67

145 33 1
                                    


Tidak ada jawaban, Haknyeon benar benar mendobrak pintu ruangan Chanhee. Tak peduli orang lain melojatnya, yang penting Haknyeon berhasil masuk.

Sedikit kasar memang, namun tidak ada cara lain.

Dan Haknyeon terkejut, di dalam tidak ada orang. Kosong. Chanhee tidak ada.

Bagaimanapun caranya, Haknyeon harus menemukan Chanhee. Meminta pertanggungjawaban atas keadaan Eric sekarang.

Kalau dipikir pikir lagi, Eric tidak bersalah. Dia hanya ingin kutukan pedang itu terputus.

Dan sekarang dia terkena kutukan, namun bukan karena pedang itu. Karena Chanhee.

Haknyeon frustasi, dia melemparkan sangkar yang dibawanya ke dalam. Lalu segera menutup pintunya.

"Anda mencari saya?"

Haknyeon terkesiap. Tiba tiba saja Chanhee ada di sampingnya, dengan jubah hijau lumut yang berkibar karena terpaan angin.

Chanhee tersenyum tipis. Tangan kanannya menarik lengan Haknyeon, menuntunnya untuk duduk. Ruangan Chanhee berdekatan dengan taman, jadi Chanhee mengajaknya duduk di salah satu kursi di sana.

Haknyeon menuruti saja, tidak berpikiran buruk terhadap Chanhee.

"Kau pasti mencarimu karena Eric," tebak Chanhee, memulai percakapan. Haknyeon mengangguk.

"Kau ingin aku menarik kutukan itu?"

Sekali lagi Haknyeon mengangguk, namun Chanhee dengan tegas menggeleng.

"Tidak akan,"

"Kenapa?"

"Kembalikan Kevin,"

Haknyeon tidak habis pikir dengan Chanhee. Itu hal yang mustahil. Lagipula, bukan Haknyeon yang membunuh Kevin.

"Kalau kau tidak bisa, maka aku juga tidak bisa menarik kutukan pada Eric. Aku tahu, kau ikut ambil bagian dalam pembubuhan Kevin, kan? Tangan kanannya kaku, aku yakin itu karena racunmu," kata Chanhee dengan tatapan menusuk.

Chanhee berbalik, meninggalkan Haknyeon yang masih terdiam.

Tanpa sadar, di bibir Haknyeon terulas sebuah senyum tipis.

***

"Apa? Chanhee meninggal?"

Sangyeon terkejut mendengar kabar yang baru saja disampaikan oleh seorang prajurit kerajaannya. Dia tidak percaya. Baru saja dia bertemu Chanhee dalam keadaan baik baik saja, dan sekarang dia sudah tiada?

Sulit dipercaya, namun memang begitu keadaannya.

Sangyeon masih termenung, memperhatikan Chanhee yang terbaring di ranjangnya. Wajahnya pucat, hampir kebiruan. Jari jarinya kaku, membeku. Suhu badannya dingin.

Dan sebuah bekas gigitan ada di lengan kanannya. Masih ada jejak darah, walau sudah mengering.

Dan darahnya berwarna biru kehitaman.

Sudah jelas, siapa pelaku semua ini.

Memangnya siapa yang berani bermain main dengan ular kecuali Ju Haknyeon? Yang tidak takut kepada ular, seberapa kuat apapun bisanya.

Rasanya Sangyeon ingin mencincang Haknyeon dan memberikan dagingnya ke burung gagak. Dan beberapa saat kemudian, bahwa bisa saja Haknyeon membunuhnya sekarang, kalau dia mau.

Tersadar untuk kesekian kalinya, pasti ular yang mematuk Chanhee masih berkeliaran di sekitar sini. Matanya memicing, mencari hewan kecil yang melata itu.

Pandangannya menangkap sangkar burung yang tergeletak sembarangan di sudut ruangan. Tidak ada jejak apapun disana. Namun mengingatkan Sangyeon akan sesuatu.

Dulu, Sunwoo selalu membawa sangkar seperti ini, bukan? Biasanya berisi burung merpati, untuk mengirimkan surat.

Dan sekarang, sangkar itu diisi ular.

Pihak Pangeran Hyunjae memang suka bermain main dengan hewan, ya? Sangyeon tidak habis pikir.

Jujur, Sangyeon pusing memikirkan semuanya. Siapa salah, siapa benar. Berawal dari Sunwoo yang ingin membunuh Hyunjoon, namun malah Sunwoo yang terbunuh. Lalu Kevin, yang sebenarnya ditugaskan oleh Sangyeon untuk membunuh Hyunjoon. Kevin berhasil, namun dia malah terbunuh oleh Eric.

Sekarang, Eric masih lumpuh karena Chanhee.

Dan Chanhee, sudah meninggal. Menjadi mayat yang ada di hadapannya. Karena Ju Haknyeon.

Apakah dia harus membungkam Ju Haknyeon untuk selamanya juga?

Sangyeon tidak sebodoh itu. Pihak Pangeran Hyunjae masih memiliki beberapa orang yang tidak bisa diremehkan seperti Changmin dan Panglima Younghoon. Belum ditambah Eric yang masih hidup walau tidak bisa apa apa lagi.

Sedangkan pihaknya? Hanya tersisa dirinya dan Jacob. Chanhee dan Kevin sudah tidak ada. Kalaupun dia meminta bantuan dari kerajaannya pun, belum tentu dibolehkan.

Perang dingin ini makin lama semakin panas, walau tidak bisa dirasakan. Hanya gerakan diam diam, namun mematikan. Kedua belah pihak sama sama diam, namun korban bisa saja berjatuhan sewaktu waktu.

Sangyeon khawatir, kalau situasi ini benar benar memanas, korban yang gugur semakin banyak. Bahkan mempertaruhkan nyawa warga yang tidak tahu apa apa juga.

Bahkan belum tentu penduduk sini menerima pihak Pangeran Hyunjae maupun Pangeran Juyeon. Namun, memangnya siapa lagi yang akan menduduki tahta kalau bukan mereka?

Seandainya saat itu Sunwoo tidak berulah, keadaan pasti tenang tenang saja sampai sekarang. Sayangnya, orang yang tertuduh dan menyebabkan segalanya sudah tidak bisa dimintai pertanggungjawaban lagi.

Sangyeon ingin angkat tangan dari semuanya, namun terlanjur basah. Rasanya sangat tidak bertanggung jawab sekali kalau dia melarikan diri dari masalah ini.

Sangyeon butuh seseorang untuk membantunya. Tapi siapa?

***

Maaf banget, kemarin nggak sempet up. Hari ini niatnya mau double up, tapi nggak janji. Hehe.

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang