30

256 57 10
                                    


Suasana di rumah ini terasa begitu mencekam, dengan Jisu dan senyumannya.

"Pengungkapan kedua adalah, kau pasti tahu kenapa kau datang kesini," Jisu sudah menghilangkan senyumnya dari wajahnya. Diganti dengan ekspresi santainya.

Bomin rasa, ini adalah pernyataan yang paling tidak berguna. Tentu saja dia tahu kenapa dirinya kesini.


"Aku kesini untuk mencari tahu tentang bayangan hitam itu." Bomin ingin mempersingkat percakapan ini.

Jisu tertawa, "Kukira kau pintar, setidaknya sama dengan anak bernama Donghyun itu. Ternyata kau sama sekali tidak bisa menebak apa yang ada dalam dirimu sendiri,"

"Kau berkata dengan santai seperti itu, seakan akan kau tahu segalanya tentang diriku." Bomin menekan setiap kata katanya.


Jisu menghentikan tawanya, "Aku memang baru tahu keberadaanmu beberapa jam yang lalu, dan aku tidak tahu apa apa tentangmu. Hanya saja, para penjaga memiliki sesuatu yang spesial. Tebakan mereka pasti 90% benar,"

Ekspresi Jisu sempurna, tidak seperti sebelumnya yang terkesan meremehkan dan terlalu santai.



"Kau kesini karena takdir, dan tali perasaanku yang mengikatmu menarikmu kesini," Jisu berkata serius.

"Kau mungkin tidak merasakannya, tapi itu yang dirasakan Donghyun. Karena Donghyun adalah keturunan istimewa, ditambah dia adalah keturunan dari Sang Penengah. Sang Penengah adalah titik utama dunia. Bisa dibayangkan bertapa hebatnya dia walau hanya manusia biasa, mungkin lebih ke arah instingnya saja bukan fisik."


Bomin terdiam, ternyata Donghyun sehebat itu.

"Aku percaya perkataanmu karena ini," Bomin mengeluarkan sehelai bulu dari sakunya. "Ini milikmu bukan?"



Jisu terkejut, tapi berhasil dia tutupi dengan tawanya, "Itu memang milikku, tapi dari mana kau mendapatkannya?" Jisu memancing sebuah jawaban dari Bomin.

Giliran Bomin yang tersenyum, "Saat kau melintas di atasku, makam Paman Seungmin yang kau bunuh,"


"Kau bisa melihatku melintas di atasmu?"

"Tentu saja, apa itu aneh?"


Jisu terdiam sejenak, "Tidak, itu luar biasa. Kau dapat seperti Donghyun, Jibeom tidak dapat merasakan para penjaga dengan fakta bahwa dia juga keturunan Sang Penengah. Sedangkan kau, hanya keturunan salah satu penjaga. Ditambah penjaga itu penjaga kejahatan, apa kau tidak malu dengan diriku?"

Bomin terdiam.

"Kau lihat dirimu yang sudah bisa melihatku, sebelum aku menunjukkan diriku sendiri. Aku tidak menghinamu, aku memujimu dan mengasihani keturunanku karena dia berasal dari diriku,"

Bomin merasa sedikit tersentuh, "Ini bukan apa apa, hanya melihat salah satu penjaga bukan berarti dia bisa menyelamatkan orang. Barang satu jiwa saja. Aku tidak sehebat yang kau pikirkan."



Jisu tersenyum tulus, "Kau lebih hebat dari itu, ada satu hal yang lebih hebat dari kemampuan melihat para penjaga."

Bomin memandang wajah Jisu, Jisu menunjukkan kebanggaan yang teramat dalam kepadanya.

"Kau tidak pernah membedakan orang lain. Sejak kecil kau baik hati kepada semua orang, walau kau sedikit bandel,"

"Kau menyambut mereka yang datang dengan hangat. Kau ingat saat Jaehyun, Joochan, Donghyun, dan Jibeom datang pertama kalinya di rumahmu? Kau dapat menerima keberadaan mereka dengan baik tanpa merasakan keberatan."

"Kau bahkan mengingat mereka yang tidak dekat denganmu, menangisinya."

"Menerima orang yang baru datang, bahkan orang yang membuat ayahmu sendiri berkorban demi menyelamatkan nyawa orang itu. Sungkyu, kau menerimanya dengan tangan lebar dan terbuka, tanpa ada dendam,"



Bomin tercengang.

Rasanya seperti dia kenal, tapi bukan Jisu. Seolah olah ada orang lain yang berbicara dengannya. Dan itu rasanya akrab dan membuat hatinya menghangat.

"Hai Choi Bomin, ini ayahmu. Ayah sudah memantaumu dari atas, dan Ayah bangga denganmu." rasa ketidak percayaan Bomin meningkat. Tapi ini benar benar terasa seperti ayahnya, walau yang berbicara adalah Jisu.


"Bagaimana? Terkejut? Itu tadi memang ayahmu. Salah satu keturunanku yang telah meninggal dunia bisa berbicara kepada keturunan yang lainnya melalui tubuhku, semua penjaga memiliki kemampuan seperti ini. Tapi pada umumnya kemampuan ini tidak akan terlalu berguna jika keturunan yang masih hidup tersebut tidak bisa melihat para penjaga."

"Itu lah keistemewaan dirimu, apakah kau bahagia? Dengan ini aku harap kau bisa memaafkan apa yang aku lakukan kepadamu. Juga apa yang teman temanku lakukan," Jisu meminta maaf.


Bomin merasa tidak enak, "Tidak apa apa, maafkan keturunanmu yang tidak sopan ini, bahkan tadi aku mencekikmu,"


Jisu tertawa bahagia, bukan tawa mengerikannya, "Tidak apa apa, itu wajar. Tadi sisi gelapku sempat keluar,"

Hening sebentar, hanya tersisa senyum di wajah masing masing.



"Boleh aku memanggilmu kakek? Kau kan leluhurku, aku merasa tidak sopan," Bomin berucap, memecah keheningan.

"Tidak, aku masih muda! Panggil saja Jisu!" Jisu menolak, terpaksa Bomin harus mengiyakannya.


"Omong omong Bomin, kau kangen dengan yang lainnya?" Jisu membuka kembali kisah lama yang tidak ingin Bomin ingat.

"Kalau kau mau kau bisa berbicara dengan mereka, melalui diriku dan Seungyoon. Kau mau?"

***

Yee, double up!

Road To KingdomTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang