32

228 50 7
                                    


"Sebelumnya, ada yang ingin dikatakan terlebih dahulu?" Bomin menghela nafasnya, bersiap siap untuk memberi tahu semua rencananya.

"Baiklah, Bomin ingin bertanya satu hal. Apakah keadaan sudah aman?"


Jisu yang paham mengangguk anggukan kepalanya, walau jauh di dalam lubuk hatinya dia ragu juga merasa bersalah.

Bagaimana tidak? Jika dia ragu apakah kutukan itu berakhir begitu saja jika salah satu bagian dari biola itu masih berada di bumi?

Jika kutukan itu benar benar masih ada, dengan itu dia merasa amat bersalah membunuh Bae  Seungmin yang tidak bersalah. Satu korban yang jatuh hanya untuk perasaan cemas yang datang.

"Tidak tahu. Keadaan sudah terasa aman untuk beberapa penjaga, khususnya para penjaga dan Jeyou yang tidak tahu rincian kejadiannya. Jika masih ada salah satu bagian biola yang berada di bumi apakah itu berpengaruh besar terhadap kutukannya, atau justru tidak. Kita tidak benar benar tahu bagian biola mana yang mengandung kutukan."



Bomin terdiam, benar juga. Jika itu benar benar terjadi maka rencananya akan benar benar harus dilakukan.

"Jadi kita tidak tahu keadaan seperti apa sekarang. Yang bisa kita lakukan sangat terbatas. Tergantung kutukan itu berasal dari gesekan biola atau tidak, jika itu berasal dari gesekan biola maka kutukan itu tetap ada. Karena penggesek biolanya belum ditemukan, kutukan itu dimulai selang beberapa lama setelah biola itu digesek kan? Jika tidak, maka seharusnya kutukan itu dimulai saat Joochan memegang biola itu atau saat biola itu dijatuhkan Chan di bumi,"

Jika Jisu sudah menjelaskan seperti itu, maka benar fakta bahwa kutukan itu masih ada. Bukti lainnya adalah Bomin sering menemukan tetesan darah di sepanjang lokasi kejadian dulu, atau saat itu dua kali kejadian dia menginjak tanah bekas kejadian dulu dan darah merembes keluar.

Beberapa prajurit atau pengurus istana juga sering melaporkan hal yang sama. Bomin terpaksa menjawab dengan kebohongan agar mereka tidak khawatir.

Sungguh, selama ini Bomin hidup dipenuhi teror ke khawatiran.


"Kesimpulannya, kemungkinan besar kutukan itu tetap ada."

Kepala Bomin menjadi pusing.



"Jadi, ini akan tetap terjadi? Kalau begitu rencanaku harus dilakukan, dulunya rencana ini tidak bisa dilakukan. Tapi dengan adanya dirimu disini, maka ini bisa dilakukan. Bersedia membantu?" Bomin mengulurkan tangannya, jika Jisu menerima uluran tangannya. Maka itu tandanya Jisu akan membantunya.

Benar saja, Jisu menerima uluran tangannya. "Cukup beritahu apa yang harus aku lakukan, percayalah padaku,"


"Kutukan itu membuat zombie mendatangi lokasi istana sebagai titik utama. Jika begitu sudah tidak ada yang bisa dilakukan kecuali mengulangi kejadian yang sama, yaitu terus berusaha menangkal zombie dan menunggu pagi datang. Itu akan sia sia mengingat mereka akan kembali lagi bulan depan,"

Jisu mengangguk angguk paham.

"Ditambah jika kemarin berhasil menggulingkan satu raja dan banyak prajurit juga rakyat yang menjadi korban," Jisu mendengarnya, suara bergetar Bomin saat mengucapkan bagian "rakyat" Jisu paham apa yang membuat suara Bomin bergetar.


"Jika hal itu terulang ulang, maka isi negeri akan habis tak bersisa. Jika isi negeri ini habis tak bersisa, itu tidak menjamin zombie akan menyerang negeri lain dan mengahabisinya. Hal itu akan terulang ulang sampai zombie benar benar hidup sendirian di bumi ini."

Jisu ngeri membayangkannya, jika dia melihat dari altar. Bukan dunia indah yang dia pandang, melainkan dunia busuk penuh darah, bahkan zombie itu pasti akan saling menghabisi satu sama lain. Menyedihkan.


"Bisakah jika besok raja sekarang meninggal, kau menjaga Dahee dan Sungkyu? Calon raja berikutnya."

Jisu paham, yang dimaksud dari raja saat ini adalah Bomin. Sedangkan arti keseluruhannya adalah tentang Bomin yang memperkirakan akhir hidupnya dan menitipkan Sungkyu dan Dahee kepadanya.

Itu tidak akan pernah menjadi masalah karena Jeyou sendiri sudah berjanji akan melindungi Dahee, kalau Sungkyu dia mungkin bisa.


"Baiklah, serahkan saja Sungkyu dan Dahee kepadaku. Masalah selanjutnya," Jisu meminta Bomin untuk melanjutkan pembicaraannya.

"Hanya biarkan aku bertemu dengan ayahku, aku akan terus melakukan yang terbaik di dunia ini sampai mereka datang,"


Jisu sedikit tercengang, ini sama saja Bomin meminta agar Jisu tidak menyelamatkannya dan membiarkannya mati. Keturunannya akan berakhir disini, tidak apa apa Jisu sudah rela.

"Baiklah, satu fakta tentang rumah ini adalah rumah Youngtaek sepertinya kamu sudah tahu. Rumah ini berada di bawah penjagaan para penjaga, atas permintaan Jeyou sendiri. Biola itu, juga berada dibawah penjagaan kita," Jisu menunjuk biola yang ada di ujung ruangan, biola Joochan yang tertinggal. Jisu telah mengatakan fakta terakhir yang akan dia ungkap.


Bomin tersenyum. "Jadi aku bisa pergi dengan tenang, bukan begitu?"

Dengan ini, pertemuan mereka akan berakhir.

"Aku hanya ingin mengatakan, aku menyayangimu. Keturunanku,"

"Aku juga,"

***

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang