80

139 35 6
                                    

Minchan menatap kertas yang barusan dia dapatkan dari lokernya. Apa apaan ini?

Dia tidak tahu siapa pengirimnya. Hanya ada inisial namanya. LMY. Siapa dia?

Minchan bukan termasuk social butterfly di sekolah. Kenalannya tidak terlalu banyak, mungkin hanya sekelasnya. Dan seingatnya, tidak ada yang berinisial LMY.



"Kehilangan sesuatu? Tengah hutan, itulah yang kalian cari,"

Sesingkat itu, namun berhasil membuat Minchan bingung. Banyak pertanyaan muncul di benaknya.

Memangnya Minchan kehilangan apa?

Kedua, kalau yang dimaksud adalah 'kalian' seperti yang tertulis disana, siapa saja?

Minchan mengedikkan bahunya tanda tidak peduli, entahlah Minchan berpikiran ini hanya untuk mengisenginya.

Yah, kata iseng membuat Minchan teringat seseorang. Gyehyeon, mungkin dia yang sedang mengerjainya dengan meletakkan catatan seperti ini di lokernya.

Terlebih lebih semenjak kemarin Gyehyeon yang mengambil buku tugasnya yang sudah selesai dikerjakan. Harusnya itu dikumpulkan, tetapi Gyehyeon belum mengerjakannya dan karena waktu yang mendesak Gyehyeon mengambil bukunya dan mengumpulkannya atas nama Gyehyeon sendiri.

Rasanya Minchan ingin menggigit leher Gyehyeon sampai putus saja.

Lihat saja nanti jika Minchan menemukan Gyehyeon.

***

Keadaan kantin sekarang sedang ramai, Minchan mengambil lokasi tempat duduk yang sedikit terpencil di pojok agar tenang. Teman temannya juga berada di sini, ini sudah seperti tempat milik mereka sendiri.

"Gyehyeon!" Minchan memanggil Gyehyeon yang baru saja datang dengan makanannya.

"Ada apa?" Gyehyeon mengangkat sebelah alisnya, wajahnya tampak tidak bersalah sama sekali.

"Hei! Tidak perlu berpura pura, ini milikmu kan?" tanya Minchan langsung.

Gyehyeon bingung, dia menatap lekat lekat kertas yang disodorkan Minchan dihadapannya. Kemudian dia mengambilnya, "Apa apaan ini? Kehilangan? Memangnya kau kehilangan apa?"

Minchan melemparkan tatapan menyelidik, "Jangan berpura pura,"

"Aku jujur, coba tanyakan saja ke Hoyoung," Gyehyeon masih saja berusaha meyakinkan Minchan.

Beruntung, Hoyoung dan Dongheon datang secara bebarengan. Sedari tadi, Yeonho memandang kedua orang yang sedang ribut sendirian.

Hoyoung merasa aneh saat Minchan dan Gyehyeon menatapnya lekat lekat, berbeda dengan Dongheon yang duduk dengan tenang di dekat Yeonho.

"Sudahlah, Hoyoung risih kalian pandang seperti itu," Dongheon angkat suara.

Minchan tidak mendengarkan, "Menurutmu ini apa?" Minchan berganti menyodorkan kertas itu kepada Hoyoung.

Hoyoung mengambil kertas itu dan duduk. Matanya fokus membaca kata kata itu berulang kali.

"Aku tidak paham apa ini," kemudian, kertas itu berganti ketangan Dongheon.

"Tunggu, Minchan? Kau merasa kehilangan sesuatu?" Dongheon berganti menatap kata kata lainnya yang tertera selagi menunggu jawaban Minchan.

"Tidak, mungkin pulpenku yang berwarna biru hilang. Sedari tadi aku tidak melihatnya,"

"Lalu? Kita tidak mungkin mencari pulpen hingga tengah hutan bukan?" ucapan Gyehyeon membuat yang lainnya berpikir ulang.

"Itu ada benarnya, Minchan apakah kau merasa ada sesuatu yang hilang?" Yeonho turut bergabung dalam pembicaraan.



Dongheon mengedarkan pandangannya, "Dimana Yongseung?"

Benar saja, sedari tadi Yongseung tidak muncul sama sekali. Itu membuat yang lainnya ikut mengedarkan pandangnya guna mencari Yongseung.

"Tadi Yongseung bilang, dia akan datang terlambat. Dia sedang mengerjakan tugas," Hoyoung, sebelumnya sempat dititipkan pesan oleh Yongseung.

Sosok dengan beberapa buku ditangannya berlari mendekat, itu Yongseung yang baru saja mereka bicarakan.

Dia tidak berbicara apapun dan langsung duduk, kemudian membuka kembali bukunya.

"Hei Yongseung, menurutmu ini apa?" Dongheon meletakkan kertas berisi pesan yang didapat Minchan itu diatas buku, membuat fokus Yongseung terhadap bukunya buyar.

Yongseung membenarkan letak kacamatanya, "Ini? Siapa yang mendapatkan ini?"

Minchan mengangkat tangannya.

"Minchan?" ucap Yongseung tampak tidak tidak yakin dengan pengakuan dari Minchan.

"Memang Minchan," Yeonho meletakkan kepalanya diatas meja tanda bosan.

"Kalau begitu, berarti ini memang sesuatu yang bisa dibilang bahaya. Ada yang melihat Kangmin? Dia tidak terlihat dihadapanku selama berhari hari," kata kata dari Yongseung sontak membuat Yeonho kembali mengangkat kepalanya.

"Hah? Benarkah? Kukira hanya diriku saja," yang lainnya mengangguk anggukkan kepalanya tanda mengalami hal serupa dengan Yeonho.

"Apa benar jika itu Kangmin?" Dongheon hanya ingin memastikan saja.

"Tentu," Yongseung berkata mantap.

"Lalu? Sekarang yang menjadi masalah adalah tengah hutannya, ada ide?" Yongseung yakin, mereka harus mencarinya di tengah hutan seperti apa yang tertulis disini.

Gyehyeon menggeleng, "Daerah sini memangnya ada hutan?"

Yang lainnya seketika lemas mendengar ucapan Gyehyeon.

"Ada, beberapa ratus meter dari rumah nenekku. Rumah nenekku berada di dekat atau mungkin jauh dari daerah sini, juga tidak banyak yang tahu tentang hutan itu. Itu satu satunya hutan terdekat," Yeonho berbicara dengan mata terpejam dan kepala yang masih diatas meja.

"Bukankah itu hanya padang rumput saja? Itu bukan hutan." Dongheon menggelengkan kepalanya tanda tidak paham dengan jalur pikiran temannya yang mungkin hancur akibat beberapa soal tadi.

"Itu hutan rumput,"

"Err, baiklah. Besok kita kesana? Tidak ada petunjuk waktu di pesan ini," Hoyoung, sedikit ragu.

"LMY, siapa itu? Kemungkinan itu petunjuk tentang dirinya, nama? Mungkin," Yeonho mengangkat kepalanya setelah mendengar ucapan Yongseung.

"Tidak mungkin bukan?" Hoyoung memandang Yeonho heran, "Ada apa?"

"Lee Minyoung, LMY? Pernah dijadikan bahan pembicaraan saat dia mengaku ayahnya adalah seorang profesor," sepertinya Yeonho memiliki semua informasi yang dibutuhkan untuk saat ini.

Hoyoung tekejut, "Harusnya aku tidak membicarakannya juga waktu itu,"

"PENGUMUMAN, HARI INI SETELAH JAM ISTIRAHAT KALIAN BISA PULANG. HARI INI JADWAL KEPULANGAN DIPERCEPAT."

Mereka mematung ditengah tengah sorak bahagia dari murid lainnya.

Itu tadi suara Minyoung dari speaker sekolah, yang berarti dia benar benar menunggu mereka datang.

"Itu, isyarat agar kita datang setelah inikah?" Yongseung bersuara setelah diam membeku.

"H-hei, itu mengerikan," Gyehyeon merinding sendiri.

"Berarti? Sia sia aku mengerjakan tugas ini hingga setengah selesai?"

Sekarang, ini mulai terasa nyata bagi Dongheon. Sedikit.

***

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang