61

153 33 9
                                    

Kepin mati 🙂, MWAHAHAHAHA

Anak panah itu berhasil mengenai sasarannya, tepat di mata kiri Kevin. Tangan kiri Kevin memegang anak panah itu.

Tidak mungkin hanya menyebabkan buta saja, anak panah ini sudah menembus terlalu jauh.

Ah, tentang tangan kanan Kevin, tangan kanan yang membunuh seorang calon raja itu lumpuh. Sebelumnya Eric sudah membubuhkan racun ke gagang pedang tersebut, racun milik Haknyeon tentu saja. Dan racun itu berhasil membuat tangan kanannya terasa terbakar, melepuh. Dan akhirnya tidak bisa bergerak sama sekali.

Eric sudah sampai disini sedari tadi, tentu saja tanpa Hyunjoon ketahui. Eric merasa bangga bisa menyembunyikan diri dari seorang mata mata, atau bisa kita sebut "Hwall, seorang mata mata didikan Kino,"

Eric yang masih memegang busur panahnya tersenyum lebar, seperti seorang anak yang baru belajar memanah dan bahagia saat pertama kalinya mengenai sasarannya.

"Wah, kena tepat di mata kiri Kevin!" Eric berseru, Haknyeon yang berada di belakang hanya memasang wajah datarnya.

"Itu tidak hebat sama sekali," ucapan Haknyeon membuat Eric mengerutkan keningnya.

Eric tidak hebat, sangat tidak hebat, hati Eric berwarna tidak hebat ~

"Aissh, lalu yang hebat bagaimana?" tanya Eric, Eric berniat menjadi hebat di lain kesempatan.

"Kau membunuhnya menggunakan ular, kemudian badannya membiru lalu dia akan terbunuh. Kau tidak perlu menggunakan tenagamu seperti ini," ucap Haknyeon dengan wajah bangganya.

"Itu hanya hebat menurut seseorang yang sangat menyukai ular sepertimu saja, menggunakan panah lebih bagus tahu," bantah Eric.

"Baiklah, terserah kau saja. Sekarang kutukan itu sudah putus kan?" Haknyeon memastikan keadaan.

Eric terdiam sebentar, kemudian menganggukkan kepalanya pertanda bahwa kutukan yang menjadikan Sunwoo sebagai korban itu sudah terputus kembali. Setidaknya ini tidak separah saat kejadian yang terdahulu.

Haknyeon menepuk pundak Eric, Eric memandang Haknyeon dengan pandangan bertanya tanya.

"Mereka disini, ayo kembali tanpa ditemukan," Haknyeon menarik Eric yang masih berpikir tentang kata 'Tanpa ditemukan' yang dibisikkan Haknyeon, siapa? Ada yang datang?

Ah, Para Penghianat itu. Mereka sudah kembali bersama Jaeseok. Dan nanti mereka akan terkejut dengan kedua mayat yang berada di dalam rumah mereka, akan lebih kaget lagi saat menemukan kedua pelaku pembunuhan disini.

Maka dari itu mereka berdua harus pergi segera.

Haknyeon menyeret Eric dan pergi sebelum Para Penghianat itu menyadari kehadiran mereka. Namun sebelum itu, Eric mengambil saputangan dari sakunya, mengambil pedang itu hati hati.

Mengangkatnya perlahan, lalu membawanya keluar. Haknyeon tidak mengerti apa lagi yang akan Eric lakukan.









Haknyeon tadinya ingin bertemu dengan Hyunjae, walau hanya untuk sekedar bercakap cakap dan memberitahu keberhasilan mereka. Atau mungkin memamerkan deretan ularnya kepada Pangeran itu.

Dan itu batal begitu dia mengingat bahwa Hyunjae tidak mungkin mau memandang ularnya lama lama.

Kaki Haknyeon membawa dirinya menuju ruangan Younghoon. Younghoon seakan akan tidak pernah muncul bahkan semenjak dirinya datang kemari.

Singkatnya, Younghoon sama sekali tidak melakukan hal yang berguna di sini. Mungkin, kau tidak tahu isi pikiran orang mengerikan dengan kemampuannya.

Mungkin dia tampak Sam sekali tidak bergerak, tetapi dia bahkan sudah menyiapkan semuanya untuk menusukmu.

"Hei ular?" Haknyeon membuka pintu kecoklatan di depannya tanpa mengetuknya.

Tidak ada jawaban.

Haknyeon hanya akan masuk, matanya menangkap serangkaian bunga putih.

Haknyeon tidak habis pikir, Si Ular -sebutan dari Haknyeon untuk Younghoon- sedari kemarin hanya merangkai bunga untuk mengisi waktu disaat yang lain sudah mulai bergerak.

"Hei! Ju Haknyeon! Kenapa kau kemari?" Haknyeon tertawa saat mendengar sebuah suara di belakangnya, siapa lagi jika bukan Younghoon?

Tidak ada yang pernah memasuki ruangan ini, Haknyeon yakin tentang itu.

Jika ada orang asing yang memasuki ruangan ini, maka sudah ada sebuah coretan darah di meja putih yang berada tepat di dekat pintu.

Tanda merah yang ada di meja itu, berarti darah dari orang asing yang memasuki ruangan ini sudah tertumpah.

Jika begini, seharusnya mereka hanya harus meminta Juyeon memasuki ruangan ini dan masalah selesai! Kemudian, Sun- bukan, Hyunjae akan naik tahta segera.

"Melihat rangkaian bunga itu, kau yang membuatnya?" Haknyeon hanya bertanya dan duduk dilantai, setidaknya lantai ini jauh lebih bersih dibanding lantai ruangan penuh ular itu.

"Iya, kenapa? Ada yang salah?" Younghoon tidak peduli dengan tingkah aneh temannya itu. Tangan Younghoon meraih rangkaian bunga itu dan meletakkannya di atas rambut hitamnya.

"Bagaimana? Bagus bukan? Terlebih lagi aku membuatnya sendiri,"

Haknyeon menggelengkan kepalanya, "Itu jelek, jika kau membuatnya dari kulit ular itu akan lebih bagus,"

Younghoon tidak peduli dengan ucapan Haknyeon, percuma berdebat dengan seorang yang teramat menyukai ular. Ayolah, Younghoon baru saja menyukai bunga dengan makhota bunga berwarna putih bersih. Lagipula Younghoon masih sayang dengan ularnya walau Haknyeon selalu mencibir kekurangan ularnya.

"Omong omong, kau benar benar tidak melakukan apapun selain merangkai rangakaian tidak berguna itu?" Haknyeon memainkan benang putih yang berada di dekatnya, benang itu terurai dari atas meja.

Younghoon, warna putih, darah, ular putihnya. Itu tidak bisa dipisahkan.

"Memangnya kenapa? Tidak masalah bukan? Aku tidak ada perintah yang harus dilakukan dan..."

Younghoon memutus kata katanya, dan memasang senyum lebarnya.

"Sunwoo sudah tidak ada, untuk apa melanjutkan semua ini?" Younghoon duduk didekat Haknyeon.

Tangan Younghoon melepas rangkaian bunganya, menaruhnya di antara dirinya dan Haknyeon.

"Cukup, makhota atau singgasana kerajaan bukan hak maupun milik kita. Kalian melakukan hal bodoh dengan mengikuti Sunwoo, kau pasti tahu kenapa aku memintamu untuk menaruh kedua ular itu di satu sangkar,"

Haknyeon terdiam, sekarang dia menyadarinya. Kenapa dirinya yang lebih kuat tergantung pada Sunwoo dan melakukan apa yang dikatakannya, itu juga berlaku untuk Hyunjae. Posisi Hyunjae lebih tinggi dari Sunwoo bukan? Dan Sunwoo lebih berkuasa.

"Dan hal bodoh lain yang kalian lakukan adalah membunuh satu satunya darah yang memiliki hak untuk tahta,"

Haknyeon kembali berpikir.

"Apa maksudmu dengan Pangeran Hyunjoon yang beralamat tahta juga? Raja Bomin bukanlah raja sesungguhnya!"

Younghoon memiringkan kepalanya, "Kukira kau tahu tentang Hyunjoon yang memang berhak, dulunya leluhur Raja Bomin memang seorang raja dan gelar itu diambil oleh leluhur Raja Sungkyu,"

"Dunia tidak seperti yang terlihat, sebagai seorang Ju Haknyeon yang diakui kehebatannya kau harus tahu itu, aku berharap terlalu banyak untukmu," seusai itu Younghoon mengambil rangkaian bunganya dan pergi keluar untuk menemui Pangeran Juyeon.

***

Ada yang kangen sama lagu "Aku Hebat" nggak?

Kalau aku kasih lagu itu lagi boleh? 🙂

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang