalkan di dapur.

"Ah, maaf mengganggu sarapan anda. Pembicaraan ini sudah selesai, anda bisa kembali memakan sarapan anda dengan tenang," Juyeon membungkuk hormat.

Selepas Hyunjoon yang sudah kembali ke dapur, Juyeon membalik badannya dan tersenyum pada orang yang berada di belakangnya.

"Kak Sangyeon, bagaimana kabar yang lain?" Juyeon tersenyum ramah menyambut salah satu saudaranya tersebut.




"Yang lainnya baik, kau sendiri bagaimana?" Sangyeon berganti bertanya pada Juyeon, sebagai saudara yang baik.

"Aku baru beberapa hari disini, kabarku tentu masih baik baik saja. Kecuali tentang Pangeran Hyunjae, tapi itu tidak perlu dipermasalahkan,"

Sangyeon yang mengangguk angguk senang mendengar jawaban saudaranya tersebut.


"Bagaimana, apakah persiapannya sudah selesai?"

"Tentu saja kita bisa memulainya sekarang,"

***

Hyunjoon masih makan dengan wajah bahagianya, rasa masakan bibinya benar benar dia rindukan.

"Pangeran Hyunjoon!" salah satu prajurit negeri ini datang dan membungkuk hormat kepadanya, sikapnya yang terkesan terburu buru.

"Ada apa?" tanya Hyunjoon heran, Hyunjoon sudah dianggap sebagai Pangeran negeri ini sejak dulu. Lebih tepatnya dianggap sebagai salah satu Pangeran karena mendiang ayahnya.


"Ada pemberitahuan penting untuk anda, Pangeran Hyunjoon,"

Hyunjoon terkadang sedikit sebal dengan cara bicara mereka yang terlalu menghormatinya dan selalu memperpanjang pembicaraan dengan kata kata tidak penting lainnnya.

"Kedua putri Raja Sungkyu, meninggal dunia,"

Hyunjoon geram, kenapa mereka tidak memberitahunya sedari tadi?

"Dimana keberadaan kedua putri sekarang?" Hyunjoon bertanya, nada dingin nan datar tertera dengan jelas di setiap kata katanya.



"Akan saya tunjukkan Pangeran Hyun-"

"Tidak perlu banyak bicara dan tunjukkan saja!" Hyunjoon berteriak marah.

***

Hyunjoon hanya terdiam saja di depan kedua putri Raja Sungkyu yang kaku.

Sangyeon, Juyeon, dan Hyunjae hanya berdiri terdiam, mereka juga diberi tahu kabar ini dan mereka juga terkejut walau tidak menunjukkan reaksi yang terlalu berlebihan.

Di pergelangan tangan kedua putri tersebut ada seutas tali yang diikatkan, yang satu berwarna merah dan yang satu lagi berwarna putih.


Hyunjoon menghela nafasnya dan menatap tajam ketiga Pangeran di sampingnya, "Bisa bicara sebentar? Para Pangeran Asing?"

Hyujae yang mendengarnya hanya mengepalkan tangannya, "Tentu saja Pangeran Hyunjoon,"

***

"Bisakah saya bertanya apa warna garis di seragam prajurit kerajaan masing masing?" Hyunjoon tidak berniat untuk membuat ucapannya ini terdengar ramah.

"Untuk apa memangnya?" Sangyeon hanya menimpali dengan wajah yang sebisa mungkin terlihat ramah.


"Bisa tolong sebutkan saja?"

Hyunjae berdecak mendengar perkataan Hyunjoon, "Seragam kerajaanku dengan garis berwarna merah,"

"Ah, seragam kerajaan saya garisnya berwarna putih,"

Hyunjoon tersenyum lebar, "Sekarang apakah hal ini sudah jelas?"


"Maaf, tapi hal apa yang anda maksudkan?" Juyeon bertanya sopan.

"Putih dan merah, dua warna itu ada di ikatan tangan kedua putri Raja Sungkyu bukan?"

"Jadi, bukti menunjukkan jika kalian adalah orang yang paling menjurus ke upaya pembunuhan Kedua putri, Raja Sungkyu, dan diriku,"


"Bagaimana jika itu hanya satu orang dan dia meletakkan dua bukti untuk menuduh orang satunya?"

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang