11

293 55 13
                                    


"Joochan masuk, diluar hujan, Mana Jaehyun?" Jibeom muncul, jangan tanya kenapa Jibeom sudah memanggil Joochan dengan nama aslinya, karena Jaehyun sudah menggunakan satu kesempatannya untuk meminta agar Jangjun-Donghyun-Jibeom mengembalikan nama nama seperti semula.

Joochan hanya menggelengkan kepalanya, telunjuknya menunjuk ke depan.

"Maksudmu?"

"Jaehyun pergi mencari paman Youngtaek,"

"Hah? Bahkan di saat hujan seperti ini?"

"Iya,"

***

Jangjun, Jibeom dan Donghyun juga ikut menunggu di depan rumah, ikut cemas terhadap teman mereka yang belum pulang.

Hujan sudah berhenti, Youngtaek dan Jaehyun masih belum pulang.

Lagi lagi membuat Joochan mondar mandir di depan rumah dengan handuk yang berada di pelukannya.


Donghyun yang tahu betul sifat Joochan hanya membiarkan Joochan seperti itu, bahkan saat Jangjun ingin menenangkan Joochan, Donghyun melarangnya.

Di saat saat seperti ini, dimana mereka tidak bisa melakukan apa apa untuk mengubah keadaan, melihat Joochan yang cemas saja sudah membuatnya ikut khawatir.

Donghyun tau, Jangjun yang terlihat seperti orang yang tidak peduli itu bukannya benar benar tidak peduli terhadap apa yang dialami temannya, hanya saja Jangjun tidak ingin membuat keadaan semakin kacau dengan terlihat khawatir.



Jibeom tidak tega, dia menghampiri Joochan, dengan segelas air hangat yang ada ditangannya, disediakan untuk Joochan.

Jibeom tau, dia diberi tahu oleh Jaehyun kemarin, tentang emosi Joochan yang akan lebih tenang saat meminum segelas air hangat, Jibeom merasa dia patut mencobanya.

"Joochan, ini minumlah," Jibeom menyerahkan gelas itu, dengan senyuman menenangkan yang ada pada wajahnya.


Joochan menoleh, memandang Jibeom sebentar. Dengan bekas aliran air matanya yang kentara, menunjukkan kalau dia habis menangis.


Jibeom tahu alasan Joochan menangis, bahkan tanpa bertanyapun dia sudah tahu.

"Hik, terima kasih Jibeom,"

"Sama sama," lalu Jibeom mengelus punggung Joochan pelan, berusaha menenangkannya.


Donghyun yang mengetahui kalau keadaan sudah mulai membaikpun mendekat, menggabungkan dirinya untuk ikut serta.

"Sini biar aku saja yang membawa handuknya, kau pasti lelah setelah mondar mandir sesorean ini didepan, bahkan bajumu juga terkena air hujan," Donghyun mengambil alih salah satu handuk dalam pelukan Joochan.


Jangjun tersenyum, "Hei, lihatlah, Youngtaek sudah pulang!"

Seruannya membuat mereka menoleh serempak, Donghyun dan Jibeom tersenyum lebar, setidaknya Youngtaek sudah pulang dan Joochan pasti akan merasa lebih baik.

Joochan berlari menghampiri Youngtaek, "Jaehyun mana paman?"

Youngtaek tersenyum simpul dan menunjuk Jaehyun yang ada dibelakangnya.


"Hai," Jaehyun menyapa semua orang.

"Kau ini! setelah kita mencemaskanmu, dan kau hanya berkata dengan santai seperti itu?" Jibeom berseru, tangannya menyerahkan selembar handuk ke Jaehyun.

Sedangkan Joochan juga menyerahkan selembar handuk dan mengalungkannya ke Youngtaek, walau sedikit berjinjit.


"Wahai anak muda, masuklah ke dalam!" seru Jangjun ke arah mereka, membuat mereka mengakhiri kegiatan itu dan masuk kedalam rumah.



"Tunggu," Jangjun menghentikan langkah Youngtaek.

"Ada apa?"

"Kau kan bukan anak muda," setelah menjawabnya Jangjun buru buru berlari masuk kedalam, takut terkena amukan Youngtaek.

"Dia itu, ada ada saja," ucap Youngtaek sabar.




"Joochan, kau sudah makan?" tanya Jaehyun.

Joochan menggelengkan kepalanya, "Paman Jangjun, Donghyun dan Jibeom juga belum makan,"

Jawaban Joochan membuat Jaehyun memelototkan matanya, "Kalian belum makan? Sama sekali?"

Jibeom dan Donghyun mengangguk bersamaan.


"Tapi kamu maklum sedikitlah, Jibeom dan Donghyun baru saja datang tidak lama," bela Joochan.

"Lalu, bagaimana denganmu?" Jaehyun ganti bertanya ke Joochan.

"Belum, hehe,"

Donghyun menjitak pelan kepala Joochan, "Kau ini sukanya menghawatirkan orang lain, tapi tidak pernah menghawatirkan dirimu sendiri,"

"Maaf,"



Youngtaek memasuki ruang makan, "Eh? Joochan, kau bisa memasak? atau Donghyun dan Jibeom?" tanya Youngtaek secara beruntun.

"Whoa, whoa, pelan pelan paman," tebak siapa yang berkata seperti itu?

"Tidak, tidak ada salah satu dari kita yang bisa memasak, memangnya kenapa paman?" Jibeom bertanya balik.


Youngtaek menunjuk meja makan yang penuh oleh makanan.

Jibeom menganga, banyak sekali makanan disitu.

"Kalau begitu bagaimana itu bisa berada disitu?" Jaehyun berpikir.

"Hmm, let me see what i can see,"


"Wah, sup lobak merah!"

Tanpa menunggu lama, Donghyun segera mengambil mangkuk dan mengambil makanan yang sangat disukainya itu, namun tangan Jaehyun mencegahnya.

"Jangan dulu! Kita tidak tahu itu berbahaya atau tidak!"

Donghyun melepaskan tangan Jaehyun yang menghalanginya, lalu melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

"Kalau berbahaya, ya sudah. Mati."


"Donghyun!" Joochan melempar apel yang ada di atas meja.

***

Beberapa saat yang lalu, saat semuanya belum kembali.


"Chan tidak bisa menemukannya, jadi lebih baik kita kembali sekarang sebelum Jeyou dan Jerome pulang," kata Minsu. Semua mengangguk, lalu membentangkan sayap.


"Sebentar, aku ada urusan," setelah berkata seperti itu, Kyungho berlari masuk ke dalam rumah melalui pintu belakang.

Yang lain hanya menatap Kyungho aneh. Apa yang dia lakukan?


Di dapur rumah Youngtaek, Kyungho mengetukkan jari telunjuknya ke meja makan beberapa kali.

***


"Paman Youngtaek, sepertinya besok kita pamit pulang,"

Masih di meja makan, Joochan mengatakan hal itu tiba-tiba. Jaehyun saja tidak tahu.

"Besok?"

***

Lobak merah, sangat merah, hati lobak berwarna merah ~

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang