85

112 29 2
                                    


Pulang sekolah, mereka langsung pergi ke rumah nenek Yeonho. Bertujuh, dengan Minyoung juga. Dengan tas dan seragam yang belum diganti. Mereka buru buru, sebelum Profesor beautiful X datang. Kata Minyoung, ayahnya selalu ke sana saat petang hingga pagi. Sebenarnya kalau dipikir pikir menyeramkan juga, Profesor beautiful X kesana saat malam hari. Gelap.


"Jadi bagaimana?" tanya Hoyoung. Dia sedang melepas seragamnya, menyisakan kaus abu abu polos yang melekat. Lalu memasukkan seragamnya ke dalam tas.

Dongheon juga melakukan hal yang sama "Entah. Tanyakan kepada Yongseung, dia ketuanya kali ini,"

"Eh? Kenapa aku?"


Minyoung, satu satunya yang tidak mengganti seragam karena tidak membawa baju ganti menyahut "Karena kau satu satunya yang bisa dipercaya,"


"Sudah? Ayo berangkat. Tidak ada yang perlu dibawa, kan?"

***

Hutan, yang kini sudah berubah menjadi padang rumput ini, ternyata terlalu luas. Minyoung sendiri tidak pernah ke rumah tengah hutan itu, ayahnya selalu menyembunyikannya.

Dan mereka menyesal, kenapa sekarang mereka berjalan kaki.


"Aku tidak percaya dulunya ini hutan," kata Gyehyeon sambil terengah engah "Tidak ada pohon sama sekali!"

"Kau tidak tahu apa yang terjadi sebelum ini, Gye," sahut Minchan "Jangan berkata seperti itu kalau kau tidak tahu apa apa,"

Hoyoung mengangguk setuju, tidak berbicara. Perjalanan masih panjang bahkan rumah itu belum terlihat dari jarak sejauh ini.

Untung cuacanya tidak terlalu panas, awan menutupi sinar matahari. Sedikit mendung. Akhir akhir ini sering hujan deras, terkadang ditambahi petir yang menyambar.

"Kita harus cepat, hujan bisa datang tiba tiba," kata Dongheon mengingatkan.

Yongseung sedari tadi tidak banyak berbicara, memikirkan rencana yang sedang disusunnya. Sedikit kendala, karena dia tidak tahu sama sekali tentang rumah itu.


"Hei, itu rumahnya!" seru Yeonho, telunjuknya mengarah ke sebuah bangunan yang terlihat sederhana.

"Kau yakin?"

Yeonho mengangguk "Hanya itu satu satunya bangunan yang kita temui sejauh ini,"


"Baiklah, kita kesana," Dongheon mengaba aba. Baru saja mereka mau berjalan lagi, kaki Hoyoung mengenai sesuatu.

Hoyoung menunduk, mengambilnya. Merasa familiar dengan hal ini.


"Jam tangan Kangmin,"

Jam tangan itu sudah tidak berfungsi lagi. Kalau dilihat lihat, jam tangan ini sudah lama tertinggal disini.

Seberapa lama?


"Hoyoung, ayo cepat!"

"Ah, baiklah," Hoyoung memasukkan jam tangan itu ke saku celananya, lalu berlari menyusul yang lain, yang sudah jauh dari  tempatnya.



Dan... rumah itu terkunci. Rumah itu benar benar sederhana, dindingnya masih terbuat dari bambu. Dengan pintu kayu yang digembok.

"Bagaimana ini? Apakah kita perlu mendobraknya?" tanya Gyehyeon.

Dongheon buru buru menolak "Tidak. Profesor beautiful X pasti tahu kalau ada penyusup kalau kita mendobraknya,"


Saat yang lain memikirkan cara untuk membuka pintu, Hoyoung sibuk mencari cari sesuatu.

"Ah, Minyoung, bisa pinjam jepit rambutmu?"

Minyoung mengerutkan dahi "Untuk apa?"

"Sudah, berikan saja,"


Saat penjepit rambut itu sudah ada di tangan Hoyoung, dia segera berjongkok, menyejajarkan diri dengan gembok pintu. Mengotak atiknya dengan jepit rambut.

Dan, gotcha. Berhasil dibuka oleh Hoyoung, dengan bantuan jepit rambut Minyoung.


"Siapa yang masuk duluan?" tanya Minchan. Yongseung mengangkat sebelah tangannya, disusul oleh Hoyoung dan Dongheon.

"Minyoung, kau ikut juga," ajak Yongseung.


"Jadi, kita menunggu di luar?" tanya Gyehyeon.

"Iya. Kau dan Yeonho, tetap disini. Berjaga jaga kalau Profesor beautiful X datang,"

"Baiklah," kata Yeonho, lalu duduk di tanah "Aku tunggu kalian,"


Minchan, Dongheon, Yongseung, Minyoung, dan Hoyoung mulai memasuki rumah. Isinya biasa saja, ruang tamu dengan kursi dan meja yang terlihat normal.

Sampai di antara kamar kamar, mereka mulai bingung. Hanya ada satu ruangan yang berpintu besi, dengan tombol tombol disampingnya.

"Mungkinkah yang ini?"

Minchan mengedikkan bahu "Entahlah. Kita periksa saja yang lainnya,"

Usul itu disetujui yang lain. Mereka segera berpencar, mengecek isi ruangan lainnya. Namun mereka kembali ke depan pintu besi itu, karena Kangmin tidak ada disana.

Jadi, yang tersisa hanya ruangan berpintu besi itu. Dengan beberapa kabel yang mencuat, menyebabkan sedikit percikan listrik mengalir disana.



Sementara itu, Yeonho dan Gyehyeon sudah pergi dari depan rumah, menjelajahi sekitarnya. Mengamati rumah itu dari samping.

Dan berhenti di depan jendela kaca yang terlihat rapuh. Dan kusam, seperti sudah lama tidak dibersihkan.

Namun masih bisa terlihat jelas, ada Kangmin di dalamnya.

Tanpa berpikir panjang, Gyehyeon segera mengambil batu di dekatnya, melemparkannya ke jendela.

Dan pecah. Membuat Kangmin yang ada di dalam terbangun.

"Yeonho? Gyehyeon? Apa yang kalian lakukan di sini?" Kangmin mengucek matanya, terlihat jelas dia baru bangun tidur.

"Kita yang masuk atau kau yang keluar? Ayo, kita harus segera pergi dari sini!" seru Yeonho sedikit berteriak.

"Yeonho, kau bantu Kangmin keluar. Aku akan memberi tahu yang ada di dalam," Gyehyon menginsrtuksi. Yeonho mengangguk, lalu segera melalui jendela yang tingginya hanya sepinggangnya itu.



Baru saja Gyehyeon mau masuk pintu, ada bayangan orang dari kejauhan. Jas putihnya berkibar diterpa angin.

Tidak salah lagi, itu pasti Profesor beautiful X. Walau Gyehyeon tidak tahu wajahnya seperti apa, dia yakin. Memangnya siapa lagi yang ada urusan disini selain dia?


Gyehyeon segera masuk, mengabari yang lain di dalam.

***

Tadi udah ada notif ya? Maaf, itu author satunya (bukan yang bodoh, yang gila) nggak sengaja kepencet publish waktu diketik belum ada setengah.

Bau bau mau end.

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang