04

525 80 12
                                    


"Bisa kita mulai sekarang?"

Joochan segera berdiri tegak saat Jangjun mendekat. Wajahnya memasang muka bingung.

"Latihan dengan Paman Jangjun? Bukannya dengan Paman Youngtaek?" protes Jibeom.

"Diam kau, yang latihan itu Joochan, bukan kamu," sahut Donghyun.

"Diam kau Jangjun!" seru Jangjun.

"Oke, aku diam," Jibeom menyerah berdebat dengan dua manusia itu.


"Sekarang, Paman?" tanya Joochan memastikan. Jangjun hanya mengangguk sebagai jawabannya.

"Mau kemana?"

"Mengambil biola, Paman,"

Jangjun tertawa "Siapa bilang kita akan memulai latihan? Aku tidak menyuruhmu. Lagipula, kau latihan dengan Youngtaek,"

Sekarang, Jibeom dan Donghyun ikut tertawa, berhighfive dengan Jangjun.

"Selamat, anda telah masuk jebakan kami!" kata Jibeom dan Donghyun bersamaan.

Joochan ternganga.

Jaehyun masih setia dengan muka datarnya, seolah tak peduli dengan apa yang terjadi. Toh, tugasnya hanya mendampingi Joochan, kan?


"Joochan!"

Itu Youngtaek, memanggilnya dari kejauhan. Sudah siap dengan biola di tangan kanannya.


Baiklah, latihan yang sebenarnya dimulai. Lupakan yang lain, termasuk Donghyun dan geng rusuhnya itu.

***

"Paman Donghyun!"

Jangjun menoleh saat Donghyun memanggilnya, "Kenapa Jibeom?"


"Lihatlah dikejauhan sana, ada seorang manusia yang sedang bermain biola," Jangjun menunjuk kearah Joochan yang sedang belajar bersama Youngtaek.

Donghyun hanya mendengarkan Jangjun yang seolah sedang berdongeng dan dia mendengarkannya, bersama Jibeom.


"Permainan biolanya sangat indah, bahkan burung burung kecil yang beterbangan pun terpana,"

"Dan lihatlah, anak itu ternyata berteman dengan sebatang bambu," Jangjun menunjuk kearah Youngtaek, menyamakannya dengan sebatang bambu dalam dongengnya.


"Pfft, paman Youngtaek jadi bambu," Jibeom menahan tawanya.


"Pada suatu hari, anak itu mengambil biolanya dan menuju ke tengah hutan tempat bambu itu berdiri, dia mulai memainkan biolanya,"

"Alunan suara biola yang indah pun memenuhi hutan,"

"Permainan biolanya terhenti, ranting sang bambu jatuh, tepat mengenai kepala anak itu, dan membuat permainan biolanya terhenti,"



"Paman Donghyun!" Jibeom mengangkat tangannya untuk bertanya.

"Ya Jangjun?" Jangjun menyahut.

"Kenapa sang Anak mau berteman dengan sang Bambu?"

"Tidak ada yang tahu, tapi saya rasa dia berteman dengan tulus, tanpa memikirkan keuntungan maupun kerugiannya,"

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang